Tak seperti biasanya, ada yang berbeda pada kegiatan Pusaka Indonesia wilayah Yogyakarta kali ini, karena kami diundang berkolaborasi oleh komunitas Dokter Katolik Jogja. Kegiatan ini berupa edukasi penyakit Diabetes Melitus, pemeriksaan kesehatan gratis dan pengenalan Eco Enzyme (EE) untuk lingkungan bersih dan sehat di Balai Padukuhan Bleberan, Trisik, Kabupaten Kulon Progo, DIY. Kegiatan yang diselenggarakan pada Minggu, 20 Oktober 2024 ini diikuti dan disimak dengan antusias oleh bapak-bapak, ibu-ibu, serta pemuda Dusun Bleberan.
Komunitas Dokter Katolik Jogja yang dibentuk sejak 28 Januari 2018 telah mengadakan berbagai sosialisasi kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran warga dalam memelihara kesehatannya. Pada kegiatan ini, kader Pusaka Indonesia Wilayah Yogyakarta yang dipimpin oleh Robertus Suprobo Jati selaku Ketua Wilayah, berkesempatan memperkenalkan apa itu Eco Enzyme, cara pembuatan dan pemanfaatannya. Sesi presentasi disampaikan oleh Yosephine Vindry Astuti sebagai Kapten Kebun Surgawi Wilayah Yogyakarta. Vindry dan rekan-rekan kader lainnya. Pada sesi ini Tim Pusaka menekankan peran Eco Enzyme dalam pelestarian lingkungan, di antaranya untuk pemulihan sungai, tanah, dan udara yang tercemar. Warga tampak penasaran pada manfaat Eco Enzyme yang serbaguna. Mayoritas warga yang bertani dan beternak ini tertarik dengan materi yang disampaikan karena pembuatan Eco Enzyme yang mudah dan bahan-bahannya tersedia di sekitar kita.
Di tengah diskusi, muncul ide dari salah satu warga untuk menggunakan Eco Enzyme dalam mengatasi bau tak sedap yang ditimbulkan dari aktivitas beternak itik dan sapi yang banyak ditemukan di Dusun Bleberan. Dalam penjelasannya, tim Pusaka Yogyakarta pun bercerita tentang penanganan bau sampah dengan Eco Enzyme yang telah dilakukan kader Pusaka di Tasikmalaya. Selain lingkungan yang tercemar bau kotoran ternak, warga juga tertarik berdiskusi lebih lanjut tentang Sigma Farming.
Di Dusun Bleberan, kami melihat ada tantangan sekaligus berkat tersembunyi, yaitu adanya kotoran ternak dan berbagai tumbuhan di sekitar yang bisa digunakan sebagai pupuk dan pestisida nabati. Selama ini tantangan tersebut belum disadari warga sebagai potensi yang bisa dimanfaatkan untuk pemulihan lingkungan. Warga pun tampak semangat untuk belajar lebih lanjut, karena sebagian dari mereka juga bertani cabai. Selain itu ada Hutan Mangrove yang dikelola oleh warga sejak tahun 2013, yang sempat juga dituang Eco Enzyme meskipun tidak banyak karena perlu membaginya ke area sungai.

Tuang Eco Enzyme ke sungai
Siang itu presentasi Eco Enzyme dilanjutkan dengan menuang Eco Enzyme ke sungai sebanyak 52 liter di beberapa titik bersama warga dan tim Dokter Katolik Jogja. Lalu acara diakhiri dengan pemeriksaan kesehatan berupa cek gula darah dan asam urat gratis. Dari kegiatan ini Vindry, Kapten Sigma Farming Wilayah Yogyakarta berharap warga setempat mau membuat Eco Enzyme sendiri atau berkolaborasi membuat amunisi Sigma Farming yang bisa digunakan untuk pemulihan tanah, terlebih karena limbah kotoran hewan (kohe) di sana melimpah.
Saling memberi dan menerima, itulah yang terjadi pada kolaborasi kali ini. Sebab, tak hanya warga Dusun Bleberan yang mendapat manfaat namun kader Pusaka pun belajar dari warga yang sudah mulai praktik membuat biogas untuk digunakan memasak. Sebelum acara dimulai, Nirwanto, Kepala Dukuh Bleberan berbagi cerita suka dukanya dalam bergiat melestarikan lingkungan, hingga mengangkat potensi wilayahnya agar warga lebih berdaya. Selain berbagai potensi yang ada di padukuhannya, warga juga menghadapi ancaman kerusakan lingkungan dari aktivitas penambangan pasir di sekitar sungai. Meski demikian, warga terus berupaya menjaga lingkungan dengan apa yang mereka bisa. Dengan adanya kegiatan pagi itu, Nirwanto sangat mendukung karena kita telah melakukan tindakan nyata untuk pelestarian alam. “Memang kegiatan ini tidak bisa kita lakukan cuma sekali, harus dilakukan secara terus menerus dan terprogram,” harapnya.
dr. Caraka Anto Yuwono selaku perwakilan dari komunitas Dokter Katolik Jogja menutup acara dengan foto bersama. Ia berharap kolaborasi ini dapat membawa manfaat bagi warga setempat. “ Saya juga berharap dalam 5 atau 10 tahun yang akan datang daerah Bleberan menjadi alternatif desa wisata supaya area tersebut menjadi area konservasi lingkungan, serta tidak ada lagi penambangan pasir,” tutur dr. Caraka.
Kolaborasi Pusaka Yogyakarta dan Komunitas Dokter Katolik Jogja pagi itu berlangsung dengan hangat dalam suasana suka cita. Berbagai ide kolaborasi lanjutan juga muncul dalam diskusi informal di sela-sela kegiatan. Meski ancaman perusakan lingkungan di depan mata namun tak menyurutkan semangat dan harapan untuk terus melakukan aksi nyata demi bumi yang lestari.
Mertha Prana & Wening Fikriyati
Kader Pusaka Wilayah Yogyakarta