Pada tanggal 27 Agustus 2024, Pusaka Indonesia mengadakan sosialisasi pembuatan Eco Enzyme (EE) di Desa Tugu Jaya, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor. Acara ini diinisiasi oleh Eva Robaya, warga yang memiliki kepedulian tinggi terhadap kesejahteraan petani setempat. Eva, yang tinggal di Kemang, Jakarta Selatan, memiliki hunian dan lahan di Desa Tugu Jaya, yang terletak di kaki Gunung Salak.
Sosialisasi EE ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan Eva terhadap kondisi para petani di desanya yang terjerat oleh tengkulak. Tengkulak membiayai para petani untuk menanam, termasuk biaya pupuk dan kebutuhan lainnya, dengan imbalan hasil panen mereka. Jika hasil panen lebih besar dari biaya yang telah dikeluarkan, para petani mendapat keuntungan. Namun, jika tidak, mereka harus berutang pada tengkulak dan melanjutkan siklus ini di musim tanam berikutnya. Eva melihat potensi besar dari penerapan EE sebagai solusi bagi para petani untuk mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia dan membebaskan diri dari cengkeraman tengkulak.
Acara dimulai dengan perkenalan dari Ficky Yusrini, kapten Sigma Farming wilayah Jawa Barat, yang menjelaskan tentang misi dan tujuan Pusaka Indonesia. Kegiatan dilanjutkan dengan hening cipta dan menyanyikan lagu Indonesia Raya tiga stanza. Salah satu petani berusia 82 tahun yang berdiri di samping penulis, menyanyikan lagu dengan semangat, meskipun belum hafal stanza kedua dan ketiga.
Setelah itu, Ficky dan Mila Setiarini, Ketua Wilayah Pusaka Jawa Barat, bergantian menjelaskan tentang EE dan bagaimana petani bisa membuatnya sendiri. Mereka mendorong para petani untuk mengumpulkan sampah dapur, kulit buah-buahan, dan sisa sayuran untuk dijadikan bahan pembuatan EE. Komposisi yang diajarkan adalah 1 kg gula merah, 3 kg bahan kulit buah, dan 10 liter air bersih. Penulis ikut membantu menimbang gula dan mengarahkan petani agar gula dimasukkan terlebih dahulu ke dalam air dan diremas hingga hancur, mengingat air yang digunakan sangat dingin karena berasal dari sumber air Gunung Salak.
Pada kesempatan ini, Ficky membawa beberapa botol EE siap pakai yang dibagikan kepada 27 petani untuk diaplikasikan sebagai pupuk. Mereka sangat antusias karena mendapatkan pupuk gratis dan berharap bisa menggunakan EE untuk tanaman mereka, seperti timun, singkong, dan cabai. Saya juga menjelaskan tentang kompos darurat yang bisa dibuat dari kotoran hewan peliharaan dan memberikan demonstrasi teknik vorteks, yang semakin menambah semangat para petani.
Pusaka Indonesia juga berencana memberikan sosialisasi pembuatan Bakteri Pemulih Tanah (BPT) 1 dan 2, ketika para petani sudah siap menyediakan bahan-bahan seperti kohe sapi, kulit telur, dan pasir. Di lain pihak, Eva juga akan membantu menyediakan tanduk sapi sebagai bahan pembuatan BPT 1.
Acara sosialisasi ini ditutup dengan sesi foto bersama dan makan siang dengan masakan khas Sunda yang telah disediakan. Antusiasme para petani sangat terasa, dan mereka berharap bisa lepas dari ketergantungan pada tengkulak dengan memanfaatkan EE Eco.
Sebagai pesan penutup, masih banyak petani yang belum tahu bahwa Eco Enzyme bisa dimanfaatkan sebagai pupuk. Mari sebarkan informasi tentang Eco Enzyme ini kepada petani dan masyarakat pedesaan agar mereka dapat merasakan manfaatnya.
Agus Haryono
Kader Pusaka Indonesia Wilayah Jawa Barat