Jadi pertama saya waktu ikut pertama kajian Mas Guru waktu itu yang Christ Conciousness itu saya masih bingung ndak ngerti caranya hening itu bagaimana, malah waktu itu saya terlalu melekat sama kata-kata saya ingin hening. Ketika pas duduk bersila malah spaneng tegang kepala saya cekot-cekot, ternyata waktu itu saya malah mikir hening itu di dalem pikiran saya. Nah kemudian pas habis kajian Tantra Yoga itu pun masih bingung melihat orang-orang ada yang senyum-senyum terus menangis. Malah waktu ngikutin mereka senyum-senyum sendiri gak jelas dan tambah bingung.
Sepulangnya di rumah pas malam-malam saya japri Mas Ary tanya bagaimana cara hening, beliau bilang merokok itu sudah hening mas, waktu itu saya merokok nyambung sampai yang ke 9 batang malah spaneng nah yang ke 10 saya baru ngeh, merasakan menikmati rokok itu setiap hisapannya nah dari situ saya paham yang namanya relaksasi, kemudian mengalir saja saya tetiba ingin membuka aplikasi Telegram dimana disana Mas Guru pas banget nulis tentang fungsi otak ada analisa, imajinasi, keinginan dan observasi. Pas itu Mas Guru bilang yang dipakai yang observasi saja, kemudian saya praktikan buat mengarahkannya ke aliran nafas kemudian saya amati rasanya pas saya merokok itu, ternyata di situ saya sedang hening, ketika benar-benar sudah nyambung dengan Gusti dan merasakan kondisi nol alias netral.
Kemudian dari situ saya praktikan ke kehidupan keseharian saya, ketika saya naik motor sambil nge-Grab, ketika saya mencangkul di kebon, ketika saya ngobrol sama teman. Saya benar-benar merasakan banyak transformasi pada diri sendiri. Dulu sebelum saya mengenal keheningan saya sering emosian, misuh-misuh gak jelas, gampang panas, iri hati dan banyak lagi, ketika setelah menyelami keheningan terus mempraktikkannya dalam keseharian saya malah kaget sendiri, dulu suka misuh gak jelas sekarang jadi banyak bersyukur. Ketika ketemu orang justru malah jadi cermin buat diri saya ternyata banyak sekali sisi gelap yang ada di diri saya dan minta dibereskan.
Cara membereskannya lewat hening lagi gak usah dipikir, saya menerima diri saya apa adanya dengan segala gelap dan terangnya sebagai pembelajaran bagi jiwa saya agar semakin bertumbuh. Setelah itu plong dan kemudian mengalir dan siap menerima tantangan-tantangan berikutnya yang diberikan Gusti entah apapun yang ada di depan nantinya, yang penting saya selalu konsisten hening dan terhubung sama Gusti.
Penulis: Iswanto Adi Setyo Utomo adalah kader Perkumpulan Pusaka Indonesia Gemahripah di Jawa Tengah.