Persoalan pengelolaan sampah menjadi tantangan tersendiri. Metode pengelolaan sampah plastik telah banyak ditawarkan. Namun, pengelolaan sampah anorganik rumah tangga, belum banyak mendapat solusi. Berangkat dari kepedulian akan hal tersebut, Pusaka Indonesia menawarkan salah satu solusi penanganan sampah organik rumah tangga dengan mengolahnya menjadi Eco Enzyme.
Aktivis dari Pusaka Indonesia, Maria Rahayuningsih dan Rochus Suradi yang hadir di obrolan Green Radio di RRI Pro 1 Jakarta pada Maret 2025 lalu membagikan pengalamannya membuat dan memanfaatkan Eco Enzyme dalam keseharian. Menurut Maria, gerakan Eco Enzyme di Pusaka Indonesia dilatarbelakangi oleh kepedulian untuk mengurangi sampah rumah tangga, dan beban di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Keduanya juga membagikan tip-tip dalam membuat Eco Enzyme.
Rochus yang juga Kapten Sigma Farming Academy Pusaka Indonesia menjelaskan bahwa Eco Enzyme memiliki banyak manfaat dalam keseharian. Misalnya, bisa digunakan sebagai alat pembersih rumah tangga seperti pencuci piring, deterjen, karbol, dan shampoo.
“Eco enzyme juga bisa digunakan sebagai pupuk tanaman, memulihkan tanah yang rusak, dan menjernihkan air yang tercemar,” kata Rochus.
Baca juga: Belajar Mengolah Sampah Organik, Siswa Surabaya Praktik Membuat Eco Enzyme
Maria yang juga PIC Riset Sigma Farming Academy Pusaka Indonesia DKI-Banten menambahkan, semua orang bisa membuat Eco Enzyme di rumahnya masing-masing. “Tidak sulit, hanya menggunakan sisa sampah organik dan bahan-bahan lain yang ada di dapur,” jelasnya. Berikut Maria membagikan cara membuat Eco Enzyme di rumah:
Alat dan bahan:
- Sampah organik, berupa sisa sayur dan buah yang masih dalam kondisi baik dan bukan hasil pemasakan. Potong kecil-kecil.
- Gula merah. Jenis gula yang digunakan adalah gula aren, gula kelapa, gula lontar, molase cair, atau molase kering.
- Air bersih. Bisa menggunakan air galon, air sumur, air PAM, air hujan, maupun air sisa buangan AC.
- Wadah plastik kedap udara. Sangat disarankan menggunakan wadah plastik ketimbang kaca. Sebab wadah kaca dapat berisiko pecah akibat aktivitas mikroba fermentasi.
Langkah pembuatan:
- Masukkan semua limbah sayuran atau buah, gula, dan air ke dalam wadah. Pastikan wadah yang digunakan dalam keadaan bersih. Pembuatan Eco Enzyme dilakukan dengan rumus 1:3:10. Artinya, 1 bagian gula merah/molase, 3 bagian sampah organik (kulit buah/sayur yang tidak keras, tidak berlemak, tidak bergetah dan tidak busuk), dan 10 bagian air. Volume yang digunakan adalah 60 persen dari volume wadah.
- Aduk semua bahan yang sudah dimasukkan ke dalam wadah. Lalu wadah ditutup rapat dan dibiarkan selama 3 bulan, agar bahan organik dan larutan gula terfermentasi.
- Letakkan wadah pada tempat dengan sirkulasi udara yang baik dan tidak terkena sinar matahari langsung.
- Buka tutup wadah pada minggu pertama untuk mengeluarkan gas di dalamnya dan untuk mencegah wadah meledak.
- Setelah 3 bulan, Eco Enzyme bisa dipanen dan dapat digunakan.
Maria menambahkan bahwa partisipasi komunitas sangat penting dalam membantu pemerintah mengatasi masalah sampah. Melalui kesadaran dan keterlibatan aktif, komunitas dapat berkontribusi dalam berbagai cara penanganan sampah. Misalnya, mengorganisir program daur ulang, mengedukasi masyarakat tentang pengelolaan sampah yang baik, serta berpartisipasi dalam kegiatan bersih-bersih lingkungan.
Baca juga: Mengenalkan Cinta Lingkungan Sejak Dini, Melalui Pembuatan Eco Enzyme
Sebuah kolaborasi yang baik tidak hanya meringankan beban pemerintah, tetapi juga menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat bagi masyarakat. “Sebagai warga Jakarta, mari kita ikut berpartisipasi membantu pemerintah mengatasi sampah dengan memulai dari dapur sendiri,” kata Maria.
Maria Dewi Natalia
Kader Pusaka Indonesia DKI-Banten