Skip to main content

Pengantar editor:

Perkumpulan Pusaka Indonesia Gemahripah, dengan kader-kadernya yang tersebar di berbagai daerah mulai bergerak dengan beragam kegiatan di sektor pertanian. Mengapa pertanian sebagai langkah awal pergerakan kita? Tentu bukan pilihan asal, melainkan ada alasan mendasar mengenai pentingnya pertanian sebagai titik pijak terwujudnya Indonesia Gemah Ripah.

Berikut catatan dari Pendiri sekaligus Ketua Umum Perkumpulan Indonesia Gemahripah, Setyo Hajar Dewantoro :

Pertanian kita jauh dari idealitas sebagai sektor yang menjadi basis kegemahripahan, karena terpedaya oleh manuver Revolusi Hijau. Kini kita punya masalah berupa terdegradasinya lahan pertanian yang ada, ketergantungan para petani kepada pemasok benih, pupuk dan pestisida, juga rusaknya tata niaga hasil pertanian dimana pengambil rente yang serakah membiarkan petani tetap miskin karena menjadi mereka penerima nilai tambah yang paling kecil. Maka, di satu sisi perlu ada pemerintahan yang benar-benar bisa melindungi petani dan melumpuhkan para mafia pupuk, benih, pestisida dan mafia perusak tata niaga hasil tani. Memang harus ada pemerintahan yang berani mengkoreksi Revolusi Hijau dan menggantinya dengan model pembangunan pertanian yang berorientasi memuliakan tanah, sekaligus membuat para petani ada dalam kemandirian.

Sembari menunggu momen kemunculan pemerintahan dengan idealitas seperti di atas, maka yang bisa dilakukan saat ini adalah mengembangkan gerakan rakyat untuk kembali bertani dengan cara yang memuliakan tanah, menghormati Ibu Bumi, serta berorientasi pada keswasembadaan dan kemandirian. Secara praktis, perlu ada Ksatria Cahaya yang memberi keteladanan dalam pengembangan pertanian organik dengan sistem biodinamik, permakultur, dan semacamnya.

Spiritualitas dapat diterapkan di dalam praktik pertanian selain dengan memuliakan tanah dan menghormati Ibu Bumi adalah dengan mempelajari bagaimana kecerdasan kosmik bekerja pada ekosistem yang masih natural. Kita belajari bagaimana ritme pertumbuhan dari semua elemen di dalam ekosistem itu, dan bagaimana pula saling keterhubungan dan kerjasama saling menguntungkan di antara seluruh elemen. Seorang petani dengan pendekatan spiritual sebenarnya hanya katalisator dalam proses dan sistem itu, jangan menjadi perusak dengan menganggap diri hebat. Semua petani sewajarnya mengerti prinsip kosmik yang fundamental: siapa yang memuliakan tanah pasti dihidupi oleh tanah. Jangan pernah jadi serakah sehingga malah merusak tanah dan memperkosa Ibu Bumi.

Para Ksatria Cahaya bisa berkontribusi dengan membuat aksi-aksi berskala mikro dalam hal reforestasi, penciptaan mata air baru, penanganan pencemaran lingkungan maupun pengelolaan sampah – terutama sampah rumah tangga. Rintisan di berbagai bidang itu sudah ada, dilakukan oleh para social entrepreneur yang seringkali tak terkenal. Semuanya tinggal ditelusuri, dipelajari, diteladani, ditambahi dengan hal-hal baru yang bisa didapat di dalam keheningan.