Skip to main content

Masihkah Pancasila menjadi dasar negara kita? Masihkah Pancasila dihayati dan dipahami oleh warga negara Indonesia? Saat ini yang terjadi adalah kesenjangan antara kenyataan dan nilai-nilai yang dituangkan sebagai dasar negara. Masih jauh dari suatu negara yang kita semua dambakan: maju dalam aspek teknologi, budaya, dan ekonomi. Keresahan ini disikapi oleh sebagian warga yang menginisiasi Gerakan Rakyat Membumikan Pancasila, melalui wadah Majelis Musyawarah Pancasila (MMP). Secara rutin, MMP menggelar road show ke 44 kecamatan di Provinsi DKI Jakarta, yang melibatkan jajaran Dewan Kota, Kelurahan, RT, RW, Lembaga Musyawarah Kelurahan (LMK), Karang Taruna, PKK, Babinsa, Satpol PP, Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM), Bimas, tokoh masyarakat, dan dihadiri juga oleh para kader Pusaka Indonesia.

Ketua Umum Pusaka Indonesia, Setyo Hajar Dewantoro (SHD), menjadi narasumber dalam acara Road Show MMP yang ke V, yang berlangsung tanggal 6 Juli 2023, di Aula Kantor Kecamatan Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Dalam kesempatan tersebut, SHD menyampaikan tentang Membangun Peradaban Pancasila, untuk mengembalikan kejayaan bangsa Nusantara sebagaimana yang pernah terjadi di masa Kerajaan Sriwijaya, Majapahit, dan Kahuripan.

Kita beruntung, para pendiri Republik ini telah merumuskan nilai-nilai luhur bangsa ke dalam Pancasila sebagai dasar negara. Mereka melihat bahwa ke depan bangsa ini memerlukan bekal berupa prinsip spiritualitas yang agung. Pengalaman pribadi SHD, mengenal Pancasila di bangku sekolah, tapi belum menghayati. Saat ini, beliau melihat bahwa Pancasila adalah intisari dari semua ajaran agama, sebagai jalan spiritual bangsa.

Untuk membangun peradaban Pancasila, SHD mengajak untuk mentradisikan Hening Cipta, artinya kondisi ketika pikiran kita sadar penuh akan momen saat ini, yang bisa dicapai dengan menyadari kembali bahwa di dalam napas, kita dikasihi Tuhan sepenuhnya.

“Mereka yang menghayati Pancasila akan hidup dengan kekuatan kasih, tidak akan melakukan diskriminasi atau punya sentimen terhadap perbedaan; hanya tergerak untuk mengasihi sesama dan makhluk hidup lainnya sebagai ucapan syukurnya. Lewat hening cipta, manusia menyadari di dalam napas ada kasih Tuhan. Kita tidak pernah terpisahkan dari Tuhan, karena Yang Ilahi bertakhta dalam relung hati. Dalam hening cipta, kita tidak membayangkan konsep tentang Tuhan, tetapi menghayati keberadaan Tuhan,” demikian paparan yang disampaikan SHD.

Dalam menyebarkan semangat api Pancasila, menurut SHD, diperlukan keteladanan. Getok tular yang ditunjukkan dalam tindakan nyata. Sebagaimana yang saat ini telah berjalan dan sedang digiatkan dalam perkumpulan Persaudaraan Matahari dan Pusaka Indonesia, di antaranya, kegiatan Ngaji Pancasila untuk mendalami sila demi sila, dan mempraktikkan hening cipta. Selain itu, ada pula kegiatan Sigma Farming untuk memulihkan tanah yang sakit.

Turut hadir dalam forum tersebut, Camat Cempaka Putih, M Fauzi, menambahkan, di Cempaka Putih adalah tempatnya orang-orang yang sangat berpancasila. Guru Soekarno, salah satunya ada di Cempaka Putih. Ia berharap, MMP bisa masuk ke sekolah-sekolah, mengingatkan kembali pada pemuda-pemuda untuk memandang hidup dalam nilai-nilai Pancasila.

Pesan penutup dari SHD, “Sudah saatnya untuk bangun peradaban dan nyalakan api Pancasila. Jadilah manusia yang patriotik. berketuhanan, berkemanusiaan, bersatu, berkerakyatan, dan berkeadilan.”