Skip to main content

Perkembangan teknologi AI atau Artificial Intelligence berkembang sangat cepat seperti kecepatan kereta Maglev di Shanghai yang mencapai 431 km/jam. Kecepatan yang membuat masyarakat seperti tergopoh-gopoh dalam memahami dan menyikapinya. Di satu sisi, kecanggihan AI bisa digunakan sebagai alat bantu pekerjaan manusia dalam berbagai bidang. Misalnya seperti reels Instagram  dengan teknologi AI terbaru dari Google Veo 3, yang bisa membuat video lengkap dengan audionya hanya dari teks. 

Teknologi AI bila dipergunakan untuk dan oleh pihak yang tepat dapat menghasilkan sesuatu yang menakjubkan. Tapi, seperti yang dikhawatirkan oleh Demis Hassabis CEO DeepMind milik Google, ia khawatir teknologi AI akan jatuh ke tangan yang salah dengan niat untuk menyalahgunakan teknologi canggih ini. Oleh karena itu dia mengatakan, bahwa harus ada kesepakatan internasional mengenai dasar-dasar bagaimana AI dapat digunakan, harus ada pagar pembatas  untuk menjaga bagaimana model AI yang canggih dan otonom ini tetap terkendali.

AI selama ini digembar-gemborkan sebagai salah satu kemajuan teknologi terbesar setelah internet. Teknologi yang “memaksa” masyarakat untuk berkenalan, mempelajari dan mengambil manfaat darinya secara bijaksana. Ada banyak kejahatan yang dilakukan menggunakan teknologi AI yang semakin canggih, seperti bisa mereplika wajah dan suara orang. 

Memang sudah ada upaya menangkisnya, saat ini kita bisa berusaha mengidentifikasi adanya penyebaran hoaks, penipuan dengan wajah atau suara baik via telpon atau media lainnya dengan berbagai cara. Salah satunya dengan menggunakan alat deteksi AI bernama SynthID Detector. 

Namun tentu saja, kita tetap harus menggunakan akal sehat dan semakin kritis dan berhati-hati dalam menyikapi berbagai berita yang beredar, agar terhindar dari berita-berita hoax. Menurut pandangan saya, ada baiknya kita bisa belajar dan mendalami teknologi AI semampu kita, sebagai cara untuk memahami bagaimana teknologi ini bisa digunakan secara bijaksana agar membawa manfaat.

 

R Virine Tresna Sundari
Analis Riset dan Kajian Pusaka Indonesia

Referensi:

https://edition.cnn.com/2025/06/04/tech/google-deepmind-ceo-ai-risks-jobs

https://www.instagram.com/p/DKT5WZsyhAF/?img_index=1&igsh=MThvbmpubHZ6NHo1Mg%3D%3D

https://www.instagram.com/p/DKaXB-ZC03l/?igsh=emdmMmZ4NTEzazc5

 

sumber foto: Katadata.id