Skip to main content

Berawal dari ketidaksengajaan saya, menemukan sebuah tomat yang busuk di kulkas, kemudian teringat untuk dikumpulkan menjadi bahan kompos. Saya pun memeras tomat itu begitu saja di sepetak lahan kecil di belakang warung. Satu bulan kemudian, terlihat banyak tanaman-tanaman kecil yang tumbuh, saya tidak sadar bahwa itu tanaman tomat. Hari demi hari, betapa kagetnya saya, setelah 2 bulan bermunculan tomat-tomat sekian banyak dari sekitar 8 tanaman. Cepat sekali pertumbuhan cabang dan buahnya pun banyak. Padahal, saya lahan belakang warung tadinya tanah sakit, tanahnya keras dan saat hujan air tidak bisa turun ke bawah. Tidak terkira senangnya.

Tanaman tomat di kebun Putu Saraswati

Setelah mendadak panen tomat, yang tidak pernah dirawat itu, timbul semangat untuk menanam jenis sayuran lain, seperti daun kemangi, cabai, bawang merah, kangkung, dan terung hijau. Saya menanam bawang merah dari satu butir yang diiris atasnya, kemudian ditanam begitu saja di atas tanah. Sekarang sudah bisa panen daun bawang dan bawang merahnya. Asyik, kan?

Saya jadi punya sumber pangan sendiri yang dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari. Terung yang saya tanam bisa dijadikan sayur terung. Cabai dan bawang bisa saya buat sambal. Kemangi juga bisa saya jadikan lalapan. Praktis, tinggal petik di kebun ambil secukupnya, dan tentu saja juga lebih sehat karena bebas pestisida.

Pada awalnya, saya pikir menanam itu sulit karena membutuhkan lahan yang luas dan modal yang besar untuk membuat bedengan, membeli bibit, dan pupuk. Ternyata, setelah saya mempraktikannya, lahan yang sempit dan terbatas bisa saya manfaatkan dengan maksimal. Semua kesulitan dan keribetan yang ada di pikiran saya tidaklah terjadi. Apalagi, setelah belajar metode Sigma Farming, menanam jadi mudah dan murah. Kita dapat memanfaatkan bahan-bahan yang ada di sekitar, seperti sisa buah dan sayur yang bisa diolah menjadi ekoenzim, yang bisa dimanfaatkan sebagai pupuk. Dari pengalaman saya, rutin menyiram ekoenzim 2 minggu sekali, tanah di lahan warung yang awalnya sakit dapat menjadi lebih subur. Perawatan pun, hanya cukup menyiramnya dua kali sehari, pagi dan sore. Tanaman sayur pun tumbuh besar dan sehat. 

Mari, teman-teman, mulailah bercocok tanam. Jika tak ada lahan, bisa memanfaatkan botol minuman bekas, ember bekas, atau apa pun barang bekas lainnya untuk menjadi pot. Tanpa lahan pun, kita bisa menikmati hasil pertanian yang bebas pestisida serta irit di kantong.

 

Putu Saraswati

Kader Pusaka Indonesia Wilayah Bali