Tanggal 1 Juni setiap tahunnya kita peringati sebagai Hari Kelahiran Pancasila, yang sudah menjadi hari libur nasional. Namun sayangnya Pancasila yang merupakan dasar negara sudah semakin jauh dilupakan maknanya. Pendiri dan Ketua Umum Pusaka Indonesia Gemahripah Setyo Hajar Dewantoro (SHD) bahkan menyebut saat ini Pancasila hanya jadi hiasan di bibir politisi dan di dokumen negara. Hal itu disampaikan Mas Guru SHD dalam wawancara podcast bersama Prof. Yudi Haryono dari Nusantara Centre. “Pada praktiknya memang kebanyakan orang sudah tidak mengerti lagi tentang nilai-nilai Pancasila,” kata Guru SHD.
Agar Pancasila menjadi living tradition, yang mengejawantah dalam kehidupan kita sehari-hari, Guru SHD mengatakan bahwa harapan tersisa untuk mengubah bangsa ini ada pada spiritualitas. Pancasila yang menjadi dasar negara, pada saat yang sama juga adalah jalan spiritual bagi bangsa Nusantara.
Sebagai jalan spiritual, Guru SHD juga menegaskan bahwa satu yang selama ini hilang dan saatnya dikembalikan adalah Hening Cipta yang menjadi jembatan agar Pancasila bisa menjadi realisasi dalam keseharian. Dengan Hening Cipta inilah maka Pancasila akan mengejawantah dalam pola pikir, kata-kata dan tindakan.
Maka di Pusaka Indonesia, dikembangkan kegiatan Ngaji Pancasila, untuk menghayati kembali sebetulnya Pancasila Ini apa, kenapa dirumuskan dan dijadikan dasar negara, dan apa realisasi dalam keseharian.
“Ini adalah jalan spiritual bagi bangsa Nusantara, kita bicara tentang Ketuhanan, bisa melakukan pendekatan religius, tapi dalam konteks kita bagaimana bangsa kita yang berbagai agama, beragam suku dan ras itu bersama-sama menghayati Ketuhanan yang Maha Esa, menarik sebenarnya kalau itu dijadikan kurikulum di kampus dan sekolah, dengan mengkombinasikan antara pendekatan kognitif dan pendekatan praktis spiritual,” jelas Guru SHD.
Pendekatan kognitif adalah untuk memahami sejarah Pancasila, nilai yang terkandung di dalamnya, lalu bagaimana implementasi dalam keseharian, supaya itu menjadi karakter kita, yakni lewat Hening Cipta.
Mas Guru SHD menambahkan, sementara pendekatan praktis spiritual adalah untuk menghayati keberadaan Tuhan Yang Maha Esa, kita menyadari kasih-Nya yang paling murni dan kemudian kita menyadari keberadaan Dia di relung hati kita, hanya dengan Hening Cipta. Ini sebetulnya dalam banyak tradisi agama juga dikenal dengan bahasa yang berbeda-beda. Misalnya dalam tasawuf disebut sebagai dzikir nafas. Dalam tradisi Hindu disebut sebagai pranayama, menyadari energi hidup di dalam napas kita, ini sama dengan meditasi atau mindfulness.