Di Kebun Surgawi (KS) 45, kader Pusaka Indonesia wilayah Sumatera menggelar tiga kegiatan penting terkait Sigma Farming Academy (SFA) di akhir Agustus 2024 lalu. Kegiatan tersebut meliputi panen, pembuatan, dan penuangan Eco Enzyme (EE) di sumur serta perairan KS.
Kebun Surgawi 45 terletak di Desa Air Kelik, Kecamatan Damar, Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, tepatnya di sekitar rumah kediaman penulis yang sekaligus berperan sebagai Kepala Kampung Sigma Farming Belitung. Kegiatan ini dihadiri empat anggota tetap komunitas KSF Belitung, serta dua tamu, Rian dan Selis—pasangan suami istri yang sedang berlibur selama 1,5 bulan di Belitung.
Kegiatan ini dibagi menjadi tiga tahap. Tahap pertama dimulai dengan penulis memberikan wawasan teori tentang EE. Penjelasan ini diperlukan karena Rian dan Selis masih baru dalam mengenal EE. Penulis menjelaskan konsep dasar EE, manfaatnya bagi air, tanah, dan tanaman, serta cara pembuatan EE yang tepat.
Tahap kedua, panen dan pembuatan EE. Kami berhasil memanen sebanyak 20 liter EE, hasil dari proses fermentasi selama 90 hari. Setelah itu, kami melakukan pembuatan EE bersama-sama dengan bahan organik yang disumbangkan oleh peserta. Dari praktik ini, kami berhasil memproduksi sekitar 56 liter EE.

Tuang Eco Enzyme di KS 45 Belitung Timur
Tahap terakhir adalah pengaplikasian atau penuangan EE sebanyak 3 liter, yang dilakukan pada sore menjelang petang, di sumur dan perairan Kebun KS 45. Pengucuran ini bertujuan untuk memulihkan kualitas air. Lebih dari itu, EE di kebun ini juga digunakan sebagai pupuk, selain amunisi Sigma Farming yang lain, seperti Bakteri Pemulih Tanah (BPT) Sigma 1 dan 2, Kompos Sigma, Asam Amino, Liquid Manure, dan Plantonic Rumput Laut.
Kondisi KS 45 setelah menerapkan metode SF terlihat menggembirakan. Selain lahan yang awalnya tidak produktif, kini terlihat menghijau dengan beberapa tanaman yang siap panen. Di antaranya, sekitar 2.000 pohon talas yang sudah berusia 6 bulan dan beberapa hari ke depan sudah bisa dipanen. Metode Sigma Farming terbukti mendapatkan pohon talas yang lebih sehat. Hal ini terbukti pada tanaman talas yang meskipun baru berusia 6 bulan sudah dapat dipanen. Berbeda dengan umumnya di Belitung, talas baru bisa dipanen pada usia 9-12 bulan.
Rangkaian kegiatan ini telah mencapai sasaran utama, yaitu meningkatkan kesadaran dan pengetahuan baru tentang kelestarian alam bagi anggota baru komunitas KSF Belitung. Bagi Rian dan Selis, kegiatan ini merupakan pengalaman pertama mereka dalam mengenal EE. Setelah memahami manfaat EE, mereka menjadi lebih sadar akan pentingnya menjaga kelestarian alam dengan memanfaatkan bahan organik di sekitar mereka. Bahkan, mereka berencana untuk mempraktikkan pembuatan EE setelah kembali ke kampung halaman mereka di Sekayu, Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.
Kegiatan ini juga menjadi momen penting bagi komunitas Kampung Sigma Farming Belitung. Keterlibatan anggota dalam menyediakan bahan organik secara sukarela dari hasil panen pertama mereka merupakan bentuk apresiasi dan partisipasi yang patut diapresiasi. Kami bersyukur kegiatan ini dapat terlaksana dengan semangat gotong royong dan penuh sukacita, untuk Bumi Pertiwi tercinta.
Dudung Rohmat
Ketua Wilayah Pusaka Indonesia Sumatera