Skip to main content

Ini pertanyaan yang wajar tapi juga lucu.  Wajar bagi yang bingung kenapa ada banyak orang rela berlelah-lelah dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan Pusaka Indonesia .  Lucu karena orang seperti saya yang sejak remaja sudah aktif dalam kegiatan sosial tak pernah mempertanyakan dapat apa dari segala jerih payah yang dilakukan.   Pertanyaan seperti ini, lugas saja, memang mencerminkan watak materialistik dan egoistik yang tertancap dalam hingga ke pikiran bawah sadar.  Dan ini menjangkiti banyak orang di negara ini, saat ini. 

Kalau dulu para pejuang di masa Indonesia belum merdeka, entah yang bergabung di dalam Boedi Utomo, Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Taman Siswa hingga PKI, bertanya mereka dapat apa, selesai sudah – tak mungkin ada Republik Indonesia yang merdeka.  Pejuang sejati adalah mereka yang berkorban tenaga, harta hingga nyawa tanpa berpikir dapat apa dalam arti sempit, yakni uang.

Di Pusaka Indonesia, mulai dari Ketua Umum, Sekjen hingga para kader, memang memberikan banyak hal sekaligus; uang, tenaga, pikiran – belum sampai nyawa.  Kita membiayai sendiri seluruh kegiatan kita dan melaksanakannya sendiri dengan sepenuh hati.  Udah capek, keluar duit pula.  Udah korban uang, korban tenaga dan waktu pula.

Lalu dapat apa? Jelas tidak dapat duit alias uang.  Tapi kita dapat kepuasan, rasa bermakna, rasa berkontribusi terhadap perjuangan suci untuk bangsa dan negara, dari situ kita sering merasakan bahagia yang sulit dilukiskan dengan kata-kata saat pekerjaan kita berhasil.  Kita sadar bahwa kita sedang membangun legacy yang bisa dinikmati oleh anak cucu kita di masa mendatang.   Kegiatan kita terus berjalan karena kita selalu saweran tak pernah menunggu funding dari luar.

Sebenarnya, semua yang terlibat di Pusaka Indonesia juga dapat hal lain, seperti mengalami pemberdayaan, dibangun karakter luhurnya, ditingkatkan intelektualitasnya, dibangkitkan talenta-talenta terpendamnya.  Apalagi Tim 4 L (Lu Lagi Lu Lagi) pasti mengerti mereka mendadak jadi pintar dalam beragam bidang, seperti seni, pertanian dan isu ekologi, hingga soal geopolitik.  Bahkan yang profesinya driver ojol, bakul soto dan tukang lotek, tak lagi jadi driver ojol biasa, bakul soto biasa, tukang lotek biasa.  Benar-benar jadi LUAR BIASA, dengan banyak karya dan guna untuk kehidupan, kemanusiaan, bangsa dan negara.

Jadi sebetulnya, yang aktif di Pusaka Indonesia dapat banyak hal, kecuali uang!

Kalau mau mendapatkan uang caranya tentu berbeda.  Maka di Pusaka Indonesia kita siapkan beberapa jalur:  (a) Untuk yang punya usaha mandiri kita dukung dengan pelatihan entrepreneurship, leadership dan manajerial.  (b) Untuk yang membutuhkan kerja dan kita nilai potensial direkrut jadi pegawai di lembaga-lembaga bisnis yang kita dirikan.  Jadi semua harus empan papan.

Pusaka Indonesia sebenarnya memang semacam jamu bagi penyakit materialistik, dan egoisme yang sedang menjangkiti Indonesia.

 

Setyo Hajar Dewantoro
Ketua Umum Pusaka Indonesia