Skip to main content

Workshop Sigma Farming 2 merupakan workshop pertanian lanjutan oleh Perkumpulan Pusaka Indonesia Gemahripah (PIG), pada 20—22 Oktober 2022 di Cihirup, Kuningan, Jawa Barat. Bersama narasumber Adolf Hutajulu, pakar pemulihan tanah dari Batam, Kepulauan Riau. Setiap peserta berlatih untuk menjadi petani yang mandiri dalam mewujudkan ketahanan pangan. Mereka belajar teknik memperbanyak tanaman, merawat tanaman dengan teknik pruning (pemangkasan), pemindahan bibit ke lahan, merangsang pembungaan sampai dengan media tanam untuk pembibitan dan tabulampot (tanaman buah dalam pot). 

Cara memperbanyak tanaman adalah teknik grafting/okulasi dan cangkok. Teknik grafting/okulasi ini bertujuan untuk memperbaiki kualitas pohon. Grafting atau Okulasi adalah teknik penyambungan dua tanaman yang masih dalam keluarga dekat dengan menggunakan batang bawah dan batang atas tanaman yang sudah dewasa (entres). Cangkok adalah teknik pembiakan tanaman dengan cara menguliti bagian cabang tanaman, lalu dibungkus dengan plastik yang berisi media tanam hingga muncul perakarannya sebagai tanaman baru. 

 

SIGMA FARMING 2 Workshop: Praktik Grafting/Okulasi menggunakan Pohon Alpukat

 

Evaluasi Sigma Farming

Selain materi pelatihan yang mengajarkan para peserta menjadi pembibit buah atau tanaman yang andal, workshop ini juga lengkap dengan agenda evaluasi. Penilaian terkait pengaplikasian pembelajaran workshop Sigma Farming 1 bulan Juli 2022 lalu, yang lebih berfokus pada pemulihan tanah. Evaluasi itu meliputi kualitas pengomposan, Eco Enzym (EE), BD 500 (Biodinamik 500), dan Cow Pat Pit (CPP). Para peserta juga berinisiatif membawa sampel tanah, EE, CPP, dan kompos, dari Kebun Surgawi di daerah masing-masing. Dari sini, para peserta dapat saling melatih kepekaannya untuk membedakan sampel yang baik dan buruk melalui panca inderanya. 

SIGMA FARMING: Sampel Produk Peserta dari Kebun Surgawi Masing-masing

 

Sigma Farming (Pertanian Sigma) adalah teknik pertanian yang mengintegrasikan pola-pola pertanian yang selaras dengan alam, seperti pertanian organik, permakultur, dan biodinamik. Teknik pertanian ini menggunakan pendekatan spiritual berdasarkan temuan-temuan otentik yang selaras dengan pengetahuan spiritual kuna. Sigma Farming membuat manusia kembali menghayati cara memulihkan dan memuliakan Ibu Bumi. Dengan begitu jaminan pangan yang berkualitas dan berkelimpahan akan terjamin oleh Ibu Bumi.

 

Gerakan Pemulihan Tanah

Di PIG, para kader bekerja berdasarkan keheningan dalam artian tak lepas dari keterhubungan dengan Tuhan yang berada di dalam diri, maka dalam kegiatan PIG hening cipta selalu menjadi bagian tak terpisahkan.

Begitu juga pada workshop ini, para peserta berhening cipta di hari ketiga kegiatan. Hening cipta bersama dengan Ketua Umum PIG, Setyo Hajar Dewantoro. Kemudian selain berhening cipta, Ketua Umum PIG juga menegaskan kembali misi PIG dalam memulihkan tanah. Misi menyebarkan praktik pertanian dan pengolahan tanah yang selaras dengan Bumi. Serta misi mewujudkan ketahanan pangan dan keberdikarian dengan gerakan 1000 Kebun Surgawi. 

SIGMA FARMING 2 Workshop: Setyo Hajar Dewantoro, Ketua Umum PIG, bersama Adolf Hutajulu , pakar pemulihan tanah

“Kita sebagai satu bangsa atau umat manusia mempunyai tantangan yang nyata. Selama puluhan tahun belakangan ini, banyak manusia yang salah kaprah. Serakah tanpa batas, dan menyalahgunakan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diterapkan di sektor pertanian dengan jargon “revolusi hijau”. Mereka justru menjadi faktor pencipta kerusakan di Bumi ini. Dengan alasan produktivitas dan kebutuhan pangan yang tinggi, mereka menggunakan segala cara hingga merusak lingkungan. Seperti penggunaan berbagai pupuk sintetis dan pestisida yang diasumsikan bisa mengatasi masalah pertanian, tapi nyatanya malah mencipta dampak yang destruktif. Di sisi lain, selama puluhan tahun juga, kita mendapat pasokan pangan yang tidak sehat karena didapatkan dengan cara pertanian yang tidak selaras. Maka dari itu kita perlu membuat upaya perbaikan yang serius di sektor pertanian,” demikian ajak Ketua Umum PIG, Setyo Hajar Dewantoro.

Gerakan pemulihan dan pemuliaan tanah, bermula dari satu desa kecil di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, yang akan mengubah dunia. Sigma Farming berkembang di berbagai tempat lewat pendirian Kebun Surgawi melalui wadah PIG. Pada skala yang lebih luas, Sigma Farming ini akan diterapkan oleh PT Bumi Nusantara Gemah Ripah (BNGR) yang dipimpin oleh Eko Nugroho. 

1000 Kebun Surgawi

Ketua umum PIG kembali menegaskan visi PIG ke depan, yakni dalam 1-2 tahun nanti PIG mempunyai 1000 Kebun Surgawi. Kini Kebun Surgawi terus bertambah jumlahnya. Berawal dari Kebun Surgawi di Mengwi Bali, bergerak ke Kuningan, Ciawi Bogor, dan banyak tempat lainnya.

SIGMA FARMING 2 Workshop: Setyo Hajar Dewantoro menyampaikan orasinya

“Tentu saja kita tidak akan bisa membuat Kebun Surgawi jadi 1000 jika kita saja yang bergerak. Kita adalah inisiator. Ketika kita serius menjalankan ini, akan ada banyak orang yang tertarik bergabung bersama kita untuk mewujudkan Kebun Surgawi. Jika 1000 Kebun Surgawi ini terwujud, maka hal ini menjadi simbol yang jelas bahwa kita bisa memulihkan tanah kita. Membuat negeri yang kita cintai bersama ini punya harapan untuk masa depannya. Kita kembali menjadi bangsa yang memuliakan tanah dan hidup sejahtera dengan tanah yang sehat,” jelasnya lagi.

Sigma Farming merupakan praktik pertanian yang berlandaskan kesadaran spiritual murni. Kita bertani sebagai cara kita menghormati Ibu Bumi. “Ketika Ibu Bumi dimuliakan, tanah dan air pulih kembali, maka tidak akan ada kekurangan pangan untuk manusia. Ibu Bumi akan memberikan keberlimpahan sekaligus pangan yang berkualitas,” pungkasnya.