Skip to main content

Kolaborasi istimewa antara dua lembaga, Pusaka Indonesia GemahRipah dan Nusantara Center kembali terjadi untuk yang kedua kalinya. Sesi penutupan Kursus Pemikiran Jenius Para Pendiri Bangsa diadakan secara hibrida, online dan offline, pada hari Sabtu, 16 Desember 2023, pukul 10.00 – 16.00 WIB di Museum Bahari, Jakarta Utara. Acara ini diikuti oleh total 216 peserta dan 53 di antaranya adalah peserta umum, di luar komunitas. Persiapan apik dilakukan oleh teman-teman dari Pusaka Indonesia, dengan membawa semangat kolaborasi dan gotong royong untuk menyukseskan kelas spesial ini. Secara natural teman-teman menjalankan peran masing-masing untuk pengaturan ruangan dan audio, juga menyiapkan konsumsi, jajanan rehat kopi, dan makan siang.

Ciri khas acara yang diselenggarakan oleh Pusaka Indonesia adalah kehangatan dibalut rasa kekeluargaan yang kental, meskipun membahas topik serius tiga tokoh pendiri bangsa, HOS Cokroaminoto, Ahmad Dahlan, dan Hasyim Asy’ari. Duet narasumber Setyo Hajar Dewantoro (SHD) dan Prof. Yudhie Haryono berhasil membangkitkan animo intelektual, menggelitik keingintahuan, sekaligus menghibur. Ketiga tokoh ini bukanlah pemikir di bidang dirgantara dan maritim. Itulah kenapa Prof. Yudhie menganjurkan Museum Bahari sebagai lokasi acara, untuk menjadi pelengkap bahwa kita membutuhkan wawasan dan studi-studi tentang dirgantara dan maritim juga. Selama ini, kebanyakan para tokoh bangsa sangat fokus mengembangkan kontinental, melupakan bahwa Indonesia juga mempunyai potensi besar yang belum tergali di lautan dan udara.

Suasana sesi kelas penutup (hybrid) di Museum Bahari Jakarta

Dari ketiga tokoh bangsa yang diulas, yang paling menarik bagi saya adalah gagasan HOS Cokroaminoto tentang “mengharmonikan berbagai ideologi” di bidang ipoleksosbudhankam (ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan). Dari beliau kita belajar, perbedaan pandangan bukan untuk ditentang dan dilawan, tidak perlu antipati pada pihak tertentu, dan perlunya kemampuan merangkul semua pihak, sehingga membentuk keharmonisan dalam bernegara. 

Salah satu trilogi HOS Cokroaminoto yang termasyhur adalah setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat. Ini menggambarkan suasana perjuangan Indonesia pada masanya yang memerlukan tiga kemampuan pada seorang pejuang kemerdekaan. Trilogi ini juga masih cocok diaplikasikan sampai saat ini, dan kembali ditegaskan oleh Mas Guru SHD. Mengutip Mas Guru SHD: “Hayati Tuhan Yang Maha Esa melalui ideologi bangsa, Pancasila. Lakukan yang terbaik dan biarkan Semesta yang menggenapi. Selama kita tidak kecewa pada Semesta maka Semesta tidak akan pernah mengecewakan kita.”

Melengkapi kelas Kursus Pemikiran Jenius Para Pendiri Bangsa, hari itu, peserta juga mengikuti tur yang diadakan oleh Museum Bahari. Bangunan museum yang sangat kokoh, bergaya kolonial, dihiasi jendela-jendela kayu jati yang masih utuh sampai saat ini. Program tur diawali kisah sejarah museum yang sudah ada sejak era Belanda pada tahun 1718. Pada masa itu, Belanda menjadikan gedung museum sebagai gudang penyimpanan rempah-rempah yang dijual ke luar negeri. 

Kami diajak untuk melihat berbagai koleksi perahu tradisional, kapal VOC, alat navigasi masa lalu seperti jangkar, teropong, dan meriam. Setelah itu, dilanjutkan dengan melihat gudang yang digunakan untuk menyimpan rempah-rempah.  Antusias para peserta nyata terlihat dari berbagai macam pertanyaan yang dilontarkan kepada pemandu tur. Banyak sekali sejarah dan potensi maritim yang belum diketahui publik. Sejalan dengan pernyataan Prof. Yudhie bahwa salah satu tugas agung Mas Guru SHD adalah mengembangkan negara kepulauan dan memanifestasikan gagasan mulia para pendiri bangsa.

Akhir acara ditutup dengan ajakan Mas Guru SHD untuk bersama-sama berjuang dan berkontribusi sebaik-baiknya untuk membangun Indonesia yang berdaulat, jangan ada keminderan hanya karena perbedaan strata sosial. Semua orang punya talenta untuk bersumbangsih pada ibu pertiwi. Hening dan Beraksi.

 Irma Rachmi

Kader Pusaka Indonesia DKI-Banten