Skip to main content

Bahagia Sejati 

Semat (gelar akademis), Drajat (kedudukan/jabatan), Kramat (kekayaan/harta) pada zaman ini dijadikan sebagai indikator kesuksesan pangkal kebahagiaan. Kebahagiaan diukur dari hal-hal yang bisa hilang kapan saja. Begitu juga arti sukses dan bahagia dengan mudahnya bisa lenyap seketika. Masih bisakah kita mengharapkan bahagia selama-lamanya, happily  ever after?

Pertanyaan tersebut terjawab pada Kursus Online Pemikiran Jenius Pendiri Bangsa #2 Sesi ke-4 yang membahas pemikiran Ki Ageng Suryomentaram, dan praktik nyatanya dalam kehidupan. Sebagai bukti otentik bahwa kebahagiaan sejati bukan dilihat dari gelar akademis, kedudukan/jabatan sosial masyarakat,  maupun kekayaan yang dimiliki.

Ki Ageng Suryomentaram (KAS) yang merupakan keturunan dari Sultan Hamengku Buwono VII di Yogyakarta,  dengan mudahnya melepas gelar kebangsawanannya seperti kisah Sidharta Gautama memilih untuk keluar dari lingkungan kerajaan.

KAS mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati akan bisa dicapai jika kita bisa menerima apa yang menjadi milik kita. Di Persaudaraan Matahari ini diajarkan dengan mempraktikkan hening atau sikap bersyukur atas apa yang kita miliki saat ini dan di sini.

Jika rasa senang muncul karena kita mampu mempunyai Semat, Drajat, atau Kramat, maka rasa bahagia muncul karena kita mampu menerima/bersyukur atas apa yang dimiliki. Seandainya pun berjatah mempunyai Semat, Drajat, dan Kramat, maka akan menggunakan dengan secukupnya, sewajarnya dan sebenarnya sesuai dengan Tuntutan Rasa Sejati, atau rasa yang muncul dari Wahyu Tuhan.

Rasa Bahagia Sejati inilah rasa bahagia yang memerdekakan, rasa bahagia yang tidak lekang akan waktu. Rasa bahagia yang tidak peduli bagaimanapun kondisi kita, baik sedang berjaya maupun berduka. 

Mental Merdeka

Mental merdeka telah  dimiliki oleh para pendiri Bangsa Indonesia, kita pun sebenarnya tanpa sadar juga mewarisi ‘Mental Merdeka’ tersebut. Kita seharusnya bangga menjadi keturunan Bangsa Indonesia yang mewarisi Mental Merdeka. Jangan lagi kita mau dibuat tak berdaya oleh ilusi neoliberalisme, kapitalisme, dan sosialita.

Kita generasi penerus Bangsa Indonesia yang memiliki Mental Merdeka dan mewarisi ajaran untuk mengenali Rasa Sejati, sumber Kebahagiaan yang Abadi dari Para Pendiri Bangsa Indonesia.

Kita bahagia jika semakin banyak orang yang bahagia, kita akan merasa makmur jika semakin banyak orang yang juga makmur hidupnya. Rasa Bahagia yang muncul karena kita mengamalkan Sila Pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa. Kita semakin bahagia dengan menciptakan lebih banyak kebahagiaan melalui Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

 

Prima Anafhirayani

Peserta Kursus Online Pemikiran Jenius Para Pendiri Bangsa #2

Sumber foto: langgar.co