Skip to main content

Dunia anak adalah dunia bermain dan mereka masih sangat polos, apa adanya dan dominan ekspresif. Mereka biasanya menikmati setiap kegiatan yang dilakukan sejauh mereka tertarik akan hal tersebut. 

Sabtu, 23 Maret 2024, lalu di PWP/TK Kumara Dharma Sedana Santhi – Karangasem, Bali, anak-anak diajak belajar yoga sambil berlatih hening atau menyadari nafas. Ada  21 anak yang merupakan masyarakat sekitar sekolah yang berlokasi di Desa Gegelang, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem – Bali. Mayoritas anak-anak berasal dari keluarga petani dan buruh, yang memiliki semangat untuk menyekolahkan anaknya di Pendidikan Anak Usia Dini.

Di PWP/TK Kumara Dharma Sedana Santhi ini yoga adalah ekstrakurikuler yang diberikan setiap hari Sabtu, yang diawali dengan senam di pagi hari. Sebagian besar anak-anak tertarik untuk bergerak sesuai yang dicontohkan guru karena ini hal pertama yang mereka lakukan. Anak-anak diajak untuk melatih gerakan kaki, tangan, dan keseimbangan tubuh sambil merasakan nafas. 

Salah satu anak bernama Dek Bayu, mengatakan, “Senang ikut Yoga hari ini.” Dek Bayu adalah siswa laki-laki yang suka bergerak (kinestetik). Dengan kegiatan senam ataupun yoga sederhana yang dilakukan bersama-sama, menurutnya seru untuk dilakukan.

Selain di kegiatan yoga, pada setiap kesempatan, latihan hening juga diselipkan sebelum berdoa belajar, doa makan, dan doa pulang. Mereka diajak hening dan merasakan nafas mereka 2-3 menit. Mereka diajak bersyukur atas hari-hari mereka di sekolah dan di rumah, bersyukur atas makanan dan minuman yang ada, dan paling penting sebelum belajar hening, anak-anak diajak diskusi terlebih dahulu. Dialog ini penting agar anak-anak paham kenapa kegiatan hening ini penting untuk dilakukan sehingga ada dasar pemahaman mereka tentang hening itu apa. 

Pertanyaan-pertanyaan pemantik diberikan kepada anak sesederhana mungkin, dimulai dengan hal yang dekat dengan pengalaman keseharian mereka, sehingga mereka bisa memberikan jawaban sesuai dengan pemahaman anak-anak.  Pertanyaan yang diberikan seputar kenapa manusia bisa hidup, nafas, dan belajar bersyukur atau berterima kasih.

Pada dasarnya, anak-anak akan senang jika diajak berkegiatan sambil bergerak, namun mereka akan bosan jika kegiatannya itu-itu saja. Dan sebagai guru harus bisa menjadi anak-anak dan paham rasa/mood mereka, bisa masuk dan mendekati dunianya. Karakter anak tidak semuanya sama, ada yang cepat bosan sehingga perlu variasi kegiatan, ada anak yang ekspresif, dan ada 1-2 orang yang pendiam, dan tidak mudah untuk mau diajak berkegiatan seperti yang lainnya. Dalam hal ini, guru juga belajar untuk bisa menerima, dan lebih kreatif lagi mencari jalan atau cara lain agar semua anak bisa berpartisipasi dalam kegiatan di sekolah.

Mengajarkan anak-anak latihan hening cipta

Selanjutnya latihan hening akan terus dilakukan bersama anak-anak menyesuaikan dengan pemahaman mereka, dibarengi dengan trial error kegiatan yang dimungkinkan untuk usia dan pemahamannya. Hal yang terpenting anak-anak diajak untuk belajar bersyukur dan menerima apa pun yang ada, sehingga sejak dini mereka memiliki kebiasaan baik untuk bersyukur dengan ketulusan.

Ni Kadek Ayu Rinawati

Kepala Sekolah TK, Kader Pusaka Indonesia wilayah Bali