Perkembangan teknologi seyogyanya ditujukan untuk memudahkan hidup manusia dalam beraktivitas. Namun demikian, perkembangan teknologi tidak melulu memberikan dampak baik. Layaknya “pisau bermata dua”, ada dampak buruk yang dapat ditimbulkan dari perkembangan teknologi, termasuk teknologi yang berkembang pesat saat ini: Artificial Intelligence (AI).
Jika merunut pada sejarah perkembangan AI, proyek penelitian teknologi komputerisasi canggih tersebut secara sistematis mulai dilakukan pada tahun 1956 di Dartmouth New Hampshire AS di mana para ilmuwan terkait bermaksud untuk menciptakan teknologi dengan kecerdasan yang menyerupai kecerdasan manusia.1 Motif lain penciptaan AI adalah untuk menemukan alternatif atau problem solver terhadap tantangan atau masalah yang kompleks (complex human problem) yang tidak dapat diselesaikan dengan kapasitas manusia pada umumnya.2
Di permukaan, tujuan tersebut tampak menjadi sesuatu yang didambakan. Memang betul bahwa AI memberikan manfaat yang signifikan bagi kerja manusia. Berbagai sumber literatur menyebutkan bahwa AI dapat meningkatkan produktivitas, meminimalisir kesalahan pekerjaan, mengelola data secara efisien, menghemat waktu dalam bekerja, dan mempermudah pengambilan keputusan.3 AI juga membantu meningkatkan kualitas karya, seperti halnya yang bisa kita lihat konten-konten di media sosial, sehingga lebih menarik dan menghibur.
Baca juga: Polemik Penulisan Ulang Sejarah Indonesia
Alhasil, tren penggunaan AI pun semakin marak. Pengguna ChatGPT 3.5, misalnya, mencapai 100 juta pengguna dalam kurun waktu 2 bulan sejak diluncurkan.4 Selain itu, keuntungan perusahaan AI juga meningkat secara signifikan. Sebagai contoh, pendapatan DeepSeeK meningkat hingga 45% (2023-2024)5 dan pendapatan OpenAI meningkat hingga 56% (2023-2024);6 jauh berbeda dibandingkan peningkatan perusahaan IT lainnya seperti Microsoft (15,67%) atau Apple (2%).
Di balik semua kemudahan dan manfaat tersebut, tentunya masih ada hal-hal yang perlu dicermati dan diantisipasi. Pertama, penggunaan aplikasi Generative AI, seperti ChatGPT, disinyalir dapat menurunkan fungsi kognitif pada manusia. Sejumlah penelitian mengenai pengaruh AI terhadap otak manusia menunjukkan bahwa ada dampak ketergantungan bagi pengguna aplikasi AI tersebut; ketergantungan ini dikenal dengan istilah cognitive offloading (pendelegasian beban kognitif). Fenomena ini terjadi ketika manusia mulai menggantungkan kemampuan ingatan dan kemampuan penyelesaian masalah (problem solving) kepada teknologi.7 Dengan kata lain, kapasitas manusia untuk berpikir dan menganalisa akan semakin menurun.
Jika ditelusuri lebih dalam, cognitive offloading ini disebabkan karena teknologi AI menggunakan large language model (LLM); sebuah model algoritma yang dirancang menyerupai otak manusia dengan sistematika kerja layaknya sel-sel neuron manusia.8 Para pengguna AI akan merasa seperti berkomunikasi dengan “ahli” di bidang pekerjaan mereka, sehingga tidak heran jika pengguna AI merasa beban kerja mereka dimudahkan. Selain itu, penelitian yang dilakukan Massachusetts Institute of Technology (MIT) di Amerika Serikat juga membuktikan bahwa pengguna LLM mengalami konektivitas saraf yang lebih lemah dibandingkan dengan mereka yang hanya menggunakan teknologi search engine yang lebih konvensional, seperti google.9 Singkatnya, AI dapat memberikan dampak psikologis bagi penggunanya.
Baca juga: Teknologi AI, Manfaat atau Ancaman?
Kedua, kemudahan dan efisiensi waktu dalam bekerja dengan menggunakan AI juga berdampak terhadap ketenagakerjaan. Sejumlah perusahaan menilai penggunaan AI ini dapat mengurangi cost tenaga kerja dibandingkan dengan tidak menggunakan AI. Pada tahun 2024, di sektor IT saja misalnya, perusahaan IT setidaknya telah melakukan pemutusan hubungan kerja hingga ribuan orang. Misalnya Amazon yang telah memangkas 16.080 pekerja, Alphabet (12.000 pekerja), Microsoft (11.158 pekerja), dan Meta (10.000 pekerja).10 Hal serupa juga terjadi di industri media di Indonesia di mana lebih dari 1.200 tenaga media di-PHK selama 2023-2024, utamanya karena penggunaan AI dan pergeseran ke konten-konten digital.11 Dengan kata lain, maraknya penggunaan AI juga dapat menimbulkan dampak sosial ekonomi yang signifikan.
Kedua isu tersebut setidaknya menunjukkan bahwa perkembangan AI dapat menjadi ancaman bagi kemanusiaan, baik dari segi psikologis maupun segi sosial-ekonomi. Tentunya, masih ada dampak lainnya yang bisa ditimbulkan, misalnya kemungkinan adanya ancaman terhadap kebocoran data privasi, mengingat karakter AI yang memiliki kemampuan ‘memori’ dan bisa terkoneksi dengan gadget sehingga memiliki akses terhadap data digital yang kita miliki.
Lalu, bagaimana kita seharusnya menyikapi fenomena perkembangan AI tersebut? Untuk saat ini, memang sulit dibayangkan apabila kita harus menghentikan penggunaan AI bahkan tampak mustahil jika memboikot penggunaan AI. Terlebih lagi, penggunaan LLM itu sendiri telah banyak merambah berbagai industri, termasuk industri perbankan dan media sosial – dua sektor dimana manusia sudah sangat menggantungkan hidupnya saat ini.
Namun demikian, semasih kita memiliki logika dan nalar yang sehat, perlu kita sadari bahwa seyogyanya kita tidak menempatkan teknologi AI sebagai tujuan utama, melainkan sebagai alat atau cara. Pada hakikatnya, manusia adalah subjek dan bukan objek dari teknologi AI. Jika manusia sudah sangat bergantung pada AI, secara tidak langsung manusia telah menempatkan dirinya sebagai objek dari teknologi itu sendiri; hal inilah yang menjadikan AI sebagai tantangan bagi kemanusiaan.
Baca juga: Problematika Kelas Menengah Indonesia
I Made Diangga Adika Karang
Wakil Ketua Bidang Riset dan Kajian Pusaka Indonesia
Sumber referensi:
- https://home.dartmouth.edu/about/artificial-intelligence-ai-coined-dartmouth
- https://www.assessbank.ca/why-was-a-i-created/#:~:text=Brief%20Summary%2C%20The%20Start%20of,%2C%20pattern%20recognition%2C%20and%20prediction
- https://tekno.kompas.com/read/2023/11/25/16150017/10-manfaat-artificial-intelligence-dalam-kehidupan-sehari-hari-yang-perlu?page=all
- https://blogs.worldbank.org/en/digital-development/who-on-earth-is-using-generative-ai-
- https://kr-asia.com/deepseeks-rise-lifts-terminus-as-aiot-firm-reports-revenue-growth
- https://taptwicedigital.com/stats/openai
- https://www.ie.edu/center-for-health-and-well-being/blog/ais-cognitive-implications-the-decline-of-our-thinking-skills/
- https://www.ibm.com/think/topics/large-language-models
- https://www.tempo.co/digital/studi-penggunaan-chatgpt-untuk-menulis-esai-bisa-kikis-kemampuan-kognitif-1805404
- https://www.cnbcindonesia.com/opini/20250204104353-14-607765/artificial-intelligence-dan-aksinya-dalam-gelombang-phk-global
- https://www.kompasiana.com/aidhilpratama7463/6819f7bec925c459a71d2892/phk-massal-dan-disrupsi-ai-di-industri-media
Sumber foto: linkedin.com