Skip to main content

Ajaran yoga telah dikenal sejak ribuan tahun lalu, yang dipercayai berasal dari India. Etimologi dari kata yoga berasal dari bahasa Sansekerta “yuj” yang berarti union (kesatuan) antara tubuh fisik, pikiran, dan jiwa. Praktisi yoga atau yang dikenal sebagai yogi mempunyai ritual diet yang diyakini bisa membawa kepada moksa/pencerahan (enlightenment). Para yogi menganut diet vegetarian atau bahkan yang lebih ekstrem vegan.

Menurut KBBI, vegetarian adalah orang yang (karena alasan keagamaan atau kesehatan) tidak makan daging, tetapi makan sayuran dan hasil tumbuhan. Sedangkan vegan adalah orang yang tidak makan daging, ikan, produk susu, atau telur. Tentunya pro dan kontra mengiringi diet ini, terutama bagi non-yogi. Ada yang mengatakan bahwa menjadi vegetarian bukan jaminan menjadi sehat karena mengganti daging dengan processed food, makanan yang telah melalui pemrosesan sendiri atau bahan makanan yang telah diubah dari bentuk alaminya. Pendapat yang bertentangan juga muncul, bahwa menjadi vegetarian dapat menurunkan kolesterol dan menghindari sakit jantung,

Ketika saya memulai berlatih yoga, saya menelan mentah-mentah semua teori yoga yang diajarkan. Salah satu prinsip yoga yang saya percayai waktu itu adalah “ahimsa“ atau non violence. Secara literal saya memaknainya dengan tidak membunuh hewan sebagai makhluk hidup. Pemaknaan ini membuat saya setuju dengan konsep vegetarian dan mempraktikkannya. Tenggelam dalam konsep ini dan melupakan bahwa tumbuhan juga makhluk hidup yang dibunuh ketika saya mengkonsumsinya. 

Pola makan saya berubah drastis, dari yang terbiasa mengkonsumsi protein hewani digantikan oleh protein nabati. Bulan pertama menjadi vegetarian, tidak ada dampak yang berarti bagi kesehatan tubuh fisik saya. Justru saya merasakan nyaman karena tubuh terasa lebih ringan sehingga memudahkan latihan yoga ketika melakukan postur-postur tertentu seperti arm balance, inversion, dan twisting. Ego saya seperti dimanjakan karena dengan mudah dapat melakukan postur-postur yang cukup menantang dan dianggap keren. 

Muncul keinginan kuat untuk mengkonsumsi daging merah, tapi bisa saya atasi dengan mengkonsumsi processed food yang berbentuk dan terasa seperti daging. Memasuki bulan ketiga sudah mulai terasa perubahan di tubuh fisik saya. Rasa ringan yang saya alami berubah menjadi melayang-layang alias mudah kliyengan, lemas, dan mood swing. Praktik yoga yang tadinya menyenangkan bergeser menjadi sebuah siksaan karena semua postur terasa sangat menantang dilakukan dengan kondisi tubuh yang tidak fit. Stamina tubuh yang menurun membuat saya mempertanyakan dan menimbang balik apakah saya cocok dan akan meneruskan untuk menjadi vegetarian. Tubuh sebenarnya telah memberi sinyal tetapi saya abaikan. 

Awalnya saya tetap bersikukuh mengikuti ego untuk mengikuti pola vegetarian, tapi kondisi tubuh fisik dan emosi tidak lagi memungkinkan yang membuat saya beralih kembali mengkonsumsi protein hewani. Setelah kembali ke pola makan normal, berangsur-angsur kondisi tubuh fisik dan emosi membaik. Diet yang dianggap baik dan bermanfaat bagi sebagian orang belum tentu cocok dengan kondisi dan kebutuhan tubuh masing-masing individu. Tubuh kita sebetulnya sangat cerdas, mengerti apa yang dibutuhkan asal kita mau mendengar sinyal dan tidak mengacuhkan alarm yang telah diberikan.

 

Irma Rachmi

Instruktur Ayodhya Yoga 

Sumber foto: lexifaith.com