Skip to main content

Sebanyak 288 siswa-siswi SMAN 36 Jakarta Timur berkumpul di aula sekolah dengan semangat yang menggebu untuk belajar sesuatu yang baru dan bermanfaat. Hari itu bukan sesi kelas biasa, melainkan praktik pembuatan Eco Enzyme bersama Pusaka Indonesia DKI-Banten. Kegiatan ini menjadi kesempatan bagi para siswa untuk berkontribusi nyata dalam menjaga lingkungan, sekaligus memahami bagaimana limbah organik yang sering dianggap sepele dapat diubah menjadi sesuatu yang berguna.

Untuk memastikan proses belajar berjalan dengan lancar, para peserta dibagi menjadi 32 kelompok, masing-masing beranggotakan 9 orang. Didampingi oleh 18 kader Pusaka Indonesia, setiap kelompok dipandu dalam setiap langkah pembuatan Eco Enzyme dengan suasana belajar yang menyenangkan dan interaktif.

Setiap peserta membawa bahan-bahan dan peralatan yang dibutuhkan sendiri, seperti limbah organik dari buah dan sayuran, gula merah, serta wadah tertutup untuk menyimpan Eco Enzyme yang akan dipanen tiga bulan mendatang. Sebelum kegiatan dimulai, Ketua Wilayah Pusaka Indonesia DKI-Banten, Marie Yosse Widi Hapsari (Sari), memaparkan profil organisasi serta berbagai aksi konservasi lingkungan yang telah dilakukan. Para peserta juga diberikan catatan mengenai rumus bahan baku Eco Enzyme, termasuk perbandingan kapasitas wadah, volume air, bahan organik, dan gula merah.

Foto bersama siswa SMAN 36 Jakarta Timur

Kegiatan yang berlangsung di aula sekolah ini menggunakan total 30,6 kg gula merah, 91,8 kg limbah organik, dan 306 liter air. Diperkirakan, total volume Eco Enzyme siap pakai yang akan dipanen dalam tiga bulan mendatang adalah sekitar 280 liter.

Salah seorang peserta, M. Alif Rizky, yang juga merupakan ketua salah satu kelompok, menyatakan bahwa kegiatan ini dinilainya sangat positif. “Ini adalah pertama kalinya saya dan teman-teman melakukan praktik langsung. Senang sekali karena kami sadar bahwa pembuatan Eco Enzyme ini bermanfaat untuk lingkungan,” ungkapnya. Ia juga menambahkan bahwa tidak menutup kemungkinan ia akan membuat Eco Enzyme secara mandiri di rumahnya.

Melihat antusiasme para siswa dalam mengikuti praktik langsung ini, Sari berharap para pelajar sebagai generasi muda semakin sadar akan kemampuan mereka dalam menjaga lingkungan agar lebih bersih dan sehat. Ia juga menambahkan bahwa jumlah peserta di SMA 36 Rawamangun ini memecahkan rekor peserta terbanyak dalam sejarah sosialisasi pembuatan dan pemanfaatan Eco Enzyme oleh Pusaka Indonesia. Sebelumnya, mereka telah melakukan sosialisasi di berbagai sekolah, mulai dari SD, SMP, hingga SMA. “Semoga ke depan semakin banyak yang konsisten dan senang membuat Eco Enzyme sebagai salah satu cara merawat lingkungan,” ujarnya.

Sari juga menekankan bahwa melalui sosialisasi ini, Pusaka Indonesia dan masyarakat umum dapat terus berkontribusi dalam mengurangi limbah organik yang berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA), khususnya di wilayah Rawamangun, Jakarta Timur. “Semoga semakin banyak orang yang tertarik menggunakan Eco Enzyme di rumah sebagai pengganti pembersih yang diproduksi pabrik,” tambahnya.

Selain itu, Sari memberikan apresiasi kepada Kader Pusaka Indonesia yang hadir sebagai pendamping. Ia memuji kesabaran para kader dalam mendampingi para siswa dan menyatakan bahwa slogan ‘Hening dan Beraksi’ yang diusung oleh Pusaka Indonesia bukanlah sekadar jargon. “Mendampingi pembuatan Eco Enzyme bukanlah tindakan yang remeh. Kita harus memberikan teladan dalam merawat lingkungan dengan tulus dan penuh sukacita,” katanya.

Wakil Kepala Sekolah SMAN 36 juga menyampaikan apresiasinya kepada Pusaka Indonesia. Ia menyoroti bahwa semua siswa, yang biasanya terkesan acuh, bersedia mengikuti seluruh rangkaian proses pembuatan Eco Enzyme hingga selesai. Oleh karena itu, ia berharap ke depan ada kerjasama lebih lanjut antara SMA 36 dan Pusaka Indonesia, terutama dalam kegiatan Program Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang mengusung tema gaya hidup berkelanjutan.

 

Aniswati Syahrir
Kader Pusaka Indonesia DKI Jakarta-Banten