Skip to main content

Di bawah terik matahari Jawa Timur, beberapa kader Pusaka Indonesia wilayah Jawa Timur mengadakan kegiatan pembuatan Ekoenzim di Kota Malang pada hari Minggu, 22 Oktober 2023. Mereka hadir dengan satu tujuan kuat untuk mengubah sampah organik buah dan sayur menjadi harta, yaitu ekoenzim. Dudik Dwijatmiko sebagai ketua Pusaka Indonesia Jawa Timur menjelaskan, “Tujuan awalnya itu untuk merawat dan menularkan semangat Hening dan Beraksi, juga agar Pusaka Jatim semakin kompak. Berikutnya tentu saja, agar kegiatan kami dapat memberikan kontribusi nyata pada kehidupan ini maka salah satunya melalui kegiatan ini, mengubah sampah atau limbah organik yang berupa buah dan sayur menjadi ekoenzim.”

Diawali dengan Meditasi Formal

Meditasi Formal sebelum berkegiatan

Rangkaian kegiatan kali ini dimulai dengan meditasi formal, yang menghantarkan peserta masuk dalam keheningan dan penuh kesadaran, menyadari segala anugerah Tuhan yang telah terlimpah. Mereka terlihat sangat khusyuk dalam bermeditasi, senyum di wajah mereka menandakan kebahagiaan dalam suasana penuh syukur. Menjadi maklum bahwa perkumpulan Pusaka Indonesia menjadikan keheningan sebagai poros dalam semua aktivitas dan kegiatannya. Itu terbukti pada kegiatan kali ini, mereka tidak hanya bermeditasi formal saat memulai kegiatan, tetapi juga tetap menjaga batin dalam kondisi hening di sela-sela kegiatannya (tapa ing rame), meditasi formal setelah tiba dari pasar, dan setelah membuat ekoenzim.

Kegiatan ini diikuti sembilan kader berbagai daerah di Jawa Timur dengan usia yang beragam. Salah satu peserta, Indarwati atau yang biasa disapa Iin, kader asal Surabaya mengatakan, “Meskipun usia saya sudah tidak muda lagi, tapi ada panggilan jiwa yang membuat saya harus ikut berkontribusi dalam kegiatan ini. Ini juga merupakan hasil dari laku keheningan saya, beraksi nyata untuk merubah kehidupan ini menjadi surgawi.” Begitu pula dengan Yahya, kader muda asal Mojokerto ini mengatakan bahwa saking semangatnya ingin berpartisipasi dalam kegiatan ini, dia sudah tiba di Malang sejak Sabtu malam. Begitulah, satu hal yang mereka miliki bersama adalah tekad dan semangat untuk membuat perubahan positif dalam wadah Pusaka Indonesia.

Mengumpulkan Sampah Organik Buah dan Sayur

Setelah meditasi pembukaan selesai, para peserta bersiap-siap untuk rangkaian kegiatan selanjutnya yakni mengumpulkan sampah organik buah dan sayur sebagai bahan pembuatan ekoenzim. Mereka berangkat bersama-sama ke Pasar Gadang, yang letaknya tidak terlalu jauh dari tempat kegiatan. Pasar Gadang, sebagai salah satu pasar tradisional sibuk di Kota Malang, menghasilkan jumlah limbah organik yang signifikan setiap harinya. Dengan semangat untuk mengurangi dampak buruk limbah terhadap lingkungan, setiap peserta mulai mengumpulkan sampah buah dan sayur dalam kantong plastik. 

Mengumpulkan sampah buah dari pasar

Sampah buah dan sayur dikelompokkan dalam wadah yang berbeda. Ini untuk memudahkan dalam mensortir kebutuhan jumlah buah dan sayur dalam proses pembuatan ekoenzim nantinya. Mereka terus menyusuri jalanan di antara lapak-lapak penjual buah dan sayuran. Satu per satu buah yang berserakan di jalanan dipungut, lalu dimasukkan ke dalam kantong plastik. Tempat sampah juga tak luput dari perhatian mereka. Eka Rahayu, bendahara Pusaka Jatim mengatakan, ”Pengalaman pertama kali memungut sampah di pasar rasanya benar-benar membuat ego ini luruh. Saya gak suka yang kotor-kotor, bau, apalagi yang busuk-busuk sampai ada ulat atau belatungnya. Ndak mudah bagi saya, tapi saya masih mau berusaha mencobanya lagi. Biarlah ego ini diluruhkan dalam keheningan.”

Sampah organik yang berhasil dikumpulkan cukup bervariasi, ada buah mangga, jeruk, semangka, melon, belimbing, buah naga, dan kedondong. Untuk sayuran ada selada, kubis, wortel, dan kentang. Setelah dirasa cukup, mereka kembali ke tempat kegiatan. Kegiatan ini diadakan di rumah Dudik Dwijatmiko, seorang individu yang peduli terhadap lingkungan. Dudik menjelaskan, “Rumah ini telah bertransformasi menjadi pusat kegiatan atau homebase Pusaka Jatim, dengan fasilitasnya cukup lengkap untuk mendukung proses ini.” Rumahnya terletak di kawasan perumahan City Side, Lowokdoro. Rumah yang sederhana namun asri, di sekitarnya ada pepohonan yang membuat udaranya sejuk. Cukup luas untuk menampung kegiatan perkumpulan mereka.

Cara Pembuatan Ekoenzim

Ekoenzim adalah produk yang diciptakan dengan menggunakan limbah organik buah dan sayur dengan bantuan gula aren dan air di dalam sebuah wadah. Langkah-langkah pembuatannya dibagi dalam beberapa tahapan:

  1. Mencuci limbah organik.

Buah dan sayur dicuci terlebih dahulu agar terbebas dari debu dan kotoran lainnya.

  1. Menyortir limbah.

Limbah disortir dengan memisahkan bagian-bagian yang busuk, hanya bagian yang masih segar yang akan dipakai. Limbah yang busuk akan dijadikan sebagai kompos. 

  1. Mengiris atau memotong limbah.

Buah dan sayur dipotong kecil-kecil agar enzimnya dapat terekstrak dengan sempurna dalam proses fermentasi. Selain itu juga agar mudah memasukkannya dalam wadah yang bermulut kecil.

  1. Persiapan Wadah.

Dalam praktek kali ini, ada 7 buah wadah yang sudah disiapkan. 4 timba plastik berukuran 25 kg dan 3 botol bekas air mineral yang berukuran 15 liter. Wadah yang diperlukan dalam pembuatan ekoenzim adalah wadah dengan material plastik yang dapat ditutup rapat. Proses fermentasinya dengan unaerob, wadah tertutup rapat agar tercegah dari sirkulasi udara.

  1. Memasukkan dalam wadah

Tahapan ini yang paling asyik. Mereka membagi semua limbah menjadi tujuh bagian dengan komposisi buah dan sayur yang sama untuk setiap wadah. Mereka menggunakan rumus perbandingan 1:3:10. Maksud dari perbandingan itu adalah 1 kg gula merah aren, 3 kg limbah organik dan 10 liter air.

Mereka sangat teliti dalam membagi limbah organik, gula merah dan air untuk setiap wadahnya agar dihasilkan ekoenzim dengan kualitas yang baik. Langkah pertama, limbah organik dimasukkan dalam wadah, selanjutnya gula merah dan terakhir air. Campuran di dalam wadah itu kemudian diaduk dengan tujuan agar gula merah aren larut dan tercampur merata.

  1. Proses Fermentasi.

Proses ini adalah bagian terakhir dalam keseluruhan pembuatan ekoenzim. Setelah semua bahan dimasukkan dalam wadah, langkah terakhir yakni menutup rapat-rapat wadah itu agar tercegah dari sirkulasi udara. Proses fermentasi memerlukan waktu 3 bulan. Hasil dari proses fermentasi inilah yang disebut sebagai ekoenzim. 

Para peserta mempraktikkan proses pembuatan ekoenzim dengan antusias. Diana, kader asal Surabaya mendapat tugas untuk mengiris-iris buah. Dia mengatakan, “Saya merasakan sukacita yang mendalam ketika menjadi bagian dari praktik pembuatan ekoenzim ini. Saat mengiris buah juga, dalam karya yang sederhana ini ada semangat membangun kerjasama untuk terus berjuang bersama teman-teman Pusaka Jatim. Belajar dan beraksi bersama sebagai wujud rasa cinta kami kepada Ibu Bumi.” 

Nurhayati, kader asal Malang pun mengatakan hal senada, “Bagi saya, mengikuti seluruh rangkaian kegiatan selama seharian di hari ini rasanya sangat berkesan. Karena kita semua melakukan kegiatan dalam semangat kegotongroyongan, penuh canda tawa bahagia. Ada rasa syukur yang mendalam bisa turut serta dalam kegiatan ini.” Kami semua mendapatkan pelajaran penting tentang  bagaimana limbah organik dapat diubah menjadi sesuatu yang berharga melalui fermentasi, yang menghasilkan ekoenzim yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan, termasuk pupuk pertanian dan pengelolaan sampah.

Dampak Positif pada Lingkungan dan Perkumpulan

Ekoenzim bukan hanya mengubah limbah organik menjadi aset berharga, tetapi juga memiliki dampak positif pada lingkungan sekitar. Dengan mengurangi limbah organik, dapat membantu menjaga kebersihan lingkungan dan mengurangi pencemaran. Para pedagang pun merasa senang dan terbantu dengan berkurangnya sampah-sampah mereka. Salah satu peserta juga merasa terbantu dengan kegiatan ini, Mba Yeny mengatakan, “Ilmu pembuatan ekoenzim ini akan saya tularkan kepada ibu-ibu Dasa Wisma di tempat tinggal saya.” Refleksi kegiatan ini juga disampaikan oleh Khafid Asyari, “Hal ini merupakan tujuan awal saya dalam belajar berspiritual. ‘Apa tujuan saya hidup dan buat apa?’ Dengan adanya kegiatan kemarin, saya tidak perlu berpikir terlalu panjang. Dengan berkegiatan sekecil kemarin, memanfaatkan sisa buah dan sayur yang sudah terbuang kemudian mengolahnya menjadi ekoenzim merupakan langkah nyata kita pada Semesta.”

Kegiatan ini juga berdampak positif bagi kami sendiri sebagai kader Pusaka Indonesia wilayah Jawa Timur. Hening dan beraksi bukan hanya angan, tapi sudah menjadi laku dalam keseharian. Harapannya kegiatan semacam ini tidak berhenti pada hari ini saja tapi menjadi batu loncatan untuk kegiatan selanjutnya yang terjadwal secara kontinyu di wilayah Jawa Timur. Tunggu kami di aksi berikutnya, ya!

 

Muhammad Fathul Hadi

Kader Pusaka Indonesia wilayah Jawa Timur