Berdasarkan laporan dari Global Tuberculosis pada 2022 lalu, Indonesia menempati peringkat kedua sebagai negara dengan jumlah penderita TBC tertinggi di dunia. TBC adalah infeksi pada paru-paru yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini menyebabkan pasien perlu minum antibiotik selama minimal 6 bulan berturut-turut. Seorang dokter herbal bersertifikasi dan kolaborator Pusaka Indonesia, dr. Prapti Utami, menuturkan bahwa herbal bisa menjadi pendukung penyembuhan pada pasien yang terdiagnosa TBC sebagai terapi komplementer.
Terapi komplementer adalah terapi pelengkap yang dapat mempercepat pemulihan, meningkatkan penyerapan obat, dan meningkatkan daya tahan tubuh. Selain itu, bisa mengurangi efek samping dari penggunaan obat kimia yang dikonsumsi dalam upaya penyembuhan dari sakit TBC.
”Penyakit TBC ini sudah diteliti puluhan tahun dan memang harus diobati dengan antibiotik minimal 6 bulan,” jelas dr. Prapti.
Peran Herbal dalam Terapi Penyembuhan TBC
Dr Prapti menjelaskan, kuman TBC memiliki kekuatan prima ketika masuk ke dalam tubuh. Akibatnya, ketika telah diberikan terapi penyembuhan, kuman yang ada akan tetap dormant (tidur). Selain itu, Efek dari penggunaan antibiotik selama 6 bulan pada pasien penderita TBC akan mengganggu kesehatan tubuh. Contohnya, fungsi organ hati/liver yang menurun. Maka, dalam proses pengobatan, herbal membantu meningkatkan imunitas sehingga tubuh tetap kuat. “Dengan menggunakan ramuan herbal, fungsi organ akan kembali membaik,” kata dr Prapti.
Dr Prapti menambahkan, cukup banyak jenis tanaman yang bisa digunakan. Salah satu yang kita kenali dan menjadi ikon herbal Indonesia adalah temulawak. Obat kimia yang digunakan untuk penyembuhan TBC bersifat hepatotoxic yang berdampak pada kerusakan liver. Sebaliknya, temulawak bersifat hepatoprotektor (menyehatkan liver). “Selain itu temulawak juga dapat membantu meningkatkan penyerapan obat-obat kimia,” terang dr Prapti.
Lalu, bagaimana jika ada pasien penderita TBC yang ingin sembuh hanya dengan ramuan herbal? dr. Prapti menjelaskan penghentian konsumsi obat kimia pada seorang penderita TBC tidak bisa langsung dilakukan. Kuman yang ada di dalam tubuh, memang harus diobati dengan antibiotik kimia, tidak bisa digantikan dengan pengobatan herbal. “TBC harus tetap diobati secara intensif dengan obat kimia secara tuntas. Herbal yang dikonsumsi hanya sebagai terapi komplementer untuk pendukung penyembuhan,” tegasnya.
Baca juga: Mengenal Herbal Kaya Manfaat dari Dapur: Kencur, Lengkuas, dan Daun Mint
Jenis-Jenis Herbal Pendukung Terapi TBC
Masyarakat Indonesia, kata dr. Prapti, patut bersyukur dengan keanekaragaman hayati yang ada. Di Indonesia melimpah ruah aneka rimpang dan rumput liar yang dapat digunakan untuk pengobatan herbal. Ada beberapa jenis rumput dan tanaman liar yang bersifat hepatoprotektor, yang dapat mendukung terapi TBC. Di antaranya adalah meniran, krokot, sambiloto, brotowali, dan pegagan. Selain memperbaiki fungsi hati, herbal tersebut juga dapat meningkatkan daya tahan tubuh.
Bagi para ibu rumah tangga, mencari herbal yang dapat dimanfaatkan untuk kesehatan bisa dimulai dengan bahan bumbu dapur. Misalnya, bawang putih, bawang merah, kapulaga, cengkeh, dan cabe jawa, yang kandungannya juga dapat menguatkan tubuh. Semua jenis herbal tersebut juga punya kemampuan menanggulangi efek samping obat kimia yang dapat merusak daya tahan tubuh. Lalu, mana yang paling cocok? Menurut dr. Prapti, yang menentukan herbal yang paling cocok bagi seseorang adalah diri masing-masing.
“Jadi penting bagi setiap orang untuk memulai mengkonsumsi herbal yang paling dikenal dan menyamankan tubuh,” kata dr. Prapti.
Ia menambahkan, pasien bisa mencoba herbal tertentu dulu, misal jahe merah, lemon, dan madu. Lalu rasakan bagaimana tubuh ketika mengkonsumsi, apakah merasa nyaman atau tidak. Lakukan dengan konsisten, amati, lalu evaluasi. Pemanis bisa ditambahkan, namun sebaiknya pilih yang alami dan hindari yang sudah mengalami ultra proses (ultra-processed food). Gula merah dan madu bisa jadi salah satu pilihan karena masih mengandung vitamin dan mineral.
Baca juga: Mengenal Herbal Kaya Manfaat dari Dapur: Kelor, Jahe, Serai, dan Lemon
Beberapa Resep Herbal untuk Terapi Penyembuhan TBC
Dr Prapti menyampaikan, jenis herbal yang dapat digunakan untuk terapi TBC cukup banyak. Misalnya, bawang putih yang sering digunakan sebagai bumbu masakan. Fermentasi bawang putih sangat baik untuk terapi penyembuhan. Untuk membuat fermentasi bawang putih cukup mudah. Bawang putih yang telah diiris tipis, dimasukkan ke dalam wadah tertutup, kemudian dibiarkan selama 1 bulan.
Selama menunggu proses fermentasi, para penderita TBC disarankan untuk mengkonsumsi air rebusan temulawak atau kunyit. Cara membuatnya adalah sebagai berikut:
- Rebus temulawak atau kunyit sepanjang 3 ruas jari dalam sebanyak 300 cc, selama 15 – 20 menit.
- Setelah mendidih, saring
- Sebelum diminum, tambahkan madu atau garam untuk menambah rasa
- Evaluasi selama 2 minggu. Temulawak atau kunyit bisa diganti dengan herbal lain untuk variasi agar tidak bosan.
- Konsumsi secara konsisten selama 2 minggu, lalu dievaluasi kembali.
Untuk jadwal konsumsinya, bisa dilakukan 1 kali dalam sehari dan sebaiknya dikonsumsi 1 jam sebelum makan. Sebaiknya, konsumsi dilakukan secara konsisten setiap harinya. Jarak waktu antara konsumsi herbal dan konsumsi obat kimia adalah 1-2 jam. Hal ini bertujuan untuk menguatkan tubuh pasien terlebih dahulu, tubuh nyaman dan segar, sebelum mulai mengkonsumsi obat kimia. Hal ini bertujuan untuk menghindari hal yang tidak diinginkan. Menurut dr Prapti, jika konsumsi herbal dilakukan sesuai aturan main, akan aman bagi tubuh. Namun, biasanya setiap tubuh akan merasakan efek yang berbeda-beda. Oleh karena itu, perlu melakukan evaluasi ketika telah meminum obat kimia dan herbal.
Sebagai penutup, dr. Prapti berpesan agar pasien tidak perlu khawatir atau sedih dengan side effect terapi obat kimia untuk menyembuhkan penyakit TBC. Biasanya, konsumsi obat akan memberi dampak gangguan liver, kulit, dan pendengaran. Selain itu, bisa menimbulkan yang mual, sakit kepala, dan nyeri otot.
“Obat herbal ini dapat mencegah side effect terapi setelah berbulan-bulan. Jangan berhenti di tengah jalan, sehingga terapi TBC bisa selesai pada waktunya,” pungkasnya.
Listiana Ulya
Wakorbid Akademi Herbal Nusantara Pusaka Indonesia