Skip to main content

KBRN, Sleman: Pusaka Indonesia, organisasi nirlaba yang salah satu misinya adalah membangun keberdikarian pangan melalui pertanian selaras alam Sigma Farming, mengadakan pertemuan para praktisi Sigma Farming di daerah Kalasan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta pada tanggal 1-3 November 2024.

Acara ini bertajuk Workshop Sigma Farming Academy (SFA) dan Akademi Bumi Lestari (ABL), keduanya adalah program Pusaka Indonesia, dihadiri oleh 37 peserta dari Sumatera, Bali, Lombok, Jawa Tengah, Jawa Timur, DKI-Banten, Jawa Barat dan tentu saja Yogyakarta sendiri sebagai tuan rumah. Para peserta ini adalah kader-kader Pusaka Indonesia, yang telah secara otentik mengaplikasikan Sigma Farming di lahannya masing-masing, yang dinamai Kebun Surgawi.

Kegiatan ini bertujuan saling berbagi ilmu dan pengalaman sesuai kondisi geografis masing-masing wilayah, demi meningkatkan kinerja pemulihan tanah dan produktivitas pangan. Tak hanya itu, kegiatan ini juga melatih pembuatan amunisi-amunisi penting metode Sigma Farming atau Pertanian Sigma, yakni Bakteri Pemulih Tanah (BPT) 2, kompos Sigma 1 dan kompos Sigma 2, dan pesnab atau pestisida nabati berbahan buah bintaro, bunga mentega, cemara udang, lateng, dan mimba, yang diracik dengan khas formula Sigma Farming.

Menurut Niniek Pebriani, Ketua Bidang Pendidikan dan Pemberdayaan yang membawahi Sigma Farming Academy (SFA), Sigma Farming mengintegrasikan berbagai metode pertanian organik seperti permakultur, biodinamik, agroekologi, dan metode pertanian organik lainnya dalam satu kesatuan. Metode ini bukan hanya bertujuan menghasilkan tanaman sehat, tetapi juga untuk memulihkan tanah yang telah rusak akibat penggunaan bahan kimia.

Niniek menjelaskan bahwa selama bertahun-tahun, Pusaka Indonesia telah melakukan berbagai uji coba bercocok tanam secara organik. Dari pengalaman inilah lahir metode yang diberi nama Sigma Farming. Perbedaan Sigma Farming dengan budidaya tanaman organik biasa, adalah fokus pertama Sigma Farming pada pemulihan tanah dari berbagai zat kimia sintetik, sedangkan metode organik pada umumnya hanya menggantikan pupuk kimia sintetik dengan pupuk kendang, atau kompos tanpa memperhatikan kondisi tanah yang sakit.

Pemaparan Materi Pestisida Nabati Hasil Riset SFA

Khusus untuk acara di Yogyakarta ini, Niniek menyebutkan bahwa ini adalah ajang bertemu dan bertukar pengalaman. “Selama dua tahun terakhir melalui berbagai riset dan aplikasi secara otentik, seiring ilmu yang semakin aplikatif, setiap praktisi Sigma Farming bertemu kembali untuk saling bertukar dan menyamakan pengetahuan, sehingga dapat dibawa pulang ke wilayah masing-masing untuk diaplikasikan di Kebun-Kebun Surgawi setiap wilayah,” ujar Niniek.

Selain peserta internal kader Pusaka Indonesia, kegiatan ini juga melibatkan warga sekitar Karangrejo, Karangnongko Tirtomartani, Kalasan, Sleman untuk sosialisasi pembuatan Eco Enzyme dan kompos rumah tangga. Tujuan dari kegiatan ini untuk menyebarkan ilmu Sigma Farming yang dapat diterapkan secara sederhana di rumah tangga, dan melatih kader Pusaka Indonesia yang merupakan praktisi Sigma Farming untuk bersosialisasi dengan warga. (surya/katon/par)

 

Sumber : https://rri.co.id/yogyakarta/daerah/1091346/pusaka-indonesia-sosialisasikan-hasil-riset-praktik-pertanian-selaras-alam