Skip to main content

Lapangan Banteng, Jakarta Pusat Minggu (25/9) diramaikan oleh kegiatan Pusaka Indonesia Gemahripah (PIG) wilayah DKI Jakarta—Banten. Kegiatan yang bertajuk “Mengenal Kesehatan Gigi dan Belajar Menari Daerah” ini diisi oleh drg. Iendah Djuita Purnardi, M.sc. dan Marie Yosse Widi Hapsari. Sebanyak 43 peserta dari berbagai usia, mulai dari anak-anak, orang tua, dan dewasa, berkumpul. Dan, acara yang digelar pada pukul 09.00—12.00 WIB ini, ternyata menarik perhatian publik, karena beberapa orang luar kader PIG tertarik mengikuti kegiatan belajar menari daerah.  

 

drg. Iendah Djuita Menjelaskan Pentingnya Merawat Gigi

Mengenal Kesehatan Gigi

Bersama drg. Iendah, para peserta kembali diingatkan tentang pentingnya merawat kesehatan gigi. Hal ini dikaitkan dengan tiga fungsi utama gigi pada tubuh manusia.

Fungsi utama gigi manusia, di antaranya:

  1.   Untuk mengunyah makanan, sebagai energi bagi tubuh kita.
  2.   Untuk berbicara dengan baik dan benar. Tanpa gigi yang lengkap, terutama gigi bagian depan, pengucapan setiap kata tidak akan jelas.
  3.   Untuk estetika (penampilan). Tanpa gigi depan yang bersih dan sehat, maka seseorang akan terlihat kurang estetik.

Perempuan yang tergabung dalam Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) itu juga menjelaskan cara menyikat gigi yang baik dan benar. Ternyata, banyak yang mengaku keliru cara menyikat giginya selama ini, tidak seperti yang dianjurkan, yakni menyikat gigi dari atas ke bawah. Jika cara menyikat gigi tidak dilakukan dengan benar, maka akan berakibat fatal, paling parah—gigi mesti dicabut, dan akhirnya jadi ompong.  

“Untuk menyikat gigi, intinya kita membersihkan sisa-sisa makanan yang ada di permukaan gigi,” jelas drg. Iendah yang berpengalaman selama lebih dari 40 tahun dan hingga kini masih melayani konsultasi keluhan gigi umum.

 

Belajar Menari Daerah

Usai menyimak penjelasan dari drg. Iendah, para peserta menyantap hidangan, dengan menikmati sajian Tari Kebyar Duduk asal Bali. Demo tarian itu ditampilkan dengan anggun dan ayu oleh Marie Yosse Widi Hapsari bersama putrinya, Angel. Perempuan yang sejak kecil dipanggil Sari ini mengaku bahwa mereka berdua berlatih tari di sanggar yang sama, meski selisih satu tahun pendaftarannya. Angel mendaftar Januari 2021, sedangkan Sari baru masuk Februari 2022. Dia bosan jika hanya menemani Angel latihan menari, akhirnya dia memutuskan untuk bergabung.

Sari dan Putrinya, Angel, Mendemonstrasikan Tari Kebyar Duduk Asal Bali

Tarian daerah yang dibagikan Sari ke para peserta adalah Tari Manuk Dadali, dengan hasil koreografi modifikasinya sendiri. Alhasil, bisa dengan mudah ditiru oleh anak-anak dan orang tua. Gerak tariannya simple dan asyik, sesuai dengan space lokasi acara yang tidak terlalu luas.  

 

Kenapa memilih lagu Manuk Dadali?

Karena lagu Manuk Dadali yang diciptakan oleh Sambas Mangundikarta, menggambarkan sosok Garuda yang gagah perkasa dan pemberani, juga dijadikan sebagai lambang negara Indonesia. Dalam lagu tersebut disebutkan adanya “siloka sinatria“, yakni lambang kesatriaan yang berisi ungkapan cara hidup bermasyarakat sebagai warga bangsa Indonesia. Siloka berarti sila-sila dalam Pancasila, yang digambarkan dengan keadaan masyarakat yang hidup rukun berdampingan, saling asah—asih—asuh dalam naungan kepak sayap Sang Manuk Dadali.

“Menyanyi dan menarikan Manuk Dadali bagi saya merupakan salah satu bentuk ucapan syukur atas anugerah hidup, sebagai Warga Negara Indonesia dengan keragaman yang berbeda-beda, namun tetap bersatu, dan bisa membuat kolaborasi yang indah dalam bingkai Pancasila. Terimakasih, ya sudah merayakannya bersama-sama kemarin. Rahayu,” ungkap Sari kepada para kader PIG DKI Jakarta melalui Whats App Group (WAG).

 

Sari Mengajari Koreografi Tari Manuk Dadali

Sari mengaku banyak mendapat pembelajaran dengan adanya kegiatan ini. Mulai dari persiapannya beberapa tahun lalu, yang sudah sempat terlintas keinginan mengajari anak-anak tarian daerah Manuk Dadali, sampai pada prosesnya melampaui sisi gelap dalam diri, sehingga terjadilah banyak keajaiban.

“Nggak nyangka juga banyak banget bantuan. Selain dari listrik, Mas Migan juga bantu nyiulin biar semangat jogetnya. Terus masyarakat umum yang lewat juga mau gabung. Soal formasi pola lantai, nggak bisa jadi seperti rencanaku. Dan, aku menerimanya karena memang nggak memungkinkan tempatnya. Buatku melihat semua bisa ikutan, enjoy, dan senyum, wuaaahh rasanya udah anugerah banget!” begitulah kata Mayo, singkatan dari nama Marie Yosse, panggilan tren semasa kuliah magisternya.  

Kegiatan ini terbilang asyik, seru, dan berfaedah. Selain mendapatkan hiburan, tubuh jadi berlatih agar fleksibel, dan pengetahuan terkait cara menyikat gigi yang benar, bisa langsung dipraktikkan. Apalagi drg. Iendah juga membagikan pasta gigi secara gratis kepada beberapa peserta.   

 

Foto Bersama Kader PIG DKI Jakarta-Banten

“Tentunya berawal dari hening. Dan, melihat potensi teman-teman PIG DKI Jakarta—Banten, lalu melihat semangat teman-teman yang mau berbagi di PIG, maka muncul aja idenya untuk combine agenda-agenda itu di satu event itu,” ungkap Gita Anggi Alisa, Ketua PIG Wilayah DKI-Banten saat ditanya terkait ide kegiatan PIG wilayahnya.