Skip to main content

Arif Fajar Nugroho, dikenal sebagai Fajar Way, lahir di Wonogiri, Jawa Tengah, pada tanggal 27 Juni 1986. Sebutan Way diambil dari huruf awal nama ayahnya, Waluyo. Ia adalah seorang seniman yang berasal dari Dusun Putuk, Desa Sumberejo, Kec. Batuwarno, Kab. Wonogiri, Jawa Tengah. Sebelum menjadi seniman, Way memulai karir sebagai mekanik accu, kemudian menjadi guru SD selama 7 tahun; setelah itu, ia beralih profesi sebagai kuli bangunan sampai tahun 2011, sebelum memulai kembali hobi lamanya. 

Dorongan untuk memberi kehidupan yang lebih baik kepada keluarganya membuat Fajar Way menekuni kembali hobi lama yang telah digelutinya semenjak SD, yaitu mengoleksi barang antik: batu akik, minyak-minyak keperluan klenik seperti pelet dari Kalimantan, dan pusaka keris maupun tombak. Bisnis jual beli ini berkembang hingga menjadi pengrajin batu akik dengan 4 karyawan sampai tahun 2017. Meskipun bisnis barang klenik ini menghasilkan uang yang lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, namun selalu tidak ada sisa untuk ditabung. “Entahlah, uangnya seperti menguap begitu saja,” ungkap Fajar Way. 

Lambat laun bisnis barang klenik ini mengalami penurunan. Meskipun demikian, ia tetap gigih berusaha membangun bisnis lainnya, namun selalu gagal di tengah jalan. Pada tahun 2018, kelahiran putrinya Nara yang membutuhkan perhatian khusus membuat Fajar Way harus berkarya dari rumah sambil merawatnya. Ia kemudian mendapatkan inspirasi dari You Tube untuk memulai bisnis Pirografi (lukis bakar). Meskipun belum mempunyai pengalaman, namun ia yakin akan bisnis ini dan berhasil mendapatkan klien dalam waktu 1 bulan. Bisnis Pirografi ini cukup diminati oleh masyarakat sekitar dan bertahan selama 3 tahun.

Di tahun 2021, Fajar Way mulai menekuni ajaran spiritual murni Guru Setyo Hajar Dewantoro (SHD). Dari sinilah ia menemukan talenta baru yang muncul dari relung hatinya, yaitu melukis Mandala (Sacred Geometry) yang selaras dengan rancangan agungnya, setelah divalidasi Guru SHD. Tak lama kemudian, order pertama lukisan Mandala datang dari Guru SHD, dan terus berlanjut dengan order-order lainnya.

Pada proses pembuatan lukisan Mandala, ia mengawali dengan pemilihan tema yang sebelumnya telah tervalidasi oleh Guru SHD. Lalu dilanjutkan dengan proses berikutnya, penentuan core Mandala di tengah-tengah lukisan, dikelilingi oleh ornamen Mandala yang berbeda di setiap layernya dengan menggunakan teknik pointillism (dots/titik-titik). Proses ini membutuhkan waktu 2 minggu hingga 2 bulan. 

Lukisan Naga karya Fajar Way

Fajar Way menghadapi ujian praktik yang sesungguhnya dalam pembuatan lukisan Mandala yang selaras dan harmoni. Ia pernah mengulang pembuatan lukisan Mandala bertema Naga Emas sampai tiga kali, karena melukis dalam keadaan tidak hening sehingga kesambet, tersusupi oleh Dark Force. Dalam proses penentuan gambar layernya, Fajar Way terkoneksi dengan naga dari dimensi alam bawah yang tidak selaras. Namun, pengalaman berharga ini justru memacunya untuk menjadi lebih hening lagi dalam berkarya, sehingga semua karya yang dihasilkan akan memancarkan keagungan dan keindahan dari Semesta itu sendiri.

Selain itu, Fajar Way kemudian mengembangkan potensi dirinya melalui karya lukisan digital untuk buku Kesadaran Matahari, karya Guru SHD. Meskipun belum mempunyai pengalaman melukis digital, berbekal trust kepada gurunya, ia yakin dengan sepenuh hati dapat menyelesaikan tugas Semesta ini dengan baik. 

“Kalau Guru udah nyuruh, bahwa sebenarnya aku juga bisa. Sambil belajar, sambil mengerjakan,” ucapnya. 

Uniknya, lukisan digital Mandala yang memerlukan detail dan ketelitian ini, ia kerjakan melalui handphone-nya saja. Lukisannya berkembang lebih lanjut di bisnis kaus Mandala, kaus yang sangat diminati oleh penggemar Mandala dan juga komunitas Persaudaraan Matahari. Beberapa koleksi kaus Mandala dapat Pembaca miliki melalui tautan ini.

Lukisan Mandala Karya Fajar Way

Menyikapi karyanya yang semakin berkembang, Fajar Way mengatakan bahwa peran keheningan menjadi bagian terpenting dalam hidupnya dan tidak dapat dipisahkan dari karya-karyanya. Jika bisnis di masa lalunya hanya berorientasi pada keuntungan, maka karyanya saat ini bukan hanya semata demi uang, kebutuhan, atau kesenangan pribadi dan keluarganya, namun juga sebagai pembelajaran tentang penerimaan total dan perwujudan rasa syukur atas anugerah Gusti. 

Laku penerimaan total sering ia buktikan ketika ada permintaan lukisan Mandala dengan harga di bawah pasaran. Fajar Way akan tetap memberikannya sesuai tuntunan dari relung hatinya. Baginya, tidak ada perhitungan untung rugi; ketika lukisan itu harus dilepas, dia tidak akan menahannya dengan alasan apa pun. Tindakan semacam ini seringkali mendatangkan keajaiban. Rezeki tiba-tiba muncul dari berbagai sumber yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya dengan jumlah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan utama keluarga dan uang saku anak-anaknya.

Melalui karya-karyanya ini, Fajar Way berefleksi tentang laku keheningan yang diajarkan oleh Guru SHD. Ini adalah bukti nyata keajaiban-keajaiban keheningan yang termanifestasi di ranah material. Tidak hanya keajaiban dalam bentuk materi, namun juga menjadi pembelajaran terbesar baginya untuk menikmati proses dan menghargai diri sendiri. Ia sadar penuh akan rancangan Agungnya, bahwa perannya di Bumi ini untuk menjadi seniman, memperindah Jagat Raya yang sejatinya telah indah (hamemayu hayuning bawana).

 

Irma Rachmi

Kader Pusaka Indonesia