Skip to main content

Mila dan Mertha, adalah dua perempuan kader Pusaka Indonesia Gemahripah (PIG) yang memilih meracik teh sebagai wahana keberdikariannya. Mereka pun pejalan keheningan, yang berlatih menerapkan nilai-nilai spiritualitas Guru Setyo Hajar Dewantoro di Persaudaraan Matahari. Banyak hal yang dapat diteladani dari kisah mereka berdua. 

 

Mila, Sang Ibu Peracik Teh 

Perempuan kelahiran Medan yang kini berdomisili di Bogor ini baru-baru saja tertarik dengan teh. Kemudian, mantap menekuni dunia teh hingga menjadikannya usaha ketika mengikuti program PIG, yakni Social Entrepreneur Academy (SEA), yang kali pertama dibuka pada 17 April 2022.

Menurut ceritanya, awal tertarik mengoleksi teh tubruk dan celup itu terjadi ketika pajangan mainan anak yang ada di rak ruang tamu nampak berantakan, sehingga harus dipindah. Alhasil, raknya jadi kosong dan dia berniat untuk mengganti pajangan baru agar raknya kembali terisi. Mila kemudian menelusuri Instagram untuk mencari ide dan inspirasi. Pas sekali, dia melihat model rak yang sama dengan miliknya yang diisi dengan teh. Akhirnya, teh yang ada di dapur dipindah ke rak. Untuk mengisi space yang kosong, Mila pun belanja teh tubruk di online marketplace. Teh tubruk hasil belanjaannya jadi koleksi dan dia senang ruang tamunya jadi cantik plus beraroma teh.

Mila dan rak tehnya

Saat mengikuti kelas SEA, program PIG tentang keberdayaan dan keberdikarian, Mila sempat bingung terkait akan menekuni bisnis apa. Sempat juga terlintas ingin membuat hampers teh. Ketika mandi sambil meniatkan untuk hening, akhirnya ia menemukan ide, “Kenapa nggak coba meracik teh, ya?!” 

Dari situ ia tergerak untuk coba-coba melakukan cupping, yakni mencampur teh dari satu merk teh dengan merk teh yang lain. Lalu, mencatat dan mencicipinya, meski dia sempat menjeda kegiatannya, karena merasa bosan dengan rasanya sama. Tapi, tak disangka-sangka. Manager Program SEA, Prima Singgih, mendatangi rumahnya dan memberinya dukungan untuk bisnis meracik tehnya. Bagi Mila, “Ini bener-bener sesuatu banget!”

Mila pun semakin tertarik mendalami teh. Saat ada di luar kota, hal yang ada di benaknya adalah apa teh lokal kota tersebut. Mila yang menyadari itu, segera ia menindaklanjutinya dengan belajar meracik teh pada peracik teh ternama di Indonesia.

Bergabung dengan Pasar Gemah Ripah

Keisari Pieta atau yang akrab disapa Mbak Ay, Wakil Sekjen PIG, tergerak mencicipi teh racikan Mila. Dia yang suka minum teh menyukai teh racikan Mila, dan meminta Mila untuk jadi supplier Pasar Gemah Ripah yakni perusahaan dari PT Bumi Nusantara Gemah Ripah (BNGR) yang bergerak di bidang pemasaran ritel, juga sebagai wadah bagi kader PIG yang dilatih untuk menjadi berdaya, berdikari, dan bahagia.

Makjleb! Rasanya seneng. Langsung bikin stiker, beli bahan-bahan, juga toples dan kemasan refill paper kraft. Lalu, foto-fotoin produk. Pas ketemu di retreat, kutanyakan ke Mbak Ay, kenapa aku dipilih jadi supplier di Pasar Gemah Ripah. Jawabnya, karena Mbak Mila mau hening dan saatnya berkarya sekarang,” kata ibu dari dari tujuh anak ini.

Dia semakin paham dan lega mendengar jawaban Mbak Ay. Anak-anaknya kini sudah besar, berkuliah di dalam dan luar negeri. Mila yang sekarang berusia 52 tahun ini, makin mantap memilih teh sebagai wahananya untuk berkarya, berterima kasih pada kehidupan ini.

Kenapa namanya Mom Tea?

“Tentang nama Mom Tea, setiap cupping teh yang kuingat adalah sosok mamaku pas bikin teh dengan mengangkat air panas yang dituang ke teko, lalu diaduk-aduk di gelas. Selain itu, karena anak-anakku memanggilku dengan sebutan Mami, Mam… Jadilah Mom Tea,“ begitulah jawaban Mila atas ide nama produk rintisannya, sangat dekat dengan latar belakang pribadinya. 

Istri dari Agus Haryono ini pernah menggeluti usaha kaos online sebelumnya, karena setiap belanja kaos pasti selalu banyak untuk anak-anaknya. Dia pun memanfaatkan hal tersebut hingga sempat menerima order kaos custom untuk acara reuni dan kantor. Sayangnya hanya berjalan satu tahun saja.

Mila dan suaminya dengan produk Mom Tea dalam acara Retreat Social Entrepreneur Academy (SEA), program PIG

“Peran PIG jelas sangat membantu. Apalagi waktu itu ikut SEA, idenya tercetus. Pasar Gemah Ripah membantu dalam hal pemasaran pula. Saya jadi punya pekerjaan sebagai wahana saya untuk berlatih Tapa ing Rame, tepatnya ketika momen nitilin (memilih) batang teh. Selaras dengan saya, orang rumahan yang nyaman bekerja di rumah, bisa sambil mengawasi anak,” ujar Mila yang hobinya jahit-menjahit.

 

Mertha, si Cantik Peracik Teh dari Jogja 

Berbeda dengan Mila, Mertha memilih untuk mengolah racikan teh rempah khas Nusantara. Teh tipe ini sering dikenal dengan sebutan wedang, indigenous tea, atau tisane. Saat ini ada tiga varian utama teh rempah, yakni telang, rosella, dan chamomile. Tentunya, teh rempah ini memunculkan warna yang menarik. Misalnya, varian telang berwarna ungu, rosella berwarna merah, dan chamomile memunculkan warna kuning. Selain warnanya yang cantik, pastinya menyehatkan.

Mertha mulai menggagas ide usaha di bidang teh rempah ini pada pertengahan tahun 2020. Sebelumnya, ia sempat usaha susu aneka rasa selama setahun (2016), di kampus tempatnya mengajar, membantu dosen. Dia menjual dengan sistem open Pre Order (PO). Namun, usaha susunya sempat mandek, hingga muncullah ide bisnis baru ini, yakni Prana Wedang Rempah.

Dia terinspirasi oleh temannya yang juga meracik wedang teh dari bunga, karena memang Mertha suka sekali melihat dan menikmati keindahan bunga-bunga. Akhirnya, dia memutuskan untuk belajar kepada temannya untuk meracik teh dari bunga-bunga telang dan rosella. Varian chamomile, adalah varian baru, hasil kolaborasinya bersama Kunses, partner usaha yang juga Ketua PIG wilayah DIY.

Mertha, si cantik peracik teh bersama produk Prana Wedang

Asal Usul nama Prana Wedang

Nama Prana Wedang ini berasal dari namanya sendiri, Mertha Prana Kusumaningrum. Arti prana dalam sudut pandang spiritual juga bagus. Singkatnya, prana itu kekuatan. Jadi, Prana Wedang artinya sumber kekuatan yang berupa minuman rempah-rempah untuk membantu banyak orang agar tetap sehat. 

“Prana Wedang sendiri mempunyai misi mengajak orang-orang untuk kembali mengkonsumsi minuman herbal yang ada di lingkungan sekitar kita. Begitulah asal usul saya menamainya teh racikan saya Prana Wedang.”

Selain menjalankan bisnis ini, Mertha kini menjadi admin Penerbit Mahadaya dan Mandala Agung T-Shirt. Baginya, “Peran PIG dalam bisnisku sangat berpengaruh. Ada banyak sekali pembelajaran dari PIG, terutama tentang keberdikarian. Tepatnya, bagaimana melatih diri supaya bisa menjadi pribadi yang mandiri dengan terus berkarya dan merawat Bumi. Inilah karya nyata saya yang coba membuat racikan teh rempah khas Nusantara yang kaya manfaat, bisa mengurangi konsumsi obat-obatan kimia. Selain itu, kami juga coba gunakan kemasan yang ramah lingkungan.”

Begitulah kisah para peracik teh di Pusaka Indonesia Gemahripah. Banyak hal menginspirasi dari mereka yang juga menekuni laku spiritual Setyo Hajar Dewantoro. Mereka sangat rendah hati dalam menerima masukan demi hasil produk yang semakin berkualitas yang juga selaras dengan Semesta Raya.