Skip to main content

Memulihkan bumi yang sedang sakit agar menjadi tempat tinggal yang layak sebagai Bumi Surgawi adalah visi agung Pusaka Indonesia yang berlandaskan keheningan. Salah satu agenda untuk memulihkan Ibu Bumi tersebut adalah penanaman bibit pohon yang dapat menjaga ketersediaan air tanah. Namun demikian, tidak semua jenis tanaman dapat menampung air tanah. Beberapa jenis pohon atau tanaman yang baik sebagai pohon konservasi antara lain: beringin, sukun, bambu, merbau, sawo hijau, rotan, dan cembirit. Sedangkan jenis pohon yang tidak baik untuk tata kelola air adalah eucalyptus, akasia, sawit, jati, sengon, flamboyan, dan mahoni.

Pusaka Indonesia mengagendakan penanaman pohon untuk konservasi air dilakukan serentak mulai dari tanggal 22 Maret hingga 24 Maret 2024 di semua wilayah kerja. Sedangkan untuk wilayah DIY sendiri, dipilih tanggal 22 dan 23 Maret 2024. Penanaman pada hari pertama dilakukan di Kebun Surgawi 12 (KS 12), Mlati, Sleman, dekat dengan kediaman Probojati. Bukan tanpa alasan, KS12 merupakan satu-satunya KS di Jogja yang mempunyai lahan terbuka di area padat penduduk. Harapannya, pohon konservasi ini nanti selain menjadi paru-paru perkampungan, juga menjadi lumbung air bagi penduduk yang sumurnya menjadi kering pada saat musim kemarau. 

Bibit pohon sukun di KS 12 Mlati Jogja

Pohon yang akan ditanam adalah sukun. Bibit sukun dipilih sebab selain ukurannya yang tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan beringin, juga mudah dirawat sampai berbuah. Pohon sukun sangat cocok ditanam di KS 12 yang letaknya di tengah-tengah pemukiman warga, walaupun nantinya diupayakan agar tumbuhnya tidak terlalu tinggi dan melebar dengan memangkas dahannya secara rutin. Sebelum penanaman dimulai, Probo dan Theo terlebih dahulu membuat larutan vortex Bakteri Pemulih Tanah (BPT) Sigma 1 dan 2 untuk menyiram bibit sukunnya. Selain itu, mereka juga menyiapkan kompos sebagai media tanamnya.

Setelah penanaman bibit sukun selesai, mereka memanen kacang sacha inchi yang sudah berusia 8 bulan dan kacang hijau yang sudah berusia 90 hari. Selama ini, penanaman kacang sacha inchi relatif mudah dengan menggunakan metode Sigma Farming. Selain rutin pemberian vorteks BPT Sigma 1 dan 2, perawatan lainnya adalah dengan mengaplikasikan asam amino dan ekoenzim, yang terbukti dengan tanah dan tanamannya menjadi subur.

Penanaman pohon konservasi air berlanjut keesokan harinya pada tanggal 23 Maret 2024 di Magelang, tepatnya di KS 19. Theo dan Endra berangkat pukul 07.00 WIB dari Yogyakarta. Sebelumnya mereka mampir terlebih dahulu ke rumah Probojati untuk mengambil bibit beringin yang sudah dipersiapkan. Penentuan lokasi penanaman KS 19 yang dikelola oleh Heru Santoso, ayahanda Guru SHD yang kerap disapa Mbah Kung, ternyata dulu pernah ada pohon beringin. Lebih dari itu, pohon beringin ini nanti diharapkan dapat menjadi lumbung air bagi warga di lokasi sekitar KS 19 saat musim kering tiba. 

Di Magelang, Theo dan Endra ditemani kader Pusaka lainnya, ada April, Wisnu, dan Mbah Kung sendiri. Pada saat penanaman, mereka saling berbagi tugas. Selain membuat vortex Bakteri Pemulih Tanah (BPT) Sigma 1 dan BPT Sigma 2, ada yang bertugas menggali lubang di titik tanam yang sudah ditentukan. Namun demikian, sebelum memulai seluruh rangkaian kegiatan, mereka mengawalinya dengan meditasi terlebih dahulu.

Tantangan dalam menanam pohon konservasi air di KS 19 adalah penentuan titik tanam yang tepat. Hal tersebut terkait dengan pembagian area tanam, supaya kedepannya tidak mengganggu penduduk sekitar dan sinar matahari terhalang masuk ke tanah bedengan. Selain itu, tantangan lainnya adalah adanya mitos bahwa beringin merupakan pohon berhantu dan akarnya dapat merusak tanah. Mitos buruk ini akan terhapus seiring berjalannya waktu dan jika para kader Pusaka tetap setia dalam merawat Ibu Bumi. Kegiatan ini baru awal mula, masih ada banyak tempat yang membutuhkan pohon konservasi air tanah. Jadi, nantikan aksi kami selanjutnya. 

 

Probojati, Theo, Stella

Kader Pusaka Indonesia Wilayah DIY