Skip to main content

Catatan Perjalanan Tim Sigma Farming Academy Pusaka Indonesia

Sebuah kebun yang dikelola dengan metode Sigma Farming harus memiliki kompos. Inilah misi utama dalam perjalanan tiga hari tim Sigma Farming yang terdiri atas 4 orang, terbang dari Jakarta ke Bali, 3-5 Juli 2023 lalu, membuat BD kompos di beberapa Kebun Surgawi (KS) sekaligus. Selalu ada cerita unik dan haru, dalam proses pembuatan BD kompos. BD kompos mengacu pada kompos biodinamik. Kompos ini dibuat dari campuran hijauan, daun kering, jerami, dan kohe sapi, yang bisa dipanen setelah 6 bulan.

Pembuatan satu set BD kompos yang standar, memerlukan kerja fisik yang berat sehingga akan lebih ringan apabila dikerjakan beramai-ramai. Diawali dari cikal bakal Kebun Surgawi Pusaka Indonesia, yaitu KS 1 dan KS 2, Mengwi, di Kabupaten Badung, yang dihadiri oleh 12 orang pada hari pertama. Mula-mula beberapa orang membuat lubang pada ruas bambu yang akan digunakan sebagai alas kompos. Sebagian orang lagi mempersiapkan lokasi yang akan dipakai untuk membuat BD kompos.  Adapun pertimbangan lokasi yang dipilih adalah lokasi yang cukup luas dan bebas dari jalur air. Hal ini sangat penting karena KS 2 letaknya lebih rendah dari sungai yang mengalir di sampingnya, selain itu lahan ini adalah bekas sawah sehingga kandungan airnya sangat tinggi. Setelah itu, sebagian memindahkan jerami dan kohe yang telah dipersiapkan beberapa hari sebelumnya agar dekat dengan lokasi pembuatan kompos.

Upaya mengangkut kohe menjadi tantangan tersendiri. Lokasi KS 2 yang menurun berundak-undak ditempuh dengan menuruni bebatuan alam yang menyerupai tangga dan menyeberangi sungai yang jembatannya terbuat dari dua bilah batang pohon yang saat itu kondisinya licin sehabis hujan. Sembari membopong satu karung kohe yang semula beratnya 20-25 kg, menjadi lebih berat lagi karena hari itu hujan turun sehingga kondisinya basah kehujanan.

Kami berderet membentuk barisan untuk mengoper kohe, karung demi karung. Dimulai dari tempat penyimpanan kohe sampai ke lokasi pembuatan BD kompos, wanita maupun pria, tua maupun muda semua terlibat. Mereka yang capek mlipir dari barisan, digantikan oleh yang masih punya tenaga, begitu seterusnya. Ada juga kader yang merelakan dirinya nyemplung ke sungai agar karung kohe bisa berpindah dengan lancar dan aman. Setelah diselingi rehat, akhirnya 100 karung kohe dengan berat total lebih dari 2,5 ton dan 100 ikat jerami telah berpindah dan siap diproses menjadi BD kompos.

Dengan kolaborasi dan kerjasama tim yang solid, satu set BD kompos dengan ukuran 2,5 m x 1,5 m x 1,5 m telah berhasil dibuat dalam waktu kurang dari dua jam. Setelah rehat makan siang, tim melanjutkan pembuatan set BD kompos yang kedua.  Masih ada sisa waktu, lanjut kegiatan membuat CPP di KS 1 hingga sore hari.

Keesokannya, kegiatan serupa di KS 69 Blahbatuh, Gianyar, milik Gusti Suantara. KS ini terletak di pinggir jalan, di sebuah kompleks perumahan yang sedang berkembang. Namun kondisi ini pun memiliki tantangan tersendiri. Dengan lahan kosong nan lapang tanpa peneduh, udara terasa sangat terik. Tim menggelar persiapan di pinggir jalan dengan berlindung di bawah bayangan tembok benteng rumah yang ada di seberang kebun. Kegiatan diawali dengan membuat lubang galian untuk CPP. Lalu dengan 50 karung kohe dan jerami yang telah dipersiapkan sebelumnya di sini, untuk membuat satu set BD kompos. Tak ketinggalan, kerja bakti dilanjutkan dengan membuat CPP dengan bahan baku kohe sapi segar yang diperoleh dari peternak sapi yang dekat dengan lahan.

Berikutnya, giliran KS 29, Baturiti Tabanan, milik Pande Made Oka Iriana, yang menjadi lokasi pembuatan BD kompos. Dengan ketinggian kurang lebih 750 mdpl, suasana di sini begitu sejuk. Lokasi kebun seluas 2500 meter persegi yang memanjang, berbaris bedengan dari depan sampai belakang. Di KS 29 ini berhasil diselesaikan dua set BD kompos. Lapis demi lapis, dibuat secara bergotong royong, dengan jumlah tim yang bertambah menjadi 15 orang. Menjelang tahap akhir set kedua, mendung mulai menaungi kami. Maka kecepatan kerja pun kami tingkatkan sedemikian rupa agar tetap sukacita mensyukuri anugerah yang nyata.

Ada satu hal yang menjadi tradisi para petani Sigma Farming dalam membuat BD kompos, yakni sesi hening bersama, melingkari BD kompos yang baru selesai dibuat. Ketika tiba saatnya kami berdiri melingkar dan berpegangan tangan untuk memberkati dua set BD kompos yang kami buat, hujan rintik mulai turun membasahi bumi. Rasa haru dan syukur pun terucap atas berkat penyertaan Gusti, selama tiga hari pembuatan kompos ini kami diberkati dengan cuaca yang mendukung.

Menjelang sore, di tengah hujan rintik, kami mengenakan jas hujan dan konvoi menuju KS 35, yang juga dikelola oleh Pak Pande, dengan kendaraan roda dua. Di sana kami dimanjakan dengan deretan pohon alpukat yang rapi dan pepohonan lain. Hujan tidak menyurutkan langkah kami untuk bereksplorasi dan menemukan aneka hal yang unik dan menarik di KS 35, di antaranya ada lumut hutan yang tebal, pegagan yang tumbuh subur dan liar, pohon kecubung, tanaman kecombrang, dan lain-lain. Kami sempat juga menanam bibit alpukat dan melakukan pruning pada beberapa pohon. Sungguh anugerah yang patut disyukuri.

Kompos adalah jantung kebun, begitu kata Migan Zulmi, koordinator Sigma Farming Academy. Betapa pentingnya kompos untuk memulihkan dan menyuburkan tanah agar menjadi tempat hidup yang menyenangkan bagi tumbuhan. Tanah yang diberi perlakuan dengan BD kompos akan cepat pulih, dalam waktu kurang dari 1 tahun. Maka, marilah kita bergerak membuat kompos, tanah-tanah yang terluka karena eksploitasi berlebihan memerlukan peran kita untuk mengambil bagian dalam memulihkannya. Terwujudlah Kebun Surgawi, Indonesia Surgawi.

Sari Marieyosse
Kader Pusaka Indonesia Wilayah DKI Jakarta – Banten