Skip to main content

Inilah yang terjadi di Pusaka Indonesia, yang sedang mengalami fase renaissance atau kebangkitan. Melalui Sendratari Neng Ning Nung Nang, yang digelar pada hari Jumat, 24 Oktober 2025, mewakili proses kebangkitan klasik sesuai jati diri bangsa yang humanis dan menyentuh seluruh aspek kehidupan: sejarah, intelektual, seni budaya, sosial ekonomi, dan kesadaran.

Lebih dari separuh kader perkumpulan terjun langsung dalam langkah perencanaan Manajemen Matahari. Mereka berkolaborasi cantik dengan para tenaga ahli yang kompeten di bidangnya masing-masing, menuangkan segala daya yang dimiliki untuk mempersembahkan karya yang membangkitkan semangat Nusantara bagi 500 penonton yang terdaftar.

Manusia merupakan tokoh sentral yang diberdayakan dan dibangun melalui serangkaian program kegiatan yang ada di Pusaka Indonesia. Program yang dirancang berlandaskan value luhur dan rumusan Trisakti, melalui pembangunan karakter kepemimpinan Sigma, seluruh kader Pusaka Indonesia dilatih agar dapat hening, berkarya, dan mencipta mahakarya. Bergerak dalam kesetimbangan dan harmoni pikiran serta kesadaran, menciptakan medan energi yang bermanfaat bagi banyak orang.

Penyelenggaraan pagelaran seni berkategori sendratari memang baru pertama kali dilakukan, setelah lima pagelaran seni budaya dan beberapa pertunjukan seni tari dan vokal yang telah kami persembahkan. Kali ini peningkatan dilakukan melalui performa manajemen sejak dini, melalui perencanaan dan persiapan yang lebih matang ketimbang sebelumnya. Seluruh panitia membangun kolaborasi yang transparan walaupun terpisah oleh jarak yang tersebar di seluruh wilayah Nusantara, menjalankan ratusan jam persiapan, rapat, dan latihan baik offline maupun online dengan hati yang tulus. Dalam prosesnya, para kader menghadapi dinamika, gerak perubahan, dan tantangan secara bergotong royong, mengasah ketangguhan, resiliensi, kemampuan beradaptasi, dan berintegritas pada value demi mencapai tujuan yang luhur.

Pagelaran ini mengusung filosofi luhur kekayaan Nusantara Neng Ning Nung Nang, seperti yang digagas dalam buku berjudul Neng Ning Nung Nang karya Ketua Umum Pusaka Indonesia, Setyo Hajar Dewantoro. Filosofi warisan leluhur yang aplikatif bagi kehidupan manusia modern, sebagai bentuk kebangkitan intelektual, seni, dan budaya yang akan membawa kesetimbangan dan harmoni bagi kesadaran peradaban yang sedang muram dan lesu. Filosofi luhur yang telah me-renaissance pola berpikir dan kesadaran para kader Pusaka Indonesia, sehingga mampu menyelenggarakan program secara bergotong royong dengan totalitas. Sama seperti seluruh program pelestarian dan kebangkitan yang ada di Pusaka, terselenggaranya sendratari ini murni hasil sumbangsih seluruh kontributor yang peduli terhadap aspirasi kebangsaan Pusaka Indonesia.

Perkumpulan Pusaka Indonesia adalah wadah untuk mengembangkan diri, bertumbuh menjadi individu dengan versi terbaik, dan berperan dalam membangkitkan kesadaran secara kolektif. Sebuah organisasi non-profit yang memantik kebangkitan kesadaran dengan semangat gotong royong, agar mampu menjadi individu yang Heneng Meneng selalu sadar dan meditatif, Hening Wening menjadi jiwa yang jernih, Dunung Kasinungan selalu setia pada dan mendapatkan anugerah-Nya, Wenang Menang menjadi pemenang kehidupan.

Semuanya bermuara pada satu cita-cita luhur: terciptanya bumi yang seperti surga.

 

“Menjadi versi terbaik adalah tentang membangun legacy yang mengubah hidup dan memberikan manfaat secara holistik bagi kehidupan.” 

~Pusaka Indonesia

 

Ay Pieta
Sekretaris Jenderal Pusaka Indonesia