Apa periferalitas dari jalur rempah? Periferalitas adalah elemen lain yang berkaitan. Antara lain, tumbuhnya mentalitas samudra, karakter terbuka, serta watak konsistensi.
Hal ini sejalan dengan rekomendasi diskusi bertema atlantik untuk merumuskan mentalitas samudra, karakter maritim, dan jiwa bahari. Ini tema penting karena kolonialisme telah mengubah peradaban bangsa ini yang semula berorientasi kelautan (maritime orientation) menjadi berorientasi daratan (continental orientation). Akibatnya, mental bangsa ini menjadi kerdil, inlander, ke dalam, multifokus, dan jangka pendek.
Apa sajakah mental samudra itu? Pertama tentu saja berjiwa besar (bijak bestari), yaitu memiliki sifat, sikap, dan tindakan besar. Tentu saja, jiwa besar itu selalu ingin melampaui generasinya untuk berprestasi tanpa menyingkirkan; naik tinggi tanpa menjatuhkan; berbuat baik tanpa harus menjelekkan; bersikap benar tanpa harus mencari dan menyalahkan orang lain. Berjiwa besar melahirkan etos kerja cerdas yang berdentum saat melihat kegelapan masa kini dan kebuntuan masa depan.
Kedua, berjiwa penyabar. Sifat dan sikap sabar adalah kemampuan manusia dalam mengatur, mengendalikan, mengarahkan (pikiran, perasaan, ucapan, tulisan dan tindakan), serta mengatasi berbagai kesulitan secara komprehensif dan integratif dengan lima kunci utama yaitu tegas, teguh, tabah, titis (fokus), dan tekun. Ini berimplikasi pada kemampuan melenyapkan musuh masa lalu, mengalahkan musuh masa kini, dan mengantisipasi musuh masa depan.
Ketiga, fokus menatap keluar. Mentalitas ini membuat dirinya percaya diri (merdeka, mandiri, dan berdaulat) dalam merumuskan tujuan kehidupannya berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional) dan berupaya mencapai tujuan dengan cara mengembangkan kejeniusan dan keterampilan. Berorientasi keluar dengan tradisi respek, empati, peduli terhadap lingkungannya dan bersifat fleksibel dalam berpikir, menghargai orang lain, merasa nyaman, dan terbuka terhadap orang lain, tidak membiarkan dirinya menjadi korban ketololan.
Keempat, bertindak detail. Mentalitas detail adalah karakter fokus dan tindakan cermat secara mendalam yang disusun secara rinci, logis, padat, rasional, dan penuh perhitungan matang. Kita tak mungkin berlayar di tengah samudra tanpa tahu detail siapa penumpangnya, apa kapalnya, berapa bekalnya, ke mana tujuannya, apa rintangannya, di mana jalurnya, dan siapa-siapa penolongnya, serta apa solusinya jika ada bencana. Detail mengharuskan kecerdasan dan pengalaman serta loyalitas. Tanpa ketiganya, detail kehilangan relevansinya.
Kelima, berjiwa semesta. Mentalitas ini mendorong temuan-temuan baru dan karya cipta baru atau kebaruan. Konsep semesta maksudnya terkait dengan pengertian bahwa jalannya sejarah seketika memulai hal baru sambil memelihara kebaikan hal lama. Tradisi ini mengimplikasikan sejarah baru, kisah yang tidak pernah diketahui atau diceritakan sebelumnya. Mentalitas semesta menjadi jembatan yang mentransformasikan dunia lama menjadi dunia baru. Alhasil, semua akan berdampak besar dalam transformasi kehidupan yang mengandung kebaruan dalam struktur keyakinan, iptek, dan hubungan-hubungan progresif.
Singkatnya, mentalitas ini perlu dikaji, diperdalam, diajarkan, dicetak, dan ditradisikan terus menerus di mana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja. Sebab, tanpa mentalitas samudra, kita tidak bisa bayangkan suatu kapal besar bernama Indonesia akan sampai tujuannya, jangan-jangan malah terus terombang-ambing di tengah samudra.
Yudhie Haryono, CEO Nusantara Centre
sumber foto: liputan6.com