Skip to main content

Orasi Pagelaran Kebangkitan Pancasila, Jakarta 29 Juli 2023

Ketua Umum Pusaka Indonesia Gemahripah, Setyo Hajar Dewantoro 

Saudara dan saudari yang saya kasihi. Bapak dan Ibu yang saya hormati. Momen seperti ini selalu membawa haru biru. Karena kita menjumpai kembali apa yang selama ini kita lupakan atau lama tidak kita temukan. Kita disadarkan bahwa sesungguhnya negeri kita, bangsa kita ini sangat kaya. Punya kebudayaan yang luhur dan masih banyak orang yang bersedia hidup dengan kebudayaan yang luhur itu, dan banyak orang yang masih punya kesediaan untuk betul-betul menjadi kusuma bangsa, betul-betul menjadi patriot bagi negeri.

Hari ini, di momen yang istimewa ini. Saya sungguh-sungguh mengajak kepada Bapak dan Ibu semua. Kita satukan hati kita. Kita sungguh-sungguh pancangkan satu tekad untuk kembali hidup dengan Pancasila, untuk kembali mentradisikan hening cipta. Bersama-sama, kita menjalankan aksi. Mengembalikan bangsa kita menjadi bangsa yang berbudi luhur, bangsa yang spiritual, bangsa yang punya kesadaran tinggi tentang Tuhan Yang Maha Esa, bangsa yang setiap pikiran dan kata-katanya dituntun oleh tuntunan Agung dari relung hatinya.

Bapak dan Ibu semua. Kita sama-sama menyadari dan mengerti. Hari ini ada jarak yang sangat lebar, antara cita-cita kemerdekaan dari negeri ini, dengan kenyataan yang terjadi. Kita boleh sedih, kita boleh gelisah. Karena itu akan menjadi bahan bakar dari sebuah kekuatan yang kreatif. Tetapi, jangan pernah kemudian kita menjadi menyerah. Kita sadari bahwa tantangan kita memang sangat berat. Tapi, selalu ada kemungkinan datangnya keajaiban, manakala semakin banyak orang punya hati yang murni. Maka saya sungguh-sungguh berterima kasih kepada partisipasi dari Bapak dan Ibu semua, teman-teman semua, dari manapun Anda berada.

Kita datang kesini menunjukkan bahwa kita masih mencintai negeri ini. Kita datang kesini untuk menegaskan bahwa masih ada ksatria yang sejati di negara ini. Diluar sana, bisa jadi banyak orang tidak peduli dengan yang namanya Indonesia yang sesungguhnya. Bisa jadi di luar sana banyak orang yang hanya memikirkan bagaimana kehidupan pribadi dan keluarganya. Tetapi, kita bisa pastikan masih ada orang yang peduli dengan sungguh-sungguh kepada negeri ini, kepada kemerdekaan yang bersifat sesungguhnya dari negeri ini. Sebagaimana dulu pernah juga, itu ada pada sanubari setiap The Founding Fathers dari negara ini.

Saudara dan saudari yang saya kasihi. Kenapa kita sungguh-sungguh mengajak semuanya untuk kembali mentradisikan hening cipta? Karena selama ini, inilah jembatan yang hilang ketika kita bicara Pancasila. Tidak mungkin kita punya kesadaran Ketuhanan Yang Maha Esa, jika kita tidak sungguh-sungguh menjalankan hening cipta. Hening cipta adalah esensi dari semua tradisi spiritual. Hening cipta juga sesungguhnya adalah esensi dari semua tradisi agama yang ada di nusantara ini, maupun ada di dunia ini. Hening cipta adalah poros tentang bagaimana kita menyadari keilahian di dalam diri kita. Tentang bagaimana kita menyadari Tuhan yang sesungguhnya yang menjadi sumber dari segala yang ada. Dengan hening cipta, kita akan mengerti, bahwa kita semua bersumber kepada realitas yang tunggal, yang kita sebut sebagai Tuhan Yang Maha Esa.

Bangsa Nusantara, sejak zaman dahulu kala adalah bangsa yang menyadari betul kesadaran Ketuhanan yang seperti ini. Bangsa kita bukan bangsa yang animis dan dinamis yang tidak mengenal Tuhan. Bangsa kita adalah bangsa yang sungguh-sungguh menyadari Tuhan sebagaimana adanya, bukan mempercayai Tuhan secara ilusif. Kepercayaan kepada Tuhan yang ilusif, hanya akan menghasilkan tindakan yang barbar. Tetapi, kesadaran luhur akan Tuhan Yang Maha Esa, yang dilandasi hening cipta. Itu yang menjadikan kita bisa menghadirkan peradaban yang luhur, yang jejaknya kita bisa lihat hingga detik ini. Candi-candi yang megah, di manapun dia berada. Batik yang sangat indah yang kita kenakan. Tradisi seni, tradisi tari yang sangat indah dan agung. Itu hanya muncul dari bangsa yang punya kesadaran Ketuhanan Yang Maha Esa. Maka pada detik ini, mari sadari bahwa kita sesungguhnya adalah pewaris dari bangsa yang agung, bangsa Nusantara. Dengan tradisi luhurnya yang kita sebut sebagai hening cipta, yang mengantarkan kita semua untuk menyadari Tuhan Yang Maha Esa, yang kasih murni-Nya, kuasa-Nya, selalu meliputi kita dimanapun kita berada.

Saudara dan saudari yang saya kasihi. Hening cipta, mengantarkan kita juga kepada kesadaran kemanusiaan yang universal. Saat kita menyadari nafas kita yang natural, kita sadar bahwa kita sesungguhnya menghirup udara yang sama. Kita semua, manusia Nusantara, bahkan manusia di dunia ini, apapun etnisnya, apapun warna kulitnya, apapun strata sosialnya, sesungguhnya sama-sama pengejawantahan atau manifestasi dari Tuhan Yang Maha Esa. Semua manusia itu didalam dirinya ada benih Keilahian atau benih Ketuhanan. Maka siapapun yang hidup dengan benih Keilahian atau benih Ketuhanan itu, pasti akan berpikir, berkata, bertindak dengan landasan kasih yang paling murni. Dan siapapun yang hidup dengan kasih yang paling murni, niscaya dia akan hidup dengan kemanusiaan yang adil dan beradab. Kita tidak punya ketegaan lagi untuk menghancurkan hutan, merampas tanah siapapun, mengkorupsi uang rakyat. Karena kita, di dalam relung hati kita ada Tuhan yang nyata, yang mencegah kita jadi berbuat angkara murka.

Bapak dan Ibu semua. Sudah saatnya, Pancasila kita hayati, kita hidupi sebagai jalan spiritual Bangsa Nusantara, yang mencegah kita dari berbuat angkara murka, yang mencegah kita tindakan-tindakan yang mencederai dan menyiksa rakyat sendiri.

Saudara dan saudari yang saya kasihi. Hening cipta juga meluruhkan ego kita. Melebur segala ilusi atas nama apapun. Membuat kita, pikiran, kata-kata, tindakan, ada dalam harmoni. Siapapun yang telah meleburkan egonya. Dialah yang bisa bersatu dalam kolaborasi. Persatuan sesungguhnya, tidak akan bisa terjadi pada siapapun yang masih hidup dengan egonya. Maka satu-satunya jalan supaya bangsa kita ini bisa bersatu. Supaya terwujud persatuan Indonesia. Kita sama-sama, harus hidup dalam kesadaran yang paling murni. Kita mentradisikan kembali hening cipta. Setiap langkah kita dituntun oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Saudara dan saudari yang saya kasihi. Sila keempat bicara tentang kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Saat ini, banyak keputusan termasuk dalam hal konstitusi itu, ditetapkan tidak dengan hikmat kebijaksanaan, tidak dengan mempertimbangkan kepentingan rakyat yang sesungguhnya. Tetapi kekuatan uang telah menjadi pengganti dari semua yang agung itu. Saatnya kita berbelok arah. Kembali kepada Pancasila yang sejati. Saya mengajak Bapak dan Ibu semua. Kita mulai dari diri kita. Kenali hikmat kebijaksanaan di relung hati Anda. Melangkahlah dengan hikmat kebijaksanaan itu, yang pasti Anda akan kenali, kalau Anda sungguh-sungguh tekun menjalankan hening cipta. Mari kita menjadi teladan dari manusia-manusia Indonesia yang hidup di dalam kasih yang murni, di dalam tuntunan dan hikmat kebijaksanaan yang muncul dari relung hatinya.

Bapak dan Ibu semua. Saudara dan saudari yang saya kasihi. Hanya jika kita melangkah mengambil keputusan dengan hikmat kebijaksanaan, dilandasi kasih yang murni. Maka, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, itu hanya bisa terwujud. Pancasila adalah sebuah rangkaian nilai-nilai luhur yang luar biasa agung, cuma selama ini kita lupakan. Saya mengajak Anda semua betul-betul menjadi contoh dari manusia Pancasila yang sejati. Tidak ada kata terlambat buat kita. Tidak ada kata terlambat juga, mempertimbangkan berapa usia kita saat ini. Selama ada hayat dikandung badan. Maka, itu berarti kita diberi kesempatan untuk berbakti mengabdi kepada negeri ini.

Saya mengajak kepada Bapak dan Ibu semua. Mari mulai hari ini, kita sungguh-sungguh menjadi manusia yang Pancasilais. Mentradisikan hening cipta dalam keseharian kita. Melangkah dengan kesadaran yang paling murni demi Indonesia Raya yang jaya.

Terima kasih banyak buat semuanya Selamat berkarya untuk Indonesia Raya yang jaya.

Merdeka!