Skip to main content

Masalah sampah di Kota Tasikmalaya telah menjadi isu besar, bahkan memicu aksi demonstrasi masyarakat. Ini bukan semata tanggung jawab pemerintah, melainkan melibatkan seluruh lapisan masyarakat untuk bersama-sama mencari solusi. Deviani, Kader Pusaka Indonesia Jawa Barat, memahami bahwa perubahan dimulai dari kesadaran individu. Dengan semangat itu, ia  menggagas sebuah kunjungan ke Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) Ciangir bersama 38 mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) jurusan Pendidikan Masyarakat, Universitas Siliwangi, Tasikmalaya, yang berlangsung pada Rabu, 4 September 2024.

Dalam kunjungan ini, turut hadir perwakilan dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tasikmalaya. Kegiatan ini merupakan langkah awal untuk menanamkan kesadaran dan aksi nyata di kalangan generasi muda tentang pentingnya pengelolaan sampah dari sumbernya: rumah tangga. Dengan bekal pengalaman ini, diharapkan mereka bisa menyusun program-program edukasi bagi masyarakat Tasikmalaya. Selain itu, kegiatan ini juga memanfaatkan peran mahasiswa sebagai agen perubahan. Mahasiswa, dengan semangat dan energi yang tinggi, diharapkan dapat berperan aktif dalam mencari solusi kreatif dan menerapkan program pengelolaan sampah yang berkelanjutan.

Selama kunjungan, para mahasiswa FKIP mendapatkan penjelasan rinci dari Kepala Bidang Pengelolaan Sampah DLH Kota Tasikmalaya, Feri Arif Maulana, serta Kepala UPTD Pengelola TPA Ciangir, Deni Indra. Mahasiswa yang hadir mengakui bahwa meskipun masyarakat kerap menuntut pemerintah, banyak dari mereka yang belum pernah melihat langsung kondisi di TPA Ciangir.

Kader Pusaka Indonesia bersama Mahasiswa berkunjung ke TPA Ciangir Tasikmalaya

Dalam kesempatan itu, Devi menyampaikan bahwa Pusaka Indonesia berencana untuk membuat hutan bambu di area kosong TPA Ciangir serta menjernihkan mata air di sekitarnya dengan Eco Enzyme. Para mahasiswa juga akan dilibatkan dalam kegiatan ini untuk meningkatkan kesadaran lingkungan. 

“Dengan adanya program ini, kami berharap mahasiswa dapat lebih memahami permasalahan sampah dan menginspirasi masyarakat untuk mengelola sampah dari rumah,” kata Devi.

Tindak lanjut dari kegiatan ini adalah mahasiswa akan diajak menyusun modul edukasi pengelolaan sampah bagi masyarakat. Modul ini nantinya akan menjadi acuan dalam mensosialisasikan solusi pengelolaan sampah, termasuk cara membuat Eco Enzyme dan kompos sederhana.

Kunjungan ini merupakan bagian dari terlaksananya Program Kali Bersih (Prokasih), Pusaka Indonesia berkolaborasi dengan pihak pemerintah dan mahasiswa. Rencananya, para mahasiswa akan dilibatkan dalam kegiatan seperti membuat Eco Enzyme, membersihkan sungai, menanam pohon bambu, dan memisahkan sampah organik serta nonorganik. Sampah nonorganik akan dikirim ke bank sampah, sementara residunya akan dibawa ke TPA, dan sampah organik akan diolah menjadi kompos. Kerjasama ini akan menjadi kolaborasi yang berkelanjutan untuk jangka panjang.

Pusaka Indonesia juga berkolaborasi dengan pengusaha Tionghoa di Tasikmalaya untuk mendukung budidaya ikan di sungai, yang bertujuan meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kebersihan air. Devi merasa bersyukur atas antusiasme dan energi yang ditunjukkan oleh mahasiswa dalam upaya pemulihan lingkungan. Ia berharap, kegiatan serupa dapat terus berlanjut di Tasikmalaya.

Kegiatan ini menjadi bukti bahwa kolaborasi dari berbagai pihak, mulai dari mahasiswa, pemerintah, hingga masyarakat, sangat penting dalam upaya menjaga dan memperbaiki lingkungan demi kesejahteraan bersama.

 

Tim Editor Pusaka Indonesia