Skip to main content

Sebagai anak yang terlahir di keluarga petani, saya tahu betul pengeluaran petani lumayan banyak ada di pembelian pestisida dan pupuk sintetis. Harganya terbilang tinggi bagi petani yang pendapatannya tak seberapa. Dengan mengetahui bahan alami di sekitar yang bisa dimanfaatkan sebagai pupuk dan pestisida, tentu saja ini pasti akan berdampak pada biaya pertanian yang minim, tetapi bisa memberi hasil yang maksimal, dan selaras dengan alam.

Hal inilah yang saya pelajari dari aktivitas Pusaka Indonesia Wilayah Bali, Minggu, 9 September 2023 lalu. Kami, dari berbagai penjuru Bali, berkumpul dan berkegiatan di Kebun Surgawi (KS) 70 yang berada di daerah Senganan Kawan, Kabupaten Tabanan, Bali, dengan semangat gotong royong ikut dalam pembuatan amunisi yang diperlukan di KS 70. Ketiga amunisi itu, antara lain:

Pestisida Nabati dari Cemara Udang (Casuarina equisetifolia)

Bahan:

1 kg daun cemara udang yang masih hijau

1 liter air

(atau perbandingan 1:1)

Cara lainnya: Letakkan daun di wadah, tekan sampai mentok, beri air setinggi banyaknya daun.

Langkah-langkah:

Ambil bagian daun yang masih hijau dan potong kecil-kecil, letakkan ke dalam panci, tambahkan air, dan didihkan. Biarkan mendidih sampai warna berubah kuning kehijauan. Jangan terlalu lama dididihkan, sekitar 30% mendidih sudah bisa dipakai. Angkat dari api. Saring dan didinginkan. Biarkan selama 24 jam.

 Untuk pemakaian, encerkan konsentrat 1: 20 sebelum mengaplikasikannya sebagai semprotan. Bisa ke tanah, daun, dan batang, baik yang sakit maupun tanaman masih sehat, untuk pencegahan. Pencegahan lebih baik daripada mengobati. Aplikasi pestisida nabati (pesnab) lebih baik dilakukan secara rutin 3 hari sekali untuk pencegahan tanaman terjangkit penyakit. Pada musim hujan lakukan penyemprotan setelah hujan. Larutan cemara udang ini bisa digunakan untuk semua bakteri dan jamur, fusarium, phytophthora, bakteri, virus (antrax), pengusir kutu kepik, maupun mencegah ulat di tanaman, termasuk karat daun bisa diatasi dengan ini.

Bola Ekoenzim

Bahan: dedak atau bekatul dari padi dan ekoenzim murni

Langkah: Campurkan dedak dan cairan EE sampai dedak benar-benar basah kemudian bentuk bulat seukuran bola kasti. Pada saat dibentuk masih dalam kondisi basah, kemudian jemur selama 2 hari sampai kering dan keras. Setelah itu, letakkan di tempat teduh 3-4 hari, amati dan biasanya muncul jamur putih. Kemudian jemur lagi bola sampai kering kurang lebih 2 minggu. 

Cara aplikasi: Belah bola-bola EE menjadi 2 atau 4 bagian (disesuaikan dengan ukuran tanaman). Di dalam bola-bola EE akan muncul jamur Trichoderma, taburkan pada perakaran tanaman. Jika memiliki kebun yang luas, cukup dengan melemparkan bola-bola EE yang sudah dibelah dari kejauhan. Trichoderma merupakan jamur baik untuk kesuburan tanah, jika beruntung kita akan mendapatkan jamur trichoderma super yang ditandai dengan warna pink.

BD 500 

Bahan: Tanduk sapi betina dan kohe segar dari sapi betina

Langkah-langkah: 

Pembuatan BD500

Masukkan sejumput kohe segar sapi betina ke dalam lubang tanduk sampai memenuhi permukaan tanduk. Buat lubang dengan kedalaman sekitar 75-150 cm di dalam tanah, lalu letakkan tanduk yang sudah terisi kohe ke dalam lubang dengan posisi lancip ke atas dan kohe menghadap ke tanah. Urug dengan kompos. Pastikan bagian bawah menyentuh tanah, jangan terguling. Tutup bagian paling atas dengan karung goni dan kubur di dalam tanah selama 6 bulan. 

Cara aplikasi: Gunakan 7 gram BD 500  bersamaan dengan CPP sebanyak 7 gram, larutkan ke dalam 12 liter air dan vorteks selama 45 menit. Setelah itu, percik pada lahan. Bakteri yang terdapat di dalam BD 500 berfungsi untuk menggemburkan tanah. 

Pembelajaran lain, ada banyak cerita dari dalam proses bertanam, dari mulai tumbuh biji sampai menjadi tanaman besar yang bermanfaat, semua ada dalam koridor keselarasan alam. Ini berkorelasi juga dengan belajar keheningan, membereskan setiap sigel sembari menikmati setiap proses, seperti yang disampaikan Noviyani, Kapten KS Bali, disela-sela melakukan aktivitas di KS 70.

Saya punya harapan metode Sigma Farming seperti ini bisa dipakai oleh banyak kalangan petani sehingga bisa menghasilkan pangan yang berkualitas dan tentunya tidak merusak tanah yang menjadi sumber penghidupan kita. Inilah bagian dari cara kita berterima kasih kepada ibu bumi, membuat tanah tetap pada kesuburannya yang tinggi demi keberlangsungan pangan yang berkualitas di planet ini.

 

I Kadek Cahya Adi Wardana

Kader Pusaka Indonesia Wilayah Bali