Skip to main content

Obrolan Green Radio di RRI Pro 1 Jakarta pada 9 Maret 2025 menghadirkan Dwinita Permatasari, PIC Eco Enzyme (EE) & Titik Titip Sampah (TTS) DKI Jakarta-Banten, yang diinisiasi oleh Pusaka Indonesia. Program TTS merupakan bagian dari komitmen Pusaka Indonesia untuk berkontribusi dan memberikan solusi atas berbagai permasalahan sosial dan lingkungan di Indonesia. Saat ini TTS sudah tersedia di 4 kota, yakni di Jakarta, Bekasi, Yogyakarta, dan Madiun. Program ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah dan mengubah perilaku mereka menuju gaya hidup yang lebih ramah lingkungan, dimulai dari para kader Pusaka Indonesia sendiri. 

Memilah sampah pada dasarnya adalah proses memisahkan sampah anorganik dan organik. Sampah anorganik, seperti plastik, kaleng, dan styrofoam, sulit terurai dan dapat merusak lingkungan jika dibuang sembarangan. Sementara itu, sampah organik yang berasal dari sisa hewan dan tumbuhan cenderung lebih mudah terurai secara alami.

Namun, berkomitmen untuk memilah sampah anorganik dan organik secara konsisten bukanlah hal yang mudah. Banyak tantangan yang datang, baik dari dalam diri sendiri maupun lingkungan sekitar. Dari dalam diri sendiri, sering kali muncul rasa malas, enggan repot, atau kurang disiplin dalam pemilahan. Sementara itu, dari eksternal, dibutuhkan usaha untuk menyadarkan orang di sekitar kita, terutama anggota keluarga, untuk mulai membangun kesadaran akan pentingnya memilah sampah. Dwinita sendiri tidak segan mengambil tanggung jawab dan memberi contoh dengan mempraktikkan cara memilah sampah serta memfasilitasi tempat sampah di rumahnya.

Baca juga: Pola Hidup Ramah Lingkungan, Langkah Awal untuk Memulihkan Bumi

Di sisi lain, di lingkungan sekitar kita pada dasarnya sudah banyak program bank sampah. Perhatian pemerintah dalam program memilah sampah di tempat umum sudah cukup bagus dengan menyediakan tiga macam tempat sampah: Organik (Hijau), Anorganik (Kuning) dan Bahan Berbahaya & Beracun (Merah). Namun program ini belum berjalan optimal sebagaimana mestinya, karena belum terbangunnya kesadaran itu. “Harus ada stimulus untuk warga agar lebih sadar akan pentingnya memilah sampah ini,” tutur Dwinita. 

Bagi Dwinita, memilah sampah yang bisa dimulai dari dapur, tidak hanya penting untuk kebersihan rumah, namun juga berperan besar dalam menjaga kelestarian lingkungan. Di samping itu, memilah sampah yang dapat didaur ulang dapat mengurangi volume sampah yang masuk ke pembuangan akhir (TPA) sehingga bisa mengurangi polusi yang merusak ekosistem. Oleh karena itu, langkah kecil ini diinisiasi oleh Pusaka Indonesia. Sebab setiap langkah kecil dalam menjaga lingkungan adalah langkah besar bagi masa depan Bumi. 

Selama ini Pusaka Indonesia telah memberikan edukasi pengelolaan sampah kepada masyarakat, mengorganisasi program pembersihan lingkungan. Pusaka Indonesia juga memberikan kesempatan bagi siapa pun, termasuk masyarakat umum untuk menitip sampah di berbagai kota yang sudah tersedia TTS.

 

Irma Rachmi
Kader Pusaka Indonesia DKI-Banten