Pada Sabtu, 31 Agustus 2024, sebanyak 12 kader Pusaka Indonesia (PI) Bali berkumpul di Kebun Surgawi (KS) 29 dan 35, Desa Mayungan, Baturiti, Tabanan. Lahan ini, seluas 2.500 m² dengan ketinggian 850 mdpl, dikelola menggunakan metode Sigma Farming sejak 2022, yang memadukan teknik organik selaras alam dalam pemulihan tanah. Metode Sigma Farming yang diterapkan di KS 29 dan KS 35 menggunakan pupuk organik dari kotoran sapi, serta amunisi tambahan, seperti Asam Amino, Liquid Manure, Plant Tonic, dan Bakteri Pemulih Tanah (BPT) Sigma 1 dan 2. Pendekatan ini dapat menjaga keseimbangan ekosistem dan mempercepat pemulihan tanah.
Kegiatan kali ini bertepatan dengan Tumpek Wariga, hari suci dalam kalender Bali yang dipersembahkan kepada Dewa Sangkara untuk memohon kesuburan tanaman, terutama pohon buah. Agenda acara meliputi aplikasi Tree Paste, penanaman bibit pohon, pengenalan rumput liar berkhasiat obat, dan pembuatan jamu herbal.
Sejarah Tumpek Wariga
Tumpek Wariga diperingati untuk menghormati Dewa Sangkara, Dewa Kesuburan. Perayaan ini berfokus pada memohon kesuburan pohon-pohon dan selaras dengan filosofi Tri Hita Karana, menjaga hubungan harmonis antara manusia, alam, dan Tuhan.
Aplikasi Tree Paste dan Menanam Bibit Pohon
Kegiatan dimulai dengan hening cipta, menyanyikan Indonesia Raya tiga stanza, serta menonton ulang video profil Pusaka Indonesia. Setelah arahan dari Kapten KS, kami meracik bahan untuk Tree Paste. Komposisi Tree Paste sebagai berikut:
- 1 bagian kotoran hewan (kohe) sapi segar,
- 1 bagian pasir silika halus,
- 1 bagian tanah lempung (clay),
- 12 liter larutan vortex BPT Sigma 1 dan Sigma 2.
Manfaat Spesifik Tree Paste
- Mencegah kanker batang dan menjaga kesehatan batang pohon.
- Menghalangi hama tonggerek batang, yang tidak dapat menembus lapisan Tree Paste.
- Menstabilkan suhu pohon, berfungsi sebagai “jaket” saat hujan dan “pendingin” saat kemarau.
- Memberikan nutrisi tambahan, mendukung regenerasi dan pembuahan.
- Mempercepat penyembuhan luka akibat pemotongan batang atau daun gugur.
- Membersihkan jamur dan mencegah infeksi.
Pengalaman kami mengaplikasikan Tree Paste pada pohon durian yang sakit menunjukkan efektivitasnya dalam pemulihan pohon. Hasilnya akan dievaluasi dalam enam bulan, melihat tanda-tanda pemulihan seperti munculnya tunas baru dan buah yang lebih banyak.
Setelah bahan untuk Tree Paste selesai diracik, kami berpindah lokasi ke KS 35, sekitar 3 kilometer dari KS 29. Di lokasi baru, kami terkesima melihat melimpahnya tumbuhan Daun Pegagan (Centella asiatica) yang tumbuh subur di sekitar pohon alpukat. Dalam Kelas Meramu Herbal, daun Pegagan dikategorikan sebagai rumput liar berkhasiat obat yang memiliki berbagai manfaat, seperti antibakteri, anti-inflamasi, dan imunostimulan.
Praktik Meracik Jamu
Setelah itu, kami membuat jamu. Ini adalah kesempatan kami untuk mempraktikkan ilmu dari Kelas Meramu Herbal. Berikut adalah bahan dan cara membuat jamu yang kami racik,
- 2 ruas kunyit, diiris tipis,
- 1 ruas jahe, digeprek,
- 1 ruas temulawak, diiris tipis,
- 1 batang sereh, digeprek (ambil bagian putihnya),
- ¼ sdt asam jawa,
- 2 lembar daun Pegagan,
- 1 sdm gula aren,
- 300 ml air.
Cara membuat
- Panaskan air hingga mendidih, kecilkan api.
- Masukkan jahe, masak selama 10 menit.
- Tambahkan kunyit, temulawak, sereh, dan asam jawa, masak lagi 10 menit.
- Masukkan daun Pegagan, masak 5 menit.
- Tambahkan gula aren, aduk rata, dan sajikan setelah menyaring bahan.
Kami menikmati jamu di tengah kabut yang turun di KS 29. Rasanya segar dan hangat, dengan manis gula aren yang menyeimbangkan pahitnya herbal. Beberapa merasa segar kembali, sementara yang lain merasakan relaksasi setelah seharian beraktivitas.
Refleksi dan Harapan Masa Depan
Kegiatan ini menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesadaran akan pentingnya merawat alam dengan pendekatan holistik. Kami berharap kegiatan serupa dapat dilakukan secara berkala untuk terus mendukung pemulihan tanah dan keseimbangan alam.
dr. Gede Vernanda Satria Dita
Tim Pusaka Indonesia Wilayah Bali