Skip to main content

Di balik setiap tantangan besar selalu ada peluang untuk menciptakan perubahan. Lahan kritis di Cibulan, Kuningan, Jawa Barat, adalah salah satu contoh nyata. Dengan dukungan PT. Bumi Nusantara Gemah Ripah, lahan seluas 1,2 hektar dipercayakan ke Pusaka Indonesia untuk menjadi pusat riset dan pengembangan Sigma Farming Academy (SFA) untuk kurun waktu dua tahun ke depan.

Lahan di Cibulan adalah bekas tambang galian C yang mengalami degradasi parah. Dengan kondisi tanah tanpa lapisan atas (top soil) dan minim nutrisi, tantangan besar menanti. Lahan ini dipercayakan untuk dikelola oleh para kader Pusaka Indonesia dari DKI Jakarta-Banten dan Jawa Barat, di bawah arahan Bidang Pendidikan & Pemberdayaan Pusaka Indonesia. Fokus riset yang dilakukan adalah pada pemulihan tanah, pemilihan tanaman tahan kering dan minim perawatan, pengelolaan gulma secara alami, pengendalian hama dengan pestisida nabati, serta pengolahan lahan yang sederhana dan ekonomis.

Pembabatan Gulma di Lahan Kritis Cibulan Kuningan

Tanggal 14-15 Desember 2024 lalu, menandai tahap awal pengerjaan lahan secara gotong royong, diikuti sebanyak 29 orang, berasal dari Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi, dan Karawang. Sebagian lagi berasal dari wilayah yang dekat, seperti Cirebon dan Kuningan. Rombongan berangkat sejak Jumat malam dan menginap di Majalengka. Perjalanan Jakarta – Majalengka memakan waktu kurang lebih 4 jam.   

Agenda dua hari yang dipimpin oleh Kapten Kebun Surgawi (KS) DKI, Rochkus Suradi dan Kapten KS Jawa Barat Tatang Priadi, yang utama adalah pembukaan lahan, membabat gulma lebat, mencangkul dan membalik tanah, serta menyiapkan bedengan. Sebanyak 13 bedengan selesai dibuat dan seluas 26 x 29 meter lahan telah dirapikan dari gulma. Dalam kesempatan tersebut, juga telah berhasil ditanam 50 pohon pisang, 40 pohon pepaya, serta 31 pohon balsa di tepi lahan. Tumpukan gulma hijau dimanfaatkan untuk kompos sekaligus sebagai bahan riset. Salah satu bedengan diisi dengan hijauan hasil babatan untuk memperkaya kandungan organik tanah. Selain itu, dilakukan pula riset untuk menguji efektivitas herbisida alami dengan mengocorkan eco enzyme murni ke bedengan.

Kondisi lahan yang menantang tidak menyurutkan semangat para kader. Tanah yang keras berbatu, gulma berduri tajam, cuaca terik dan hujan, lokasi yang jauh dari toilet, keterbatasan stamina karena tidak terbiasa bekerja di kebun, dihadapi dengan kebersamaan dan kesukacitaan. Ditambah lagi tantangan mobil yang rusak, berhasil teratasi dengan adanya pertolongan armada pinjaman. Kami belajar tentang pentingnya kolaborasi, kesabaran, dan ketahanan fisik serta mental. Di sinilah, pembelajaran value Pusaka Indonesia dibuktikan di lapangan.

Pembuatan Bedengan

Di hari kedua, kunjungan dadakan Ketua Umum Pusaka Indonesia, Setyo Hajar Dewantoro, membuat para kader menjadi lebih bersemangat.  

Selain pisang, papaya, dan balsa, ke depan, rencananya lahan ini akan ditanami dengan jenis tanaman seperti jagung, sorghum, ubi jalar, labu, jahe, kencur, bunga matahari, hingga tanaman refugia, lahan Cibulan siap menjadi contoh nyata transformasi tanah kritis menjadi lahan produktif. Melalui proses pemulihan, penanaman, perawatan, hingga panen, perjalanan ini menjadi bukti bahwa dengan kerja keras, solidaritas, dan metode yang tepat, lahan yang dianggap tidak bernilai dapat kembali memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan.

Ini baru fase awal, ke depan, sedianya, setiap dua minggu sekali akan ada kunjungan ke kebun Cibulan. Secara bertahap, kebun akan terus diolah sebaik-baiknya oleh para kader Pusaka Indonesia DKI Jakarta – Banten dan Wilayah Jawa Barat. Tertarik bergabung?

 

Ficky Yusrini
Ketua Wilayah Pusaka Indonesia Jawa Barat