Sancaya Indonesia yang berlokasi di Desa Pandak Gede, Tabanan, Bali, tidak sekadar sekolah inklusif, tetapi juga tempat anak-anak dapat menjelajahi dan belajar langsung dari alam. Di sini, anak-anak diperkenalkan dengan Kebun Surgawi (KS) 78, sebuah kebun percontohan yang menerapkan metode Sigma Farming—pertanian organik yang menyatu dengan alam. Program Kelas Berkebun yang ditawarkan di KS 78, yang memiliki luasan 1000 meter persegi, menjadi daya tarik tersendiri, memberikan pengalaman belajar yang seru, penuh makna, dan menyenangkan.
Dalam suasana yang menyenangkan, anak-anak terlibat aktif dalam kegiatan berkebun, mulai dari menanam, membuat pupuk, memanen, memasak hasil panen, membersihkan saluran irigasi dari sampah plastik, merawat tanaman dan ternak, dan sebagainya. Program KS 78 ini juga dibuka untuk umum.
Kegiatan berkebun dilakukan setiap hari Kamis, pukul 15.00–16.00 WITA, dan setiap Minggu, pukul 09.00–12.00 WITA. Peralatan berkebun yang digunakan dalam program ini berupa alat pertanian berukuran mini yang sesuai untuk anak-anak, seperti gembor, sekop kecil, gunting tanaman, dan ember.
Tujuan dari program Kelas Berkebun KS 78 Sancaya Indonesia, antara lain:
- Mengajarkan anak-anak untuk lebih dekat dengan alam.
- Mengenalkan anak-anak pada sumber asal makanan yang mereka konsumsi.
- Menumbuhkan rasa menghargai alam dan merawatnya dengan metode yang selaras dengan ekosistem.

Siswa Sancaya Indonesia sedang berkebun
Program ini dikoordinasikan oleh Nabila, pemilik Sancaya Indonesia, dengan Ni Kadek Dwi Noviyani sebagai Koordinator KS 78 sekaligus pengajar Kelas Berkebun. Kegiatan ini juga melibatkan siswa, guru Sancaya Indonesia, dan kader Pusaka Indonesia Bali.
Para siswa sangat menikmati Kelas Berkebun karena mereka dapat belajar dengan suasana santai di luar kelas sambil berinteraksi langsung dengan alam. Dalam program ini, anak-anak belajar mengenal berbagai warna, jenis sayuran, dan tanaman, serta belajar menghitung hasil panen. Mereka juga dilatih untuk berkolaborasi, bergotong royong, dan mencari solusi terhadap kendala yang mereka hadapi selama berkebun. Kegiatan ini mengajarkan mereka untuk lebih fokus dan berhati-hati dalam berkegiatan.
Dampak positif dari program ini adalah anak-anak menjadi lebih kreatif dan peduli pada lingkungan sekitar. Mereka belajar untuk tidak menyakiti tanaman dan hewan, serta mengembangkan rasa empati terhadap alam. Anak-anak juga diperkenalkan pada berbagai ekosistem, memahami hubungan sebab-akibat antara berbagai unsur lingkungan, serta belajar mengidentifikasi masalah sederhana di sekitar mereka dan cara-cara praktis untuk menjaga keseimbangan ekosistem. Misalnya, mereka diajarkan memilah sampah organik dan nonorganik serta membuangnya dengan benar.
KS 78 Sancaya Indonesia memberikan pengalaman belajar yang bermanfaat bagi anak-anak, meskipun terdapat tantangan tersendiri. Saat musim kemarau, kegiatan bisa terganggu karena area kebun belum memiliki tempat berteduh yang memadai, hanya ada sebuah gubuk kecil untuk menyimpan peralatan. Sebaliknya, pada musim hujan, tanah di area kebun menjadi lengket dan licin, sehingga program berkebun kadang terpaksa dihentikan. Harapannya ke depan, bisa membangun ruang kelas terbuka sederhana di area kebun untuk menciptakan tempat belajar yang lebih nyaman.
Kelas Berkebun Anak di KS 78 Sancaya Indonesia terbukti efektif untuk mengajarkan dan membimbing anak-anak agar lebih menghargai dan merawat alam dengan sikap dan tindakan yang selaras dengan ekosistem.
Ni Kadek Dwi Noviyani,
Koordinator Sigma Farming Academy (SFA)