Skip to main content

Nama saya Parjono. Beberapa tahun ini saya menggeluti tanaman lada, vanili, empon-empon, dan padi. Sebelum saya mengenal teknik pertanian Sigma Farming, saya sudah menjalankan pertanian organik sejak tahun 2007. Saya bereksperimen membuat pupuk dari berbagai kotoran hewan, seperti sapi, kambing, dan ayam. Pupuk padat ini saya fermentasikan mulai dari satu bulan, dua bulan, dan tiga bulan. Saya amati perubahan dan saya coba aplikasikan ke tanaman, mana umur fermentasinya yang paling bagus, dan saya menyimpulkan fermentasi yang paling bagus menurut adalah yang berusia tiga bulan. Perubahan pupuk sudah mulai awur atau tidak keras lagi dan sudah matang sehingga lebih mudah diserap tanaman.

Saya juga membuat pupuk cair atau biasa disebut POC (Pupuk Organik Cair) yang bahan-bahannya difermentasi selama 14 hari. Bahan POC yang sering saya gunakan mengandung NPK, berasal dari bonggol pisang, sabut kelapa, dan daun nangka. Saya juga pernah membuat pupuk yang sangat jarang orang buat. Saya menyebutnya asam batu. Caranya, batu dihaluskan lalu saya goreng dan dicelupkan ke baceman yang sudah saya sediakan. Baceman tersebut terbuat dari berbagai macam buah yang asam. Berdasarkan pengamatan saya pada tanaman, jika buahnya manis maka akan tambah manis, jika pedas, maka akan tambah pedas.

Sebelum mengenal Sigma Farming, pestisida nabati (pestisida nabati) yang saya buat menggunakan bahan-bahan yang sudah tersedia di sekitar lahan, antara lain daun sirsak, daun srikaya, daun sambiloto, batang brotowali/putrowali, bawang putih, bawang merah, lengkuas, serai, bangle, puyang, dan telur. Bahan ini difermentasi minimal 7 hari, dan pesnab ini sudah saya uji untuk tanaman padi, lada, vanili, dan tanaman kecil-kecil lainnya.

Hasil Sigma Farming

Parjono Sigma Farming

Setelah belajar Sigma Farming, saya tinggalkan cara lama dan beralih ke metode ini. Saya belajar membuat “amunisi” seperti pembuatan bakteri yang bertujuan mengembalikan lagi kesuburan tanah, ada juga amunisi yang bertujuan untuk membantu penyuburan tanah dan tanamannya, serta pesnab untuk menangggulangi hama yang menyerang tanaman.

Amunisi-amunisi tersebut, antara lain, Bakteri Pemulih Tanah (BPT) Sigma 1 dan 2, plantonik, eco enzyme, liquid manure, jelatang, kipahit, asam amino, saya aplikasikan pada lahan. Perlahan tapi pasti, kesuburan tanah di lahan saya mulai membaik. Bukti otentik terlihat dari mulai membaiknya kesuburan tanah di kebun. Lalu ada beberapa tanaman yang sudah ditanam sudah cukup lama tapi belum berbuah atau tidak menghasilkan, yang kemudian berhasil berbuah, di antaranya:

  1. Beberapa tanaman lada yang sudah berusia 5-6 tahun, setelah saya mengaplikasikan amunisi Sigma Farming selama  kurang lebih 1 tahun, akhirnya berbuah.
  2. Tanaman durian yang sudah ditanam selama 7 tahun, setelah pengaplikasian amunisi Sigma Farming akhirnya bisa berbuah.
  3. Tanaman matoa yang biasanya 1 tahun berbuah sekali, tahun ini sampai berbuah 2 kali.
  4. Tanaman petai buahnya luar biasa lebatnya. 

Dari pengalaman saya yang sudah lama bergelut di pertanian organik, saya lebih mantap lagi dengan metode Sigma Farming yang selaras dengan alam dan nyata terlihat hasilnya. 

Tanam Vanili Hingga Berbuah

Saya menanam vanili sejak tahun 2020. Saat itu sekadar ingin coba dan belum tahu cara merawatnya. Saya membeli bibit tanaman vanili dari teman kampung sebelah yang sudah menanam duluan tapi tidak dirawat. Dari dana Rp. 100.000,00 dapat kurang lebih 8 batang ukuran panjang 20 cm, dan cuma ada 3 ruas tiap potongan.

Dari 8 batang tersebut yang saya tanam tersisa hidup 5 batang. Setelah tanaman vanili merambat setinggi 1 meter, saya potong untuk dijadikan bibit lagi. Tahun demi tahun semakin bertambah tanaman saya dari potongan pucuk yang dipotong tersebut.

Setelah berumur 2,5 – 3 tahun, tanaman vanili saya baru mau berbunga. Nah, saat berbunga perdana saya masih belum tahu cara penyerbukannya. Saya mencari informasi dari media sosial lalu mempraktikkannya. Awal penyerbukan banyak yang gagal. Dari satu tandan 20 bunga yang tumbuh hanya 4 yang menghasilkan vanili.

Pada tahun berikutnya, tanaman vanili mulai banyak yang berbunga. Di tahun kedua, penyerbukan ini mulai bisa sempurna, karena banyak polong vanili yang tumbuh dan tidak gugur. Sampai saat ini, tanaman vanili saya sudah mulai banyak dan bibit pun sudah  melimpah.

 

Parjono

Kader Pusaka Indonesia Wilayah Jawa Tengah