Skip to main content

Ni Kadek Dwi Noviyani atau akrab disapa Novi, adalah salah satu Kader Pusaka Indonesia yang berdomisili di Tabanan, Bali. Seperti kebanyakan anak muda Bali, Novi juga sempat berkarir di industri pariwisata di Kuta dan Seminyak. Pengalamannya yang cukup lama adalah bekerja di tempat yoga retreat dan salon kecantikan. Dari pekerjaan itulah ia belajar, bahwa konsep kecantikan itu seringkali bertentangan dengan kondisi alami seseorang, dan perawatan yang dilakukan justru semakin bertolak belakang dengan keselarasan.

Mendirikan Paon Liang

Novi mengolah kelapa bahan VCO dan minyak klentik

Setelah mulai bekerja secara mandiri sebagai freelancer, tahun 2021 Novi kemudian mendirikan Paon Liang, yang memproduksi skincare perawatan tubuh berbahan alami yang dibuatnya sendiri dibantu oleh sang ayah, yakni Virgin Coconut Oil (VCO) atau minyak kelapa murni.  Hal ini berangkat dari pengalaman otentik Novi yang sejak tahun 2018, kulitnya menjadi sensitif dengan produk kecantikan berbasis kimia sintetis. “Kulit saya jadi mengelupas jika terkena produk kimia sintetis berlebihan,” kata Novi.

Selain VCO cocok untuk kulitnya yang sensitif, dia juga melihat peluang pasar yang besar dari pengalamannya ketika bekerja di tempat yoga retreat, karena banyak konsumen yang menyukainya. “Sewaktu saya bekerja di tempat yoga retreat, tamu yang berkunjung ke sana, baik yang menginap atau sekadar datang untuk yoga, banyak yang menyukai VCO untuk mereka konsumsi, dan merawat tubuh, karena VCO bagus untuk kesehatan,“ kata Novi.

Tak hanya itu, Novi juga kemudian mengembangkan produk skincare lainnya, yakni body oil dengan label Istara, yang berkolaborasi dengan Warisan Otentik yang didirikan oleh kader Pusaka Indonesia di Tangerang, Retno Sulistyowati. Dari pengalamannya bekerja di salon kecantikan, Novi tersadar akan konsep kecantikan yang sebenarnya adalah cantik itu bukan dengan mengubah tetapi dengan merawatnya. “Menerima dan bersyukur dengan keunikan tiap diri kemudian merawatnya,” jelas Novi.

Sementara untuk Paon Liang, menyadari bahwa kelapa merupakan komoditas yang cukup melimpah di Bali, maka Novi pun tergerak mengembangkan produk lain untuk Paon Liang yang juga berbahan baku kelapa, yakni minyak klentik, atau minyak kelapa untuk memasak. Sebagai orang Bali asli, Novi cukup gemas dengan sambal matah khas Bali, yang bahan pembuatannya belakangan menggunakan minyak sawit. “Sambal matah khas Bali dulu selalu menggunakan minyak kelapa yang membuat aromanya sangat spesial, tapi sekarang lebih banyak yang memakai minyak sawit yang tidak beraroma, dan ada yang kurang rasanya, selain itu minyak kelapa tentu saja lebih sehat,” kata Novi.

Tak hanya itu, Novi pun sudah punya sederet rencana untuk pengembangan produk Paon Liang berikutnya. “Paon Liang akan dikembangkan lagi dengan produk makanan sehat dari hasil Kebun Surgawi dan produk-produk perawatan tubuh yang terbuat dari bahan alami,” kata Novi.

Ecoprint Niluh Jegeg

Proses membuat ecoprint

Novi adalah kader Pusaka Indonesia yang multi talenta. Selain dipercaya menjadi Kapten Kebun Surgawi (KS) Wilayah Bali berbagi tugas dengan Pande Made Oka Iriana, yang mengkoordinir pengembangan KS se-Bali, ia juga mengembangkan usaha kain ecoprint dengan nama “Niluh Jegeg”. Berawal ikut pelatihan ecoprint tahun 2022,  Novi memiliki dorongan kuat untuk hidup lebih selaras alam dengan mengeksplorasi teknik cetak dan pewarnaan pada kain dengan menggunakan bahan alami, yakni dari daun dan tanaman. Novi terus belajar mencari cara dan bereksperimen dengan berbagai material alami, agar semakin minim penggunaan bahan kimia tambahan untuk diaplikasikan di kain.

Tak hanya memproses kainnya dengan metode ecoprint, Novi juga menjual produk bermotif ecoprint yang berupa pakaian jadi, dibantu oleh ibunya yang seorang penjahit, yang juga sumber inspirasinya. “Ibu mengajarkan saya mempunyai keterampilan apa pun itu, agar bisa berdikari. Ibu saya seorang penjahit yang belajar dengan tekun, meski tak biasa menggunakan HP, namun ibu dapat mengerjakan model baju pesanan konsumen hanya dengan melihat contoh gambarnya,” kata Novi.

Tak hanya ibunya yang menjadi sumber inspirasi, antusiasme Novi dalam berkarya bersama Pusaka Indonesia, dan juga mengembangkan talenta serta usahanya untuk makin berdikari, tak lepas dari pembelajaran di Persaudaraan Matahari yang diikutinya. “Sebagai murid spiritual dari Guru Setyo Hajar Dewantoro, saya masih belajar menerapkan ajaran Mas Guru, yaitu belajar tidak berambisi, dan bekerja dengan ketulusan. Saya juga menyadari hal-hal yang belum beres dalam diri saya, dan berusaha untuk membereskannya,” kata Novi.

Oya, untuk pembaca yang tertarik dengan produk Paon Liang, Istara maupun Niluh Jegeg, bisa mendapatkannya di Pasar Gemah Ripah.