Skip to main content

Sebagai salah satu praktisi kemaritiman di Indonesia, saya tergerak menuliskan sedikit urun rembug tentang bagaimana membangun Indonesia sebagai poros Maritim Dunia.  Karir berlayar penulis dimulai dari tahun 1989 di salah satu armada nasional milik PT Djakarta Llyod, yang merupakan salah satu kebanggaan perusahaan nasional yang dimiliki negara, dimana Indonesia sebagai sentral perdagangan, ada semua armada kapalnya yang melayani rute internasional secara regular berlayar dari Indonesia ke Amerika, dari Indonesia ke Eropa, dari Indonesia Australia dan dari Indonesia ke Jepang, semua dilayani dengan armada kapal yang berbendera Indonesia.

Saat itu saya ditempatkan di kapal yang berlayar rutin dari Indonesia ke Eropa, yang bernama KM KUTAI. Namun sudah lebih 12 tahun armada kapalnya sudah banyak berkurang, tidak satu pun armada yang melayari rute internasional, perusahaanya pun diambang kebangkrutan hanya tersisa beberapa armada yang melayari rute domestik.

Dengan beberapa kebijakan pemerintah yang dimulai dengan Inpres 5/2005 tentang asas cabotage. Sebelum diberlakukan inpres ini di tahun 2010, angkutan laut domestik diperbolehkan menggunakan kapal berbendera asing, dan kebijakan dilarangnya ekspor bahan mentah seperti nikel, bijih besi, serta keharusan 25% produksi tambang batubara untuk memasok pembangkit listrik nasional / DMO ( Domestic Market Obligation), ini membuat industri pelayaran nasional perlahan mulai bangkit.  Data Asosiasi Pelayaran Nasional atau INSA (Indonesia National Shipping Association), Selama lima tahun terakhir, jumlah armada pelayaran nasional bertambah hingga dua kali lipat. Pada 2015, jumlah armada semula 16.142 kapal naik menjadi 32.587 armada pada 2020 tetapi masih relative sedikit yang melayari rute internasional, dimana ekspor masih banyak menggunakan kapal berbendera asing. Masih jauh tertinggal saat pertama kali penulis berlayar.

Indonesia terletak diantara dua  samudera besar, Samudera Hindia dan Samudera Pasifik, dan dua benua Asia dan Australia, tetapi sampai saat ini Singapura masih menjadi pusat pelayaran internasional antara kedua samudera dan benua tersebut. Meski ketiadaan sumber daya alam, namun Singapura masih menjadi primadona/daya tarik tersendiri dalam kemaritiman, tentunya salah satu faktornya adalah lebih efisien secara ekonomi.

Kemaritiman Indonesia dibangun mulai dari pelayaran sungai, sebagai contoh banyak ditemukan bekas bangunan besar atau bekas gudang di pesisir Kali Mas dan Sungai Brantas ,serta adanya peninggalan jembatan angkat untuk memudahkan kapal melewati sungai (Petekan dan Wonokromo di Surabaya), pastinya ada peninggalan di sungai lainnya yang belum penulis ketahui, maaf keterbatasan penulis menggali sejarah.

Untuk mewujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia, perlu terciptanya kesadaran Lingkungan Maritim / Maritime Domain Awareness (DMA). Sebagai negara kepulauan yang dikaruniai sumber daya alam yang melimpah dan letak geografisnya yang strategis seharusnya INDONESIA lebih diuntungkan dari negara tetangga, dan ditinjau dari sisi teknis dan fungsional sudah banyak dan terus dibangun Infrastuktur dan sarana/prasarana penunjangnya. Pelabuhan baru dibangun maupun revitalisasi Pelabuhan lama serta infrastuktur lainnya sebagai penunjang pergerakan barang dari/ke Pelabuhan.

Contoh sebagian pembangunan teknis dan fungsional yang sedang dan telah berjalan:

  1. Pelabuhan Patimban, sebagai Pelabuhan terbesar di Asia Tenggara, seharusnya akan menjadi daya tarik kapal kapal yang melalui Selat Malaka dan transit di Singapura, untuk mengubah rutenya ke pelabuhan ini sehingga nantinya diharapkan bisa menjadi Pelabuhan Hub International menggantikan Pelabuhan Singapura.
  2. Pembangunan Pelabuhan Baru dan revalitasi Pelabuhan Lama sehingga akan bermunculan armada feeder (pemasok) antar pulau sehingga meningkatkan efesiensi distribusi barang untuk mengurangi disparitas harga jual barang pada akhirnya.
  3. Sistem integrasi antara Pelindo dan 4 selaku operator Pelabuhan nasional untuk meningkatkan mutu pelayanan.
  4. Jalan Tol yang menghubungkan Pelabuhan dengan sentral Industri daerah.
  5. Pelebaran area pelabuhan sebagai tempat penumpukan barang/container sementara.
  6. Penguatan dan Penyebaran Pangkalan TNI di setiap area terluar Indonesia, untuk memperkuat penjagaan kedaulatan negara.
  7. Penambahan Kampus Pendidikan Pelaut, untuk mencetak pelaut handal, sebagai pemasok utama armada nasional maupun internasional, namun yang terpenting haruslah mempunyai kompetensi dan mental yang baik sehingga bisa bersaing dengan pelaut asing.

Visi menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia hanya akan menjadi wacana belaka, bila infrastuktur dibangun asal asalan dan tanpa perawatan yang baik, sistem integrasi dibuat hanya untuk pemenuhan egoistik penguasa dengan embel-embel demi peningkatan mutu pelayanan. Pelaut dicetak sebanyak banyaknya hanya untuk memenuhi angaran kampusnya tanpa pendidikan mentalitas dan kesadaran yang baik.

Poros maritim dunia akan terwujud apabila ada sinergitas antara pembangunan teknis dan fungsional tersebut dengan penguatan Kesadaran Lingkungan Maritim, yang dilandasi oleh Pancasila, terutama pada sila ke 4 Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan.

Mengutip wedaran Mas Guru Setyo Hajar Dewantara dalam orasinya di Tugu Proklamasi Jakarta pada tanggal 11 Oktober 2019 tentang Sila ke 4 Pancasila :.

“Hikmat adalah pikiran yang dituntun oleh diri sejati, yang muncul dari relung jiwa anda, maka tidak mungkin bangsa ini menjadi bangsa yang besar dengan kebijakan yang tepat, jika orang tersebut tidak punya hikmat dalam dirinya”.

Dengan penguatan Kesadaran Lingkungan Maritim, akan terbentuk mentalitas yang baik dan bukan mentalitas keserakahan, dengan ditutupi motto yang indah demi rakyat, sehingga setiap pemangku kepentingannkemaritiman mampu turut berperan serta aktif membangun dan merawat pembangunan yang berkesinambungan untuk menjadikan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia.

Indonesia negara ke-102 tingkat korupsinya, bila dibanding Singapura yang minim sumber daya, ada di peringkat ke-4, kita mempunyai modal/sumber daya alam yang luar biasa, salah satunya mempunyai tambang nikel terbesar di dunia, tetapi itu tidak akan berarti tanpa pengelolahan yang penuh kearifan dan kebijaksanaan, dengan meningkatkan dan menguatkan Kesadaran Lingkungan Maritim, akan menjadikan kita kuat untuk memutar poros kemaritiman kita menjadikan poros maritim dunia.

Penulis: Captain Antoni C Dwidjanarko. M.Mar. MM, ketua Perkumpulan Pusaka Indonesia Gemahripah Wilayah Jawa Timur.