Skip to main content

Salah satu tantangan terbesar di kota besar adalah persoalan sampah yang belum terkelola dengan baik. Jarang sekali kita menemukan lanskap asri dengan pohon dan tanaman hijau. Ironisnya, banyak lahan terbengkalai justru berubah menjadi tempat pembuangan sampah. Timbunan sampah yang terus bertambah setiap hari menimbulkan bau tak sedap dan pemandangan yang memprihatinkan. Akibatnya, anak-anak yang dulu bermain di area tersebut kini menjauh, dan warga sekitar menghindari jalur tersebut.

Namun bila ada upaya yang serius dan sungguh-sungguh, sebuah transformasi tentu saja sangat mungkin terjadi. Dalam Program Green Radio di RRI Pro Jakarta 11 Mei 2025 lalu, dua narasumber dari Pusaka Indonesia membahas masalah ini dengan topik  “Mengubah Lahan Penuh Sampah Menjadi Kebun “.

Pada tayangan ini, Ni Kadek Dwi Noviyani, kader Pusaka Indonesia Wilayah Bali berbagi pengalaman saat memulihkan lahan sekolah di Tabanan Bali yang dipenuhi plastik sampai kedalaman 60 cm. Lahan tersebut juga telah lama menggunakan  pupuk sintetis sehingga sangat rusak. Adalah metode dari Sigma Farming Academy (SFA) Pusaka Indonesia yang telah membantu pemilihan lahan rusak tersebut sehingga sekarang menjadi lahan berumput hijau, dengan deretan tanaman terlihat rapi tertata di petak-petak tanah, dan suara serangga serta bunyi burung mulai terdengar kembali.

Ni Kadek Dwi Noviyani, yang juga Koordinator SFA, menjelaskan bahwa SFA merupakan salah satu sub bidang yang berada di dalam naungan Bidang Pendidikan & Pemberdayaan di Pusaka Indonesia. “Melalui metode Sigma Farming (SF), SFA mengajarkan pertanian organik yang selaras dengan alam. Salah satu program utamanya, Kebun Surgawi, bertujuan memulihkan tanah dengan membuat pupuk organik dan menyediakan pangan sehat bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakat sekitar.  Semua lahan, baik marginal maupun kritis, bisa menjadi kebun jika dikelola dengan pendekatan yang tepat melalui rekayasa ekologis, perbaikan struktur tanah dan pemanfaatan teknologi pertanian. Semangat gotong royong menjadikan lahan produktif yang memberi manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan,” jelas Novi.

Lebih lanjut Novi menjelaskan pemulihan dilakukan dengan mengocorkan Eco Enzyme, lalu memercikkan bakteri pemulih tanah dari kotoran hewan yang telah dipendam dalam tanah selama 6 (enam) bulan. Proses awal ini umumnya membutuhkan waktu selama 2 (dua) bulan atau lebih sesuai dengan kondisi tanah masing-masing. Setelah tanah mulai pulih, perawatan dilanjutkan menggunakan Liquid Manure yang terbuat dari campuran isi rumen sapi, air yang divortex dengan Bakteri Pemulih Tanah (BPT) Sigma 1 dan 2 yang difermentasi selama sebulan. Setelah itu, baru ditanami sayuran, rimpang atau herbal. Menanam herbal diwajibkan di Kebun Surgawi karena manfaatnya bukan hanya untuk kesehatan dan jamu, tetapi juga untuk perlindungan tanaman dari hama

Sementara itu Maria Rahayuningsih, penanggung jawab lapangan SFA yang berdomisili di Jakarta,, membagikan proses teknis mengubah lahan penuh sampah menjadi kebun. Tahap pertama adalah memulihkan tanah yang rusak dan tercemar. Ini adalah kunci keberhasilan, meski prosesnya tidak instan. Sambil menunggu tanah pulih, kebun mini bisa dibuat dengan menanam di pot atau polybag. Tantangan yang dihadapi antara lain sampah plastik yang tertanam dalam dan batu-batu besar. Hama dan penyakit juga akan muncul sebagai indikator bahwa lahan masih “sakit”. “Meski tidak mudah, ini bukanlah misi mustahil. Rahasianya terletak pada ketulusan dan tekad yang kuat,” tegas Maria.

Kini Maria telah memetik hasil dari kebunnya: pepaya, bayam, kangkung, sawi, kacang koro, jahe hingga pegagan hasil kebun sendiri. Bagi Maria merupakan kenikmatan sendiri bagi warga kota yang dapat mempergunakan dan memanfaatkan lahan yang ada sehingga bisa berbagi dengan teman-teman yang membutuhkan. 

Bagi pemula,  Ni Kadek Dwi Noviyani memberikan tips berkebun dengan menanam tanaman kecil seperti daun mint di dalam polybag, planter bag atau gelas kemasan bekas air mineral.. Dimulai dari hal kecil lalu perlahan belajar membuat kompos dari sampah rumah tangga dengan cara dipercik air cucian beras. Lahan rusak karena pupuk sintetis bisa dipercik Eco Enzyme yang bisa dibuat oleh siapa saja dari buah dan sayur yang sudah difermentasi selama tiga bulan.

Tidak ada kata terlambat untuk berkontribusi dalam memulihkan Ibu Bumi. Mari bersama-sama peduli dan beraksi melestarikan negara kita tercinta.

 

Irma Rachmi
Kader Pusaka Indonesia DKI Jakarta – Banten