Perempuan berambut merah dengan gaya metalnya, kerap dijuluki sebagai “Ghost Rider”, juga bakul soto, yang menggelar lapaknya di Pasar Bantengan, tepatnya di Jalan Wonocatur, Banguntapan, Bantul. Perempuan paruh baya yang bugar karena suka olahraga ini juga kader Pusaka Indonesia Gemahripah (PIG) DI Yogyakarta, siapakah dia?
Ya! Dia adalah Tuti Wijayanti alias Romi. Nama alias ini ada semenjak retreat spiritual Dieng Jawa Tengah, sejak Maret tahun 2021, namun lebih akrab untuk telinga dan mulut banyak orang.
Inovasi Menu
Ketekunan dan keuletan Tuti menjalankan bisnis soto bersama suaminya Wandi, memang tidak diragukan lagi. Sudah 24 tahun, dia ajeg mengembangkan bisnisnya. Dia awalnya hanya berjualan soto sapi, kemudian menambah menu ayam dan bebek goreng. Bahkan, saat omset menurun karena plandemi, dia memutar otak agar bisnisnya tak ikut tenggelam. Tuti kemudian berkolaborasi bersama adiknya, Sri Suharti, dan menambahkan menu baru lagi, yaitu lotek, gado-gado, karedok, dan ketoprak. Namun, menu bebek dan ayam perlahan sempat menghilang dari permukaan warungnya semasa plandemi.
Tapi, kini perlahan dan pasti, menu lama yang sempat menghilang itu muncul kembali, dengan tambahan inovasi baru, ayam dan bebek goreng plus kremes yang gurih dan enak tentunya.
Tularkan Semangat Juang
Tak hanya inovasi menu yang terus berkembang. Kini, Tuti menularkan semangat juang dan jiwa pelayanannya ke anaknya. Anak kedua yang akan meraih gelar sarjana itu, bersama temannya, akan ikut mengepulkan dapur. Jika biasanya warung Tuti yang berada di depan rumah tinggalnya, buka dari pagi sampai sore, kini anak-anaknya akan melanjutkan perjuangannya.
Warung buka dari pagi sampai malam! Tentunya menu di malam hari adalah hasil kreasi anak-anaknya, seperti, pecel lele, bebek dan ayam goreng. Nama warung pun berganti jadi “Pecel Lele Gembul” di malam hari. Sementara, di pagi hari kembali dengan nama “Warung Makan Pak Wandi”.
Cerita Terlahirnya Menu Bebek
Tuti dan anak-anaknya ternyata sempat tidak suka daging bebek dengan alasan prengus, yakni bau hewan yang melekat karena proses olahan yang kurang tepat. Bau prengus akan menghilangkan selera makan bagi banyak orang. Sampai suatu ketika Tuti memasak sayur sop untuk keluarganya. Saat ia menggunakan bubuk kaldu renceng, dia membaca resep masakan ayam kremes di balik bungkusnya. Dan, tertariklah Tuti mempraktikkan resep tersebut dengan daging bebek.
Alhasil, Tuti menyajikan daging bebek karyanya ke anak-anak, dan mereka mengira jika ibunya memasak daging ayam kampung. Sewaktu Tuti menjelaskan tentang daging yang ia sajikan, anaknya terkejut dan segera meminta ibunya untuk menambahkan menu bebek goreng sebagai menu baru di warungnya.
Namun, Tuti tetap ingin memantapkan bebek hasil masakannya kepada seorang teman yang tidak menyukai bebek dengan alasan prengus-nya. Saat tersajikan, ternyata temannya itu setuju jika menu bebek sebagai menu tambahan di warungnya. Katanya, “Daging bebeknya empuk, bumbunya meresap, dan nggak prengus!”
Tuti makin mantap jualan bebek goreng, yang menu baru namun kemudian terjadi plandemi dan jumlah pengunjung warungnya berkurang. Tuti juga sempat menerima pesanan nasi box ayam dan bebek yang diantarkan langsung ke pelanggan, namun akhirnya dia harus menghentikan sementara menu bebek ini, karena omsetnya semakin turun.
Tapi, kini Tuti mulai kembali melangkah dengan pasti bersama menu bebek dan ayam goreng plus kremesnya. Juga sambal fresh dadakan sesuai request, seperti sambal bawang atau sambal terasi.
Peluncuran Menu Baru
Seusai Retreat Meditasi Sigma oleh Persaudaraan Matahari kemarin (12/9), Tuti meluncurkan kembali menu bebek dan ayam gorengnya. Ia pun langsung mengerjakan pesanan 20 porsi bebek goreng untuk acara internal perusahaan. Tak hanya itu, teman-temannya pun langsung merapat untuk coba menu barunya. Tuti alias Romi sungguh sangat berbakat!
Ketika ditanya soal ide, keberanian, dan semangatnya untuk terus melakukan inovasi, Tuti mengaku bahwa ini semua ada kaitannya dengan turut menjadi murid Guru Setyo Hajar Dewantoro, dan keikutsertaannya dalam program Pusaka Indonesia Gemahripah (PIG), yakni Social Entrepreneur Academy (SEA), yang terus mendukungnya mengembangkan bisnis warungnya.
“Seiring dengan mengaplikasikan hening dalam berkarya, makin nyata keajaiban yang aku dapat. Aku makin cinta dengan apa yang aku lakukan. Makin mantap dengan usaha yang dikelola. Jadi, sadar ini memang peranku,” ujar Tuti.
Kelas SEA
Tuti adalah salah satu peserta kelas SEA, merupakan program dari Perkumpulan Pusaka Indonesia Gemahripah yang melatih para kadernya untuk berdaya, berdikari, juga bahagia. Kelas SEA batch 1 ini telah berlangsung sejak 16 April 2022, secara online selama tiga bulan, dengan sepuluh kali pertemuan. Lalu, menggenapi acara ini dengan retreat kader secara hybrid yang sudah terlaksana di Yogyakarta pada 15-17 Juli 2022 lalu.
Uniknya, untuk bisa mengikuti kelas SEA, para peserta wajib memberikan kontribusi yang tidak memaksa (sesuai kemampuannya), sehingga bisa rupa-rupa wujudnya. Ada yang berupa uang, produk, atau jasa, seperti alat-alat bertani, dan berkarya untuk Kebun Surgawi dan Omah Gemah Ripah Cihirup Kuningan Jawa Barat, atau fotografi dan videografi yang mendukung program PIG. Hal ini bertujuan untuk membangun rasa keberdayaan dan keberhargaan diri yang unik dan beragam pada setiap orang.
NGOBRASEA
Prima Murti Rane Singgih sebagai manager program SEA memberikan istilah akrab NGOBRASEA (Ngobrol Asyik SEA) pada setiap pertemuan online-nya. Kegiatan ini bertujuan untuk membuka wawasan dan mendiskusikan hal-hal terkait wirausaha sosial para pesertanya, dengan menghadirkan para mentor yang cakap di bidangnya. Seperti, Marie Yosse Hapsari (pengelolaan limbah), Agustinus Mahuze (penggerak ekowisata kawasan Papua), Anastasia Indria (branding and marketing), dan Ayodhya Glenardi (bisnis model sekaligus Direktur Yayasan Persaudaraan Matahari Indonesia).
Selain itu, sesama peserta SEA yang punya pengalaman otentik di dunia bisnis juga dengan senang hati membagikan ceritanya ketika diminta, dan terjadi interaksi di WhatsApp Group (WAG) yang seru dan hangat, dengan topik-topik tertentu seputar wirausaha sosial.
Kelas Spesial Upgrading SEA
Sebelum dibuka kembali kelas SEA batch 2 dan ditutupnya SEA batch 1, diselenggarakan kelas spesial upgrading bersama Christian Sugiono (18/9), dengan tema “Do What You Like and Be The Best“. Christian yang notabene seorang aktor ibukota sekaligus businessman ini sangat menginspirasi para kader PIG untuk terus mencoba hal-hal baru di bidang bisnis.
Baginya, gagal itu bukanlah aib. Ia tak malu mengaku bahwa pernah bekerja di supermarket dan pencuci piring di restoran saat duduk di bangku kuliah di Jerman. Dia sangat menghargai kegagalan. Dari kegagalan, ia belajar banyak, sehingga ia tidak takut untuk terus mencoba hal-hal baru. Dengan banyak pengalaman jatuh-bangun di dunia bisnis, kini ia sukses menjalankan bisnis yang ia cintai, di bidang informasi dan teknologi. Ia juga sukses di bidang properti dan menggarap bisnis kosmetik bersama istrinya, artis Titi Kamal.
Ngomong-ngomong, sebentar lagi program berdaya dan berdikari – Social Entrepreneur Academy Batch 2 oleh Perkumpulan Pusaka Indonesia Gemahripah akan segera dibuka. Apakah Anda tertarik bergabung?
Tentu saja program PIG – SEA batch 2 punya kurikulum yang berbeda dengan batch sebelumnya! Jaminan ada hal baru yang makin seru dan asyik!
Yang sudah bergabung sebelumnya, silakan daftar lagi. Dan, yang belum bergabung, inilah kesempatanmu! Kapan lagi? Tunggu pengumumannya, ya!