Kebun Surgawi Ciawi, Bogor, Rabu (7/6/2023) mendapat kunjungan dari anak-anak pesekolah rumah (homeschooler) Bogor. Setidaknya ada sekitar 30-an anak, dari rentang usia 5 tahun hingga remaja 16 tahun, dari grup Playdate dan Hompimpah. Hadir juga beberapa orang tua yang turut menemani anak-anak, dan tak kalah antusias untuk belajar dan beraktivitas di KS Ciawi.

Belajar di Kebun Surgawi Ciawi
Agenda pertama adalah mengenalkan tentang keberadaan Kebun Surgawi sebagai wahana edukasi metode Sigma Farming. Anak-anak berkumpul di tempat pembuatan BD kompos. Tim dari Pusaka Indonesia mengenalkan tentang Sigma Farming, keunikan dan kelebihannya dibanding metode organik lain. Anak-anak menyentuh dan membaui aroma BD kompos, yang sudah tidak lagi mengeluarkan bau kotoran sapi, melainkan sudah terlihat menjadi tanah hitam.
Anak-anak diajak untuk membuat vorteks, mengaduk air di ember yang sudah diberi BD 500 dan CPP. Mereka pun dengan riang bergantian mengaduk air. Sembari menunggu vorteks, tim Pusaka Indonesia mempresentasikan tentang cara pembuatan ekoenzim (EE). Peserta yang hadir turut menyumbang membawa bahan limbah organik dari rumah masing-masing. Ternyata, banyak juga yang baru mendengar tentang ekoenzim. Sebagian kecil sudah pernah dengar, tapi belum pernah membuatnya. Salah satunya, Ria Puspitasari (32 tahun), praktisi sekolah rumah dua anaknya, usia 5 dan 7 tahun, mengatakan, “Seru sekali. Jadi lebih mantap untuk membuat EE. Sudah tahu dari lama tentang EE, tapi setelah melihat proses dan hasilnya langsung, lalu manfaat dan penjelasan yang diberikan sangat mudah dipahami, jadi lebih yakin 💞. Terima kasih Tim Pusaka Indonesia sudah membolehkan kami belajar.”
Sebagian peserta diajak tur keliling kebun Ciawi yang banyak menanam rimpang dan tanaman herba. Mereka jadi mengenal beragam jenis herba dan bisa melihat langsung. Tak hanya anaknya, para orang tua pun ikutan belajar. “Saya baru tahu ada yang namanya temu mangga. Penasaran sama khasiatnya,” kata salah satu orang tua.
Kegiatan terakhir adalah praktik membuat bola-bola EE. Bahannya terdiri dari dua macam, bekatul yang dibasahi dengan cairan ekoenzim murni. Diuleni hingga kelembabannya pas, tidak terlalu basah dan tidak terlalu kering. Kemudian dibentuk menjadi bola, sebesar bola tenis. Bola EE ini menjadi media tumbuhnya jamur trikoderma, salah satu mikroorganisme yang berperan sebagai pupuk biologis tanah.
Sebagai selingan, peserta berjalan kaki menapaki jalan setapak ke area di sekitar kebun, mengamati pembangunan bendungan Sukamahi yang terlihat dari atas bukit di kejauhan. Di dekat kebun juga terdapat kolam kecil yang dialiri mata air. Spontan, mereka langsung nyebur dan berguling-guling di air hingga basah kuyup.
Seringkali, apa yang ditangkap oleh anak-anak saat bermain di alam, di luar dugaan kita para orang tua. Anak-anak juga mengamati binatang-binatang yang mereka temui di kebun, seperti kupu-kupu, tawon, keong, serangga-serangga, dan mereka juga takjub dengan…kecebong. Sampai-sampai, kecebong dibawa pulang sebagai oleh-oleh. Barangkali anak-anak tidak akan banyak mengingat presentasi yang disampaikan, akan tetapi kesenangan bermain, terpapar, dan bersentuhan dengan alam itu sendiri memberikan banyak pelajaran dan pengalaman berharga buat anak. Kali ini, pengalaman itu mereka dapatkan dari Kebun Surgawi.