Skip to main content

Apa sebetulnya yang terjadi pada tubuh kita saat kita rutin mengonsumsi pangan tak sehat?

Siapa yang tak suka makan makanan lezat? Tiba-tiba ngebet ingin makan gorengan, donat, atau pizza. Enak sih, tapi pernahkah kita membayangkan bagaimana efek samping jangka panjangnya ke tubuh kita?

Tanpa bermaksud menuding kalau gorengan, donat, atau pizza itu buruk. Tentu tidak semuanya. Sebelumnya, kita perlu sepakat dulu, apa yang disebut pangan tak sehat. Ada yang bilang, makanan cepat saji itu sudah pasti tidak sehat. Padahal, yang disebut pangan tak sehat tidak hanya itu. Ketika kita berbicara tentang junk food, kita mengacu pada apa pun yang mengandung gula, garam, atau lemak jenuh dalam jumlah tinggi. Makanan yang dimasak di rumah bisa saja memenuhi kriteria ini.

Studi lain menambahkan, makanan ultra proses juga disebut pangan tak sehat. Antara lain bahan makanan yang mengandung bahan seperti pengemulsi, pengental, dan perasa buatan, yang diolah menjadi produk makanan melalui serangkaian proses.

Ada juga, beberapa pangan yang disebut sebagai makanan pro inflamasi (penyebab peradangan). Selain makanan yang mengandung gula, garam, lemak jenuh tinggi, ultra proses, makanan seperti karbohidrat olahan, daging olahan, dan Monosodium glutamat (MSG), masuk kategori ini.

Pizza

Sepotong pizza rata-rata mengandung 680 miligram sodium, 12 gram lemak, dan 300 kalori. Sepotong ayam goreng bisa mengandung 34 gram lemak dan 1.200-plus miligram sodium. The American Heart Association merekomendasikan agar orang dewasa mengonsumsi kurang dari 2.300 miligram natrium per hari.

 

Akibat Kelebihan Garam dan Gula  

Penelitian menunjukkan bahwa makan makanan junk food sekali dalam seminggu dapat merusak kesehatan, apalagi bagi orang yang kurang aktif dan tidak rajin berolahraga. Jadi, bisa dibayangkan kalau asupan kita setiap hari hanya junk food, akan menyebabkan kekacauan pada semua sistem di tubuh dalam waktu singkat.

Tahukah Anda, dalam sebungkus keripik atau chips kemasan, terkandung natrium atau garam dalam jumlah besar. Setelah makan makanan tinggi garam, tekanan darah kemungkinan naik. Hal ini dapat menyebabkan berbagai macam masalah dalam tubuh, dari kelelahan hingga serangan jantung. Jika Anda memiliki kondisi jantung yang bermasalah, atau gaya hidup kurang aktif, tentu risikonya jauh lebih besar lagi.

Saat mengonsumsi makanan asin, pembuluh darah menyempit, garam mengekstraksi air, sedangkan separuh lebih tubuh kita terdiri dari air. Ini memainkan peran penting dalam sirkulasi nutrisi, fungsi sel, dan reaksi kimia dalam tubuh. Makan makanan yang sangat asin dapat mengacaukan kemampuan tubuh Anda untuk mempertahankan homeostasis atau keseimbangan internalnya.

Ketika pembuluh darah menyempit, tubuh perlu bekerja lebih keras untuk mendapatkan oksigen dan nutrisi yang diedarkan ke seluruh organ vital. Selain itu, arteri yang menyempit dapat memperlambat aliran darah. Saat tubuh kebanyakan kadar garam, kita akan gampang merasa lelah karena tubuh bekerja lebih keras dari yang seharusnya.

Makan tak lengkap tanpa dessert cake atau hidangan manis. Apa yang terjadi kalau sering-sering?

Tubuh memerlukan gula untuk menghasilkan energi, tapi bila kita membanjiri tubuh dengan gula dalam jumlah yang banyak, maka akan memaksa tubuh untuk menyeimbangkan masuknya glukosa secara tiba-tiba. Pankreas mulai membuang insulin ke dalam aliran darah untuk memberi sinyal pada sel bahwa gula tersedia untuk menghasilkan energi. Sel-sel kemudian membiarkan gula masuk ke dalamnya, dan mitokondria mengubahnya menjadi energi. Makanya ada istilah sugar rush, mendadak kita seperti penuh semangat, tapi nggak lama kemudian…lemas.

Seiring waktu, jumlah asupan gula yang tinggi bisa merusak organ. Orang yang mengonsumsi makanan dengan gula tinggi setidaknya sekali seminggu secara dramatis meningkatkan peluang mereka terkena diabetes tipe 2. Penyakit ini terjadi ketika tubuh tidak memproduksi cukup insulin, atau insulin tidak lagi diproduksi, memberi sinyal sel untuk mengambil gula dan menggunakannya untuk menghasilkan energi. Hal ini menyebabkan penumpukan gula di dalam aliran darah sekaligus menyebabkan penurunan produksi energi secara drastis.

 

Risiko Junk Food yang Sering Diabaikan

Sebuah studi tahun 2021 dari Universitas Binghamton, New York, menemukan hubungan antara makan makanan sehat seperti buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, dan ikan serta peningkatan mood positif dan fungsi otak. Kalau dibalik, lantas apa yang terjadi pada otak seseorang yang kekurangan nutrisi yang dikandung makanan ini?

Junk food bisa memuaskan rasa lapar dalam jangka pendek. Otak bisa dikelabui seolah telah mendapat nutrisi yang dibutuhkan dari makanan karena peningkatan energi yang tersedia, tetapi seiring waktu otak dan sel-sel tubuh akan mulai menurun, karena tidak memiliki akses ke vitamin, mineral, dan antioksidan yang dibutuhkan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang yang secara konsisten makan makanan junk food, sekitar 51% berisiko mengalami depresi daripada orang yang menjalani diet pangan sehat. Asupan junk food dapat memengaruhi mood. Kimia dari otak dipengaruhi oleh perubahan suasana hati ini dan bisa menjadi salah satu pemicu depresi.

Gorengan

Junk food juga dituding sebagai penyebab gangguan jantung. Efek jangka panjang dari garam dan lemak adalah dapat meningkatkan jumlah lipoprotein densitas rendah, juga dikenal sebagai kolesterol jahat di tubuh. Pada waktu bersamaan, zat yang sama ini dapat menurunkan lipoprotein densitas tinggi atau kolesterol baik. Hasil dari dua pergeseran kolesterol ini dapat menyebabkan penyakit jantung dan bahkan serangan jantung.

Masalah lain adalah gangguan pencernaan. Pangan tak sehat berbahaya bagi mikrobioma di dalam tubuh. Kita memiliki triliunan bakteri yang melakukan pekerjaan penting di dalam tubuh, terutama dalam pencernaan. Alasan utama mengapa junk food tidak bagus untuk sistem pencernaan Anda adalah kurangnya serat. Serat adalah komponen kunci dari usus sehat.

Sebuah riset di tahun 2019 menunjukkan bahwa asupan junk food menghasilkan sistem kekebalan tubuh yang lebih lemah, tingkat peradangan yang lebih tinggi, lebih banyak risiko mengembangkan alergi, dan tingkat kanker yang lebih tinggi.

Belum lagi, risiko obesitas. Jika kita mengalami kelebihan berat badan, jantung harus berdetak lebih sering untuk mengedarkan darah ke seluruh tubuh, paru-paru perlu menyedot lebih banyak udara untuk mendapatkan oksigen, dan otot membutuhkan lebih banyak energi untuk menopang berat badan.

Sama halnya dengan junk food, makanan ultra proses dikaitkan dengan sejumlah kondisi kesehatan, termasuk risiko obesitas yang lebih besar dan berbagai penyakit kronis, seperti penyakit kardiovaskular dan demensia. Beberapa peneliti telah berteori bahwa makanan ultra proses meningkatkan risiko peradangan pada tubuh.

Bukannya menakut-nakuti, makan dan ngemil menu tak sehat bolehlah kalau sesekali. Seperti pepatah Prancis, everything in moderation, selama semuanya tidak berlebihan.

 

Sumber Referensi:

Here’s How Fast Food Can Affect Your Body

Is fast food bad for you? All you need to know about its nutrition and impacts

Bahaya makanan ‘ultra proses’: tidak hanya bernilai gizi rendah tapi juga tingkatkan risiko penyakit

Sumber Gambar: Canva.com