Skip to main content

Selama ini, paham sosialisme kerap disalah mengerti banyak orang, termasuk saya. Sosialisme digembar-gemborkan identik dengan komunisme dan haluan kiri sehingga banyak orang antipati. Dipandu oleh Setyo Hajar Dewantoro, Ketua Pusaka Indonesia, bersama narasumber Prof. Yudhie Haryono, pendiri Nusantara Center, kelas Pikiran Jenius Pendiri Bangsa sesi terakhir (14 September 2023) lagi-lagi membuka mata (dan pikiran) tentang hal baru. Kali ini meluruskan pemahaman sosialisme, dalam hal ini nilai yang diperjuangkan oleh Soetan Sjahrir. Perdana Menteri pertama Republik Indonesia (dari tahun 1945-1947), pendiri Partai Sosialis Indonesia, dan satu dari tiga serangkai Soekarno-Hatta-Sjahrir, triumvirat yang berada di center stage memimpin perjuangan melawan kolonialisme dan imperialisme Belanda.

Dalam pemaparannya, Prof. Yudhie mengingatkan kembali, gagasan sosialisme Sjahrir adalah kesejahteraan, kemakmuran rakyat, dan kedaulatan bangsa. Tentu, hal yang menjadi impian dan cita-cita kita semua. Perang dengan senjata sudah lama berlalu, tapi bentuk-bentuk perang di masa kini, yang sangat subtle, sesungguhnya masih terus berlangsung. Ironisnya, kita dibuat terlena dengan segala kenyamanan hidup dan mimpi yang dibangun di atas kasur materialisme. Negeri kita merdeka secara de jure tapi kita tidak lagi punya kedaulatan di bidang pangan, sumber daya alam, pendidikan, ekonomi, dan yang tiga tahun terakhir kita saksikan: kesehatan. Kita bahkan kehilangan kedaulatan atas tubuh kita, namun berlindung di balik sains.

Ditarik secara kontekstual, di masa sekarang, dengan gaya hidup yang berlebihan dan cenderung mengada-ngada, sosial, budaya, dan ekonomi kita digerus oleh konsumerisme dan kapitalisme, jauh dari cita-cita triumvirat Soekarno-Hatta-Sjahrir. Prof. Yudhie menyinggung soal pintu masuk kapitalisme di kalangan perempuan, misalnya, konsep tentang tren kecantikan sedemikian rupa yang harus diikuti sampai alis, bulu mata, rambut yang disambung-sambung. Produk sampo yang harganya jauh lebih mahal dari sabun, belum lagi produk-produk perawatan lain yang sebetulnya tersier, tapi direkonstruksi sehingga dipercaya sebagai kebutuhan primer yang harus dibeli. Kita dibuat tidak lagi bangga pada produk dalam negeri, dan semakin lama kualitas buatan lokal menjadi semakin susah bersaing dengan produk luar. Lalu, ada pula, rekayasa ideologi perancuan gender lewat kampanye LGBTQ+, sekarang dikenal sebagai LGBTQIA2S+ (lesbian, gay, bisexual, transgender, gender expansive, queer and/or questioning, intersex, asexual, and two-spirit), dan mereka yang tidak mendukung dicap tidak pro HAM. Tidak lain semua untuk melancarkan penetrasi konsumerisme dan perang dagang para produsen dari negeri kolonial masa kini.

Terusik untuk mencari tahu lebih dalam, lantas seperti apa sosialisme yang diangankan Sjahrir? Kita perlu menengok dan belajar dari negeri Nordik, seperti Finlandia, Swedia, dan Denmark. Di sanalah puncak-puncak sosialisme terapan. Denmark, misalnya, memiliki sistem kesejahteraan yang kuat yang mencakup layanan kesehatan, pendidikan, pekerjaan, dan kesejahteraan sosial yang luas. Layanan kesehatan di Denmark sepenuhnya dibiayai oleh pemerintah dan tersedia untuk semua
warga dengan biaya rendah atau bahkan gratis. Demikian pula, pendidikan dari TK hingga perguruan tinggi juga dibiayai oleh pemerintah. Peran pemerintah kuat dalam memastikan kesejahteraan sosial dan keadilan ekonomi. Apalagi kita punya Pancasila, yang ideologinya jelas lebih keren dan ‘paket Combo’, jika dihayati dan diterapkan, Indonesia seharusnya bisa lebih melenting kemajuannya dari negeri-negeri Nordik.

Visi welfare state atau negara kesejahteraan ini di Indonesia tercermin dalam Pembukaan UUD 1945 yang mencakup komitmen untuk “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,…” Tampaknya, masih jauh dari kenyataan. Sosialisme dikalahkan dalam peperangan asimetris bernama neoliberalisme yang sudah berlangsung sejak era orba.

Dan setelah kelas semalam, saya jatuh cinta pada Sjahrir dan…sosialisme.

Ficky Yusrini

Kader Pusaka Indonesia Wilayah Jawa Barat