Skip to main content

Sebagian dari kita akan bertanya, kenapa kita perlu membahas perang ini, kan jauh di sana ribuan kilometer jaraknya dan tidak berimbas dengan kita di Indonesia, ‘kan? Sebagian juga akan berpendapat, ‘kan sudah jelas siapa yang salah dan benar? 

Bagi yang pernah mengikuti kelas ALOC (Avalon Leadership Online Course) Batch 5, mungkin tidak heran dengan sosok Presiden Rusia, Vladimir Putin. Dalam satu sisinya pernah dijelaskan tentang sosok ini dan versi lain (non-mainstream) dari penyebab perang Ukraina vs. Rusia. 

“Kenapa perlu dijelaskan dalam satu sesi di ALOC 5?”

Sebagai pemimpin,  kita perlu meningkatkan kapasitas diri, salah satunya ilmu pengetahuan dan berani membuka cakrawala berfikir. (Buku Sigma Leadership, hal 189).

Perang Ukraina vs. Soviet ini sudah berlangsung dua tahun dan dimulai sejak Februari 2022. Namun, dampaknya luar biasa terhadap ekonomi dan peta politik dunia. Dimulai dengan kemarahan Barat atas invasi Rusia ke Ukraina dan memberikan sanksi-sanksi ekonomi ke Rusia, antara lain larangan untuk bisa membeli minyak dari Rusia, perusahaan-perusahaan barat yang berada di Rusia dipaksa untuk hengkang (Starbuck, Mc Donald, dll), dikeluarkannya Rusia dari transaksi perbankan Internasional (SWIFT) dan aset-aset Rusia di barat dibekukan (malah sedang ada usaha untuk dilikuidasi untuk membantu mendanai ekonomi Ukraina), dan daftar panjang ini masih bertambah terus.

Hal yang terjadi selanjutnya memang agak lucu, AS sebagai promotor dari pemberian sanksi-sanksi ini malah  terkena dampak lebih besar, yaitu inflasi tinggi yang sempat mencapai 9.1% di tahun 2022 (biasanya inflasi di AS sekitar 1%). Salah satunya adalah karena kenaikan harga BBM dan harga makanan yang disebabkan pasokan minyak dunia berkurang dan gandum dari Ukraina semakin sulit diperdagangkan karena blokade Rusia. Sementara di Rusia, harga BBM tetap murah (karena memang salah satu penghasil terbesar di dunia) dan inflasi ditahan di level yang normal. Eropa di sisi lain juga berdampak dengan kenaikan harga BBM karena pipa gas alam yang biasanya dialirkan dari Rusia terputus karena peristiwa peledakan (seiring dengan dimulainya perang Ukraina). Kalau kita lihat di berita, saat ini petani-petani di Jerman/Perancis sedang demonstrasi dengan memarkir traktornya dengan rapi menghalangi  jalan-jalan di kota besar. Demo ini  salah satunya sebagai bentuk protes atas subsidi BBM untuk petani dicabut negara, karena pemerintahnya tidak lagi memiliki anggaran yang cukup untuk mensubsidi BBM untuk petani.

Kita di Indonesia relatif beruntung dengan inflasi yang bisa ditahan di level 5,5% tahun 2022. Sebelumnya, inflasi di Indonesia sekitar 3-3,5% (sesuai target BI). Tapi bila Anda pernah merasa berat dengan harga BBM non-subsidi yang tiba-tiba mahal di tahun 2022 atau awal tahun 2023, ya salah satunya karena perang ini.

Intinya, embargo Barat ke Rusia yang masif (tidak pernah ada negara lain di embargo seberat Rusia) malah berbalik menyulitkan ekonomi AS, Eropa Barat dan sebenarnya dunia sampai sekarang. 

Dalam wawancara Tucker Carlson dengan Putin yang ditayangkan di X (Twitter) pada 8 Februari 2024 lalu, Putin menjelaskan sejarah hubungan Rusia dan Ukraina di 30 menit pertama wawancara. Sepertinya perlu ahli sejarah Eropa untuk memverifikasi pernyataan Putin, tapi pada intinya Putin menjelaskan bahwa hubungan antara Rusia dan Ukraina adalah hubungan yang sudah lama sekali (sejak abad 9) dan sebagian wilayah Ukraina sekarang adalah pemberian dari Rusia, dan 90% bahasa yang digunakan di Ukraina adalah bahasa Rusia. Banyak warga Ukraina yang punya kerabat di Rusia dan ekonominya secara resiprokal menguntungkan kedua belah pihak. 

Seperti yang pernah dipelajari di ALOC 5, tahun 1991 adalah tahun di mana Federasi Soviet jatuh dan berganti menjadi Rusia. Negara-negara yang tergabung dalam Federasi Soviet sebelumnya memisahkan diri menjadi negara-negara mandiri. Di saat itu ada komitmen dari AS bahwa NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara, termasuk AS dan Kanada) tidak akan memperluas jaringannya ke negara-negara yang baru terlepas dari Federasi Soviet. Biarlah negara-negara tersebut menjadi “buffer” antara Barat dan Rusia. Namun, komitmen itu tidak ditepati oleh AS dengan alasan komitmen itu adalah “komitmen lisan” saja. AS memperluas jaringan NATO ke negara-negara eks Federasi Soviet: Czech Republic, Polandia, dan Hungaria (tiga negara ini bergabung di tahun 1999) dan kemudian lanjut di tahun 2004:  Estonia, Latvia dan Lithuania. Baru kemudian ketika Ukraina berencana menjadi anggota NATO (2008), Rusia bereaksi keras. Kira-kira sama dengan kalau tiba-tiba Mexico (yang berbatasan langsung dengan AS) ingin bergabung dengan Pakta Militer China, bisa dibayangkan apa yang akan dilakukan AS. Apapun akan dilakukan agar tidak terjadi, ‘kan? 

Rupanya permasalahannya lebih kompleks dari hanya Ukraina ingin menjadi anggota NATO yang akan mengancam Rusia. Dalam interview, Putin menjelaskan lebih detail tentang sebab-sebab Rusia menyerang Ukraina. Putin menjelaskan tentang politik internal Ukraina yang banyak dioperasi oleh CIA. Ada pemilihan presiden sampai diulang 3 kali karena hasilnya tidak sesuai dengan keinginan Barat, padahal tidak diatur dalam konstitusi Ukraina. Tapi, semua itu masih dianggap urusan internal Ukraina dan CIA oleh Rusia. Sampai kemudian tahun 2014, pemerintahan Ukraina hasil kudeta dengan dukungan CIA menyerang wilayah Donbas. Selanjutnya, sempat terjadi kesepakatan yang disebut Perjanjian Minsk I dan II untuk mengakhiri perang. Namun, kemudian pemerintah Ukraina membatalkan perjanjian ini sehingga terjadilah invasi Rusia ke Ukraina di Februari 2022.

Putin juga menjelaskan bahwa pada pertengahan tahun 2022 telah dilakukan perundingan di Istanbul untuk mengakhiri perang (banyak dari kita yang tidak tahu hal ini). Salah satu yang dibahas dalam perjanjian Istanbul adalah tentang yang disebut “de-nazifikasi” dan sempat disepakati untuk dimasukkan dalam sistem perundangan Ukraina. De-nazifikasi adalah permintaan Rusia agar Ukraina tidak menjadikan pahlawan perang orang-orang yang menjadi bagian dari Nazi. Rupanya Ukraina dalam rangka mencari “identitas bangsa” setelah berpisah dengan Soviet, mengangkat pahlawan yang salah, yaitu pendukung dan kolaborator Nazi di perang dunia II. Putin juga mengungkapkan bagaimana seorang ex-Nazi dielu-elukan di parlemen Kanada ketika Zelensky (Presiden Ukraine) berkunjung, karena dianggap membantu menyerang Rusia saat Perang Dunia II. Padahal ‘kan jelas yang menyerang Rusia di PD II adalah Nazi. Memang agak menohok, kok bisa Kanada bisa kecolongan seperti itu. Rupanya pemerintah Kanada kurang jeli dalam memilih orang, pokoknya mereka yang melawan Rusia dianggap sebagai sekutu. Hal yang lebih aneh lagi, Zelensky (kata Putin) adalah keturunan Yahudi. Artinya dia men-support orang yang membunuh kakek moyang atau kerabatnya saat perang dunia II. Zelensky memenangkan Pemilu dengan signifikan dengan janji membawa rakyat Ukraina mencapai perdamaiannya. Tapi akhirnya harus mengalah dengan kekuatan neo-nazi dan nasionalis kanan yang dominan.

Rusia sendiri punya kepentingan untuk mendorong de-nazifikasi dalam perjanjian Istanbul sebagai syarat perdamaian karena Nazi membunuh banyak rakyat Rusia di PD II. Putin kemudian menjelaskan bahwa poin de-nazifikasi sempat disetujui oleh perwakilan Ukraina, tapi kemudian pihak barat mengatakan bahwa bagaimana kita melanjutkan  perjanjian Istanbul kalau Rusia menodongkan senjata di hidung Ukraina? Sebagai upaya tercapainya perdamaian, Rusia sepakat menarik pasukan dari Kiev. Namun begitu Rusia menarik pasukan dari Kiev, Ukraina membatalkan (bahasa Putin: membuang) perjanjian tersebut. 

Putin juga menjelaskan salah satu yang membuat perjanjian Istanbul batal adalah kedatangan Boris Johnson (PM Inggris saat itu) untuk membujuk Zelensky bergabung dengan Barat dan membatalkan perjanjian dengan Rusia. Dengan janji, akan memberikan/mengganti apa pun kerugian yang terjadi karena perang dengan Rusia. (Di video berbeda, terbukti pada November 26, 2023, Natalia Moseychuk melakukan interview dengan David Arahamiya, pemimpin partainya Zelensky, mengkonfirmasi bahwa Boris Johnson, PM Inggris,  memang datang ke Ukraina dan meminta Ukraina tidak melanjutkan perjanjian Istanbul). 

Lebih lanjut, kata Putin, Ukraina membuat UU baru untuk melarang siapa pun untuk bernegosiasi dengan Rusia untuk mengakhiri perang. Bagaimana perang akan berakhir, kalau Presiden Ukraina telah melarang dirinya sendiri (karena UU baru ini) untuk bisa berdialog?

Salah satu Senator AS menyatakan ke rakyat AS bahwa bantuan militer Ukraina diperlukan untuk memastikan tidak ada tentara Amerika yang harus berperang di Ukraina (saat ini memang terjadi perdebatan hebat antara Partai Republik dan Partai Demokrat untuk menyetujui atau tidak bantuan militer untuk Ukraina, Israel, dan Taiwan). Putin menanggapi dengan santai dan berkata itu propaganda murahan. Menurut Putin, pasukan Ukraina dibantu sebagian besar oleh tentara bayaran dari Georgia, kemudian tentara bayaran dari AS dan disusul tentara bayaran dari Polandia (Kita perlu membedakan antara tentara bayaran dan tentara resmi ya… yang pertama adalah orang yang berperang karena dibayar dan yang kedua adalah tentara resmi negara dan berperang karena kepentingan negaranya). 

Kemudian Putin balik bertanya, “Sebenarnya untuk apa AS ikut berperang di Ukraina yang jaraknya ribuan km dari AS. Kalau hal itu terjadi (tentara AS ikut berperang di Ukraina), akan menimbulkan konflik lebih luas? (Dengan kata lain, kalau sampai AS mengirimkan pasukannya secara langsung, Putin sudah mewanti-wanti bisa terjadi perang yang dapat “membahayakan umat manusia”). Apa AS mau seperti itu? Bukankah AS sudah punya masalah yang lebih besar seperti menghadapi imigran yang sulit dibendung dan utang luar negeri yang mencapai lebih dari US$ 33 triliun? Bukankah lebih baik bernegosiasi dengan Rusia?”

Putin juga dengan lugas menjelaskan syarat untuk mengakhiri perang di Ukraina: AS dan sekutunya harus berhenti memberikan bantuan senjata ke Ukraina serta Presiden Ukraina membatalkan konstitusi yang melarang negosiasi dengan Rusia. Bila itu dilakukan, dalam hitungan beberapa minggu Rusia akan setuju untuk dialog untuk mencapai perjanjian bersama. 

Menurut saya, terlepas dari sebab-sebab terjadinya perang Ukraina yang disampaikan Putin berbeda dengan versi barat, sebenarnya sudah jelas apa yang harus dilakukan oleh AS, sekutunya dan Ukraina sendiri untuk mengakhir perang. Ikuti anjuran Putin dan segera bernegosiasi untuk menghindarkan korban jiwa dan kekalahan perang lebih lanjut.

Hanya kemudian AS tinggal mencari alasan-alasan yang masuk akal agar AS tidak terlalu malu di depan dunia internasional bila mundur dari perang Ukraina dan tentunya pihak-pihak di belakang pemerintah AS yang diuntungkan dengan perang ini setuju untuk mengakhiri perang. Pihak yang terakhir ini biasanya enggan untuk berhenti perang karena telah mengeduk banyak keuntungan dari perang dan mengharapkan keuntungan yang berlipat. Pihak-pihak ini adalah industri-industri militer AS dan sekutunya yang di belakangnya lagi adalah pihak-pihak yang menguasai kekuatan keuangan di AS dan sebagian dunia.

Akankah perdamaian di Ukraina akan terlaksana? Tentunya kita harus tetap optimis, keajaiban pasti terjadi. 🙏

 

Eko Nugroho

Wakil Ketua Umum Pusaka Indonesia

Vice Chairman, The Avalon Consulting

sumber foto: Pikiran Rakyat