Berawal dari permintaan bapak mertua untuk menggarap lahan sawah secara organik yang berlokasi di Dusun Babadan Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, maka kami memutuskan untuk mendaftarkan sawah tersebut sebagai Kebun Surgawi. Ini menjadi bagian dari pembelajaran kami untuk menjalankan program Sigma Farming yang berada di bawah naungan Bidang Pendidikan dan Pemberdayaan, yaitu Sigma Farming Academy (SFA) Pusaka Indonesia.
Pada hari Minggu, 16 Februari 2025, saya dan keluarga berkegiatan di sawah untuk membersihkan gulma sebagai kegiatan perawatan tanaman padi yang baru kami tanam. Tantangan selain gulma, hama tanaman padi saat usia muda ini adalah keong yang akan memakan tunas padi yang berusia muda. Di beberapa lokasi, bapak mertua sempat mengganti tanaman padi dengan yang baru karena tanaman habis dimakan keong. Penanaman kembali ini istilahnya “sulam padi”.
Saat membersihkan sawah, kami menemukan banyak telur dan anakan keong yang harus dipungut secara manual. Padahal, sebelumnya, sudah ada beberapa plastik di pinggir sawah yang berisi keong dari “operasi tangkap tangan” sebelumnya. Ada yang menarik dari kegiatan ini dan menjadi pembelajaran kali ini, ternyata ada sayuran limbah sayuran rumah tangga yang tersebar di berbagai sudut bahkan di tengah lahan sawah yang kami kerjakan, saya berpikir apakah ini maksudnya buat pupuk organik? Tetapi, jika belum terolah apakah malah tidak menimbulkan masalah baru bagi tanaman padi?
Saat kami mulai bergerak memungut keong ternyata kami amati keong-keong tersebut berkumpul memakan sayuran limbah rumah tangga yang disebar di sawah, hal ini memudahkan kami untuk memungut keong-keong tersebut karena sebagian besar sudah terlokalisasi di area sayuran yang sengaja disebar. Keheranan kami terjawab saat bapak mertua dengan senyumnya yang khas tanpa ada gurat kekhawatiran di wajahnya, menjelaskan bahwa itu sengaja dilakukan untuk mengalihkan perhatian keong dari tanaman padi. Dengan begitu, serangan keong bisa dikurangi tanpa perlu merusak ekosistem. Selain itu, beliau juga selalu menyediakan cadangan bibit padi untuk disulam kembali jika ada tanaman yang rusak.

Mengatasi hama keong tanpa merusak ekosistem
Baca juga: Bersahabat dengan Burung Hantu, Atasi Hama Tikus
Pendekatan ini mencerminkan kebijaksanaan dalam bertani, yaitu berbagi dengan alam tanpa merusak keseimbangan. Hama keong yang terkumpul pun bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak atau dibuat menjadi bahan asam amino untuk pupuk tanaman. Prinsip “dari alam kembali ke alam”, memanfaatkan kebiasaan alami dengan mengamati apa yang secara natural terjadi di alam, memahami kebiasaan alami makhluk hidup dan berusaha hidup berdampingan dengan alam secara harmonis. Ini adalah bagian dari kearifan lokal yang diwariskan oleh para pendahulu kita dalam sistem pertanian yang selaras dengan alam, dilakukan dengan ketelatenan dan kesabaran.
Contoh lain dari kearifan tersebut adalah kegiatan pemupukan dengan membawa sampah daun dari rumah secara bertahap setiap hari. Kegiatan ini merupakan proses berkesinambungan dari seluruh kegiatan bertani, jadi tidak dilakukan secara instan tetapi menikmati proses dengan sabar.
Sebagai petani pemula, kegiatan bersawah kali ini sungguh memberikan pembelajaran penting perlunya hidup berdampingan dengan alam termasuk mengatasi hama yang ada. Bagaimana kita bisa berbagi dan tidak terjebak pada sifat rakus untuk menguasai semua hasil panen, tanpa memperhatikan keseimbangan ekosistem seperti menggunakan pestisida sintetis berbahaya.
Baca juga: Si Cantik yang Beracun, Pemanfaatan Bunga Mentega Sebagai Pestisida Nabati
Selain itu, kegiatan ini juga mengenalkan pada anak, dari mana nasi berasal, bagaimana tanaman padi tumbuh, bagaimana merawat mereka dengan kasih sayang dan sukacita, bagaimana serunya bermain lumpur di sawah.
“Wow, seru dan menyenangkan tapi geli sama keong,” ujar Aurel, anak saya yang ikut dalam kegiatan tersebut.
Pembelajaran lain yang direfleksikan Vindry, “Tidak mudah menjadi petani, padahal jika makan nasi tidak habis, ya sudah dibuang, beruntung sekarang sudah mengenal pembuatan kompos rumah tangga,” ujarnya sebagai bentuk pembelajaran selaras dengan alam yang lain.
Baca juga: Pengenalan Aneka Penyakit pada Tanaman Vanili dan Penanganannya, Pengalaman dari Kebun Surgawi 29
Probodjatie
Ketua Wilayah Pusaka Indonesia DI Yogyakarta