Ada sesuatu yang sangat berharga, yang sangat sering kita abaikan; banyak yang tidak berterima kasih atas keberadaannya, padahal tanpanya hidup kita benar-benar bisa terdegradasi kualitasnya, bahkan bisa punah. Itulah MATA AIR, yang darinya mengalir air yang murni, jernih, segar, dan membawa energi kehidupan. Adakah di antara Anda yang belum pernah melihatnya? Segera temukan supaya Anda tahu mata air itu seperti apa. Jika benar-benar ada pertanyaan setelah manusia meninggal mestinya inilah yang diajukan Dewan Pengadil: SUDAH PERNAH LIHAT MATA AIR? SUDAH BERTERIMA KASIH? APA YANG SUDAH ENGKAU LAKUKAN UNTUK MELESTARIKANNYA? ATAU JANGAN-JANGAN ENGKAU TERMASUK KAUM YANG TERLIBAT MEMUSNAHKAN MATA AIR.
Mata air jelas merupakan komponen penting dari Bumi Surgawi. Indonesia yang dulunya adalah Negeri Surgawi jelas punya banyak mata air; lalu datang generasi bodoh yang mengabaikan mata air dan memburu air jerigen. Keserakahan sebagian orang lalu menyempurnakan kerusakan: hutan, pepohonan, dibabat habis hingga hilanglah banyak mata air di negeri ini.
Mata air, membutuhkan penopang kelestariannya; salah satu sahabat sejati bagi mata air adalah Pohon Beringin yang akarnya bisa menahan air hujan yang jatuh dari langit. Tapi lagi-lagi, banyak pohon beringin dinistakan sebagai rumah genderuwo. Pohon beringin pun ditebangi dan sedikit yang menanamnya kembali.
Tanpa perubahan sikap terhadap mata air dan pohon beringin, tinggal menunggu waktu tanah yang subur jadi gurun pasir. Tinggal menunggu waktu juga kita tidak lagi meminum air segar dari tanah, tapi meminum hasil desalinasi air laut seperti di negeri seberang yang menjadi tujuan favorit para pemburu surga imajiner.
Inilah masalah kita, kita memburu surga imajiner dengan mengabaikan surga yang nyata. Ada orang yang mencari tempat yang di bawahnya mengalir sungai jernih untuk tempat tinggal setelah mati, tapi pada saat hidup mereka menjadikan sungai jernih jadi tempat sampah. Padahal jelas setelah mati manusia gak butuh minum dan gak butuh tempat berenang karena gak lagi punya badan fisik.
Spiritualitas mestinya membuat kita jadi waras, mulai bergerak nyata untuk melestarikan mata air, bahkan memulihkannya, menciptakan mata air sebanyak-banyaknya, dengan memuliakannya, merawatnya, menanam pohon seperti beringin. Lebih bagus jika kita menciptakan kembali hutan dengan keragaman hayati.
Itulah yang sedang dikerjakan para kader di Pusaka Indonesia yang sekaligus merupakan pembelajar di Persaudaraan Matahari. Semuanya bergerak dengan langkah nyata, meski kecil, untuk menjadikan Indonesia Surgawi dan Bumi Surgawi.
Setyo Hajar Dewantoro
Pendiri dan Pengasuh Persaudaraan Matahari
Ketua Umum Pusaka Indonesia