Skip to main content

Pola hidup ramah lingkungan bukan topik bahasan baru. Topik ini sudah sering menjadi perbincangan di kalangan masyarakat umum, atau dibahas dalam seminar-seminar oleh mereka yang mengaku pecinta lingkungan dan punya perhatian akan keberlanjutan. Apa sih yang disebut pola hidup ramah lingkungan itu dan bagaimana mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari?

Tidak sedikit juga yang beranggapan bahwa pola hidup ramah lingkungan berarti memilih tinggal di pinggiran kota, punya tanah dan mengisi waktu dengan bercocok tanam. Atau, sering pergi ke pedesaan untuk tujuan healing yang sedang ngetren di kalangan anak muda masa kini. Benarkah seperti itu?

Wakil Koordinator Bidang Eco Enzyme dan Titik Titip Sampah (TTS) Akademi Bumi Lestari, Marie Yosse Widi Hapsari yang akrab disapa Sari menuturkan, pola hidup ramah lingkungan, pada dasarnya adalah pola hidup yang berkesadaran akan adanya hubungan sebab-akibat antara kita dengan lingkungan di sekitar kita. Kesadaran yang dimaksud di sini adalah memahami bahwa setiap keputusan yang kita ambil, tindakan yang kita lakukan, akan mempengaruhi lingkungan di sekitar kita. Demikian juga, kondisi lingkungan di sekitar akan mempengaruhi keputusan dan tindakan yang kita ambil.

Salah satu contoh kecilnya, Sari menjelaskan, ketika kita akan membuang sampah namun di dekat kita tidak ada tempat sampah, kita sadar bahwa kita punya pilihan di mana akan membuang sampah tersebut. 

“Apakah mau dilempar dan dibuang begitu saja, atau akan kita bawa dulu sampai kita menemukan tempat sampah?” jelas Sari.

Berangkat dari contoh ini, seseorang yang berkesadaran tentu akan berpikir bahwa sampah tersebut tidak akan serta-merta menghilang. Ada kemungkinan bisa terbawa angin, masuk ke saluran air, mencemari sungai, merusak pemandangan, dan sebagainya. “Karena saya sadar akan konsekuensi tersebut, maka saya memilih untuk membawa sampah tersebut sampai menemukan tempat sampah untuk membuangnya,” tambah Sari.

Aktivitas pilah sampah dari rumah

Baca juga: Bijak Kelola Sampah Di Titik Titip Sampah (TTS)

Memulai pola hidup ramah lingkungan tidaklah sulit dan bisa dilakukan oleh siapa saja selama ada kesadaran dan keinginan untuk itu. Semuanya bisa dimulai dari sendiri kemudian memberikan teladan bagi orang lain, sebelum akhirnya semakin banyak orang yang menerapkan pola hidup ramah lingkungan ini. Salah satu contoh yang bisa dilakukan dalam keseharian adalah mulai membiasakan diri memilah sampah organik dan anorganik dan membuangnya di tempat yang disediakan di tempat-tempat umum. Hal ini juga tentu bisa dipraktikkan di rumah. 

Setelah bisa memilah, langkah selanjutnya adalah mulai mengurangi sampah dengan pola hidup yang biasa disebut 5R (rethink, refuse, reuse, reduce, and recycle). 

Rethink (Pikirkan Ulang) – Meninjau kembali kebiasaan konsumsi dan memilih solusi yang lebih ramah lingkungan.

Refuse (Tolak) – Menolak barang sekali pakai atau produk yang tidak ramah lingkungan.

Reuse (Gunakan Kembali) – Memanfaatkan kembali barang agar tidak cepat menjadi limbah.

Reduce (Kurangi) – Mengurangi penggunaan barang yang berpotensi menjadi sampah.

Recycle (Daur Ulang) – Mengolah kembali limbah menjadi produk baru yang bermanfaat.

Baca juga: Pusaka Indonesia Libatkan Peran Aktif Mahasiswa dalam Pengelolaan Sampah Lewat Kunjungan ke TPA Ciangir Tasikmalaya

Mengapa kita harus memulai pola hidup ramah lingkungan? Pada dasarnya, hal-hal kecil yang kita lakukan secara konsisten, akan memberi dampak perubahan yang nyata. Ketika semakin banyak orang yang menerapkan pola hidup ramah lingkungan, maka kita akan bisa mengurangi polusi air dan polusi udara. Apalagi jika pola hidup ini juga dibarengi dengan aksi pemulihan bumi, semisal penanaman pohon dan mangrove.

Maka dari itu, Sari mengajak generasi muda untuk memulai menjalankan pola hidup ramah lingkungan ini. Memulainya bisa dari hal-hal yang selama ini kita anggap remeh, seperti konsisten menggunakan tumbler ketimbang membeli air minum dalam kemasan. Di samping itu, kita juga bisa mulai mengurangi kebiasaan berbelanja, terutama membeli pakaian baru. Sebab, bahan tekstil merupakan limbah yang sulit terurai dan membutuhkan penanganan khusus. “Banyak orang berbelanja karena diskon. Mau beli untuk seru-seruan aja atau cukup menggunakan apa yang sudah ada sekarang?” pungkas Sari.

Aksi pilah sampah di Titik Titip Sampah Jakarta

Pola hidup ramah lingkungan yang dijelaskan Sari, pada dasarnya adalah hal mendasar yang telah dipraktikkan oleh para kader Pusaka Indonesia yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Lewat Program Akademi Bumi Lestari (ABL), Pusaka Indonesia telah melakukan aksi pemulihan bumi lewat penanaman pohon beringin dan inisiatif hutan bambu. Lewat Program Sigma Farming Academy (SFA), Pusaka Indonesia juga mengembangkan kebun-kebun surgawi yang dikelola secara organik dengan metode Sigma Farming. Pusaka Indonesia juga membuat Program Titik Titip Sampah (TTS) sebagai wadah untuk mengumpulkan sampah plastik yang sudah dipilah dari rumah para kader. TTS kini tersedia di Jakarta, Yogyakarta, Madiun, dan Bekasi.

Anda tertarik bergabung? Hubungi Admin Pusaka Indonesia di +62 878-8740-9090

 

Anis Syahrir
Kader Pusaka Indonesia DKI-Banten