Skip to main content

Cihirup di Kabupaten Kuningan Jawa Barat, menjadi gerak lokomotif atas upaya pemulihan dan pemuliaan tanah surga di Bumi Indonesia. Kader Pusaka Indonesia Gemahripah (PIG) bergotong royong bersama membuat pelatihan biodinamik bersama Adolf Hutajulu, praktisi biodinamik yang juga menjabat sebagai ketua wilayah PIG Kepulauan Riau. Kegiatan yang dilaksanakan pada 22—24 Juli 2022 itu dihadiri oleh seluruh perwakilan kader PIG se-Indonesia. Diantaranya, Palembang, Kalimantan, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali. Tentu saja bagi para peserta, itu menjadi tiga hari yang padat berisi dengan materi sekaligus praktik mengenai lahan, proses pembibitan, pemanenan, dan pasca panen dengan menerapkan sistem biodinamik.

Adolf Hutajulu, pakar biodinamik

 

Kohe Melimpah

“Berawal dari chatting-an di WhatsApps Group (WAG) PIG Nusantara,  Habib Qohar kader PIG di Kuningan beberapa kali memposting Kebun Surgawi (KS) Cihirup. Juga, beberapa isu di wilayah Kuningan terkait limbah kotoran hewan (kohe) sapi yang menjadi masalah pencemaran air. Postingan ini mendapat respons dari Adolf, ahli biodinamik yang tinggal di Batam. Adolf berminat datang ke Cihirup untuk melihat KS Cihirup dan limbah kohe sapi di Cigugur, Kuningan.

“Saya sampaikan ke Mas Guru Setyo Hajar Dewantoro, ketua umum PIG, bahwa kami perlu bimbingan biodinamik dari Pak Adolf dan Pak Adolf tertarik untuk datang ke Kuningan,” begitulah cerita dari Agus Nindia Nikolas sebagai ketua wilayah PIG Jawa Barat yang juga bertanggung jawab untuk kebun sorgum PT Bumi Nusantara Gemah Ripah (BNGR).

Pesan Semesta itu terwujud juga dengan pendanaan mandiri dari para kader PIG untuk pelatihan biodinamik di Cihirup, dan terkumpul dana Rp18.200.000. Dengan empat panitia dan 46 peserta, pelatihan berjalan lancar. Kegiatan diisi dengan materi dan praktik langsung dengan diawali pembuatan kompos ala biodinamik dan sharing sessions seputar pertanian. Hari berikutnya, dilanjutkan dengan kegiatan pengkulturan Bakteri Pemulih Tanah (BPT) Sigma 1 dan 2, vortex, percik lahan Kebun Surgawi Cihirup, Eco Enzyme (EE), dan melakukan observasi ke dua lokasi kebun sorgum PT BNGR. Pada hari terakhir (24/7), kegiatan yang dilakukan adalah praktik pembibitan dan injeksi benih dengan vortex BPT Sigma 1 dan 2. Dan, Semesta merespons upaya pelatihan Sigma Farming Pusaka Indonesia dengan adanya webinar bertema “Kitalah Penyelamat Bumi” bersama Guru Setyo Hajar Dewantoro yang ada di Geneve, Switzerland.

 

Biodinamik

Nobar webinar Kitalah Penyelamat Bumi

Biodinamik (Bio-Dynamic) berasal dari dua kata dalam Bahasa Yunani. Yakni, bios – life dan dynamos – energy. Dalam hal pertanian, ini mengarah pada prinsip-prinsip dasar atas kerja alam yang natural dan aplikasi dari life force yang membawa pada keseimbangan dan pemulihan tanah. Para pelakunya wajib memancarkan vibrasi kasih dan bahagia dalam melakukan keseluruhan prosesnya.

Biodinamik merupakan teknik pertanian/perkebunan organik yang memanfaatkan life force atau vitalitas dari alam sehingga cara kerjanya selaras dengan alam yang natural. Teknik ini dikenalkan oleh Rudolf Stainer (1919—1924), meliputi pemulihan tanah, proses pembibitan, perawatan, pembasmian hama, pemanenan, sampai pada pasca panen yang memperhatikan konstelasi Alam Semesta. Misalnya, para pelaku biodinamik melakukan off, tidak pergi ke sawah/lahannya, selama sebulan dua kali. Yakni, ketika posisi bulan berada jauh dari Bumi (apoge) dan dekat dari Bumi (perige).

 

Pertanian Organik atau Biodinamik?

Jika disuruh memilih antara pertanian organik dengan biodinamik, mana yang akan Anda pilih?

Diskusi dan Sharing Sessions Pertanian

Ini topik yang menarik dan bagi sebagian orang menjadi kontroversial untuk dibahas. Ada kesimpangsiuran mengenai kedua istilah tersebut di Indonesia. Meski sama-sama berorientasi pada alam/lingkungan, namun terdapat perbedaan di antaranya.

 

Pertanian Organik, teknik pertanian yang mencoba untuk memahami cara kerja alam dan membuat formula tertentu yang selaras dengan alam. Formula tersebut biasanya digunakan untuk pembasmian hama/serangga dan menyembuhkan tanaman dari parasit/penyakit sehingga terbentuk tanah yang baik untuk tanaman yang sehat dan produktivitasnya terjaga.

 

Biodinamik, teknik pertanian organik yang advanced karena skalanya lebih besar, meliputi konstelasi gerakan Alam Semesta, seperti posisi matahari, bulan, dan planet (zodiak). Juga, melibatkan aspek para pelakunya. Hal ini berkaitan erat dengan spiritualitas sebagai landasannya.

Biodinamik memfokuskan pada perluasan kesadaran mengenai tanaman, hewan, dan tanah. Selain proses pertanian yang natural, biodinamik juga memperhatikan populasi hewan, persiapan pembuatan kompos, serta proses pembibitan hingga pasca panen yang dilakukan secara selektif selaras dengan konstelasi Alam Semesta.

Biodinamik tidak terlalu berfokus pada hama atau penyakit karena ini bukanlah metode untuk meningkatkan hasil pangan semata atau menyediakan makanan sehat saja, melainkan tentang energi yang disediakan oleh makanan yang sehat itu akan digunakan untuk apa? Inilah tujuan utama dari produksi makanan.

Pusaka Indonesia Gemahripah jelas memilih pertanian biodinamik dengan Sang Ahli, Adolf Hutajulu. Lalu, bagaimana dengan Anda?

 

Penulis: Haryani, Foto-foto: dokumentasi PIG