Skip to main content

Pupuk merupakan salah satu komponen penting bagi petani dalam pengolahan lahan untuk mendapatkan hasil panen yang baik. Namun, kebanyakan pupuk yang beredar dan digunakan petani kebanyakan adalah pupuk kimia. Selain harganya mahal, pupuk kimia juga berdampak negatif bila digunakan secara berlebihan dan terus menerus, seperti tanah menjadi rusak, mengganggu keseimbangan unsur hara yang ada di dalam tanah, hingga terjadinya gagal panen. 

Itulah yang dialami oleh Muhammad Arianto (Ari), warga asal Jombang, Jawa Timur, yang kerap kali mengalami gagal panen. Akibatnya, tidak hanya rugi biaya, tapi juga rugi tenaga. “Untuk lahan padi dan jagung, dalam setahun biasanya panen 3 kali, biasanya gagal panennya 1-2 kali. kalaupun berhasil, tidaklah maksimal. Gagalnya bukan saja karena kelebihan pupuk, tapi juga karena hama seperti wereng, tikus, burung,” ujarnya. Mengetahui hal itu, Fitri, kader Pusaka Indonesia wilayah Jawa Timur, yang juga kakak kandung Ari, menyarankan agar adiknya mempraktikkan metode pertanian Sigma Farming di lahannya. Fitri menjelaskan bahwa metode Sigma Farming ini tidak hanya hemat biaya dan ramah lingkungan, tapi juga mengembalikan kesehatan tanah, seperti pengalaman otentik kader Pusaka Indonesia di Bojonegoro, yang berhasil mengubah lahan kering hingga sukses panen jagung.

Pembuatan Eco Enzyme

Setelah mendapat persetujuan pengelola lahan, 20 Oktober 2024 lalu, Fitri mengajak para kader Pusaka Indonesia wilayah Jawa Timur, untuk bergotong royong membuat amunisi Sigma Farming, di Jombang. Dihadiri 7 orang, baik dari kader Pusaka Indonesia maupun warga, dalam kesempatan itu, berhasil dibuat berbagai amunisi Sigma Farming, antara lain: 

  • 52 tanduk Bakteri Pemulih Tanah Sigma 1 (BPT 1)
  • 50 kilogram Bakteri Pemulih Tanah Sigma 2 (BPT 2)
  • 1 petak Kompos sigma 1 ukuran 1 x 2 meter dengan tinggi 1 meter
  • 6 karung Kompos Sigma 2 
  • 72 liter Eco Enzyme 

Amunisi tersebut juga sebagai bentuk perwujudan semangat baru untuk menatap masa tanam yang akan datang dengan penuh optimisme. Ke depannya, lahan pertanian seluas 3000 meter persegi milik Ari yang ada di Jombang ini akan diberi nama Kebun Surgawi 37 (KS 37). Selain padi dan jagung, masih ada lahan dengan bedengan yang siap digarap untuk menanam jahe dan ubi. Harapannya, tanah yang sudah terpulihkan menjadi subur kembali, dan bisa menghasilkan hasil pertanian yang ramah lingkungan dan hasil panen yang lebih melimpah. 

“Saya sangat berterima kasih karena, baru pertama kali ini ada yang sukarela  datang, untuk memberikan pengetahuan baru dan panduan praktik tentang pemulihan tanah yang rusak dan Eco Enzyme yang kaya manfaat. Saya ingin  segera mencoba mempraktikkan Sigma Farming, supaya tidak perlu lagi beli pupuk kimia yang semakin mahal dan langka,” tutur Ari dengan penuh rasa syukur.

 

Yahya Firmansyah 
Kader Pusaka Indonesia wilayah Jawa Timur