Pusaka Indonesia Gemah Ripah kembali mengadakan Kelas Dasar Meramu Herbal untuk yang kedua kalinya. Saya sempat melewatkan kesempatan untuk bergabung di batch pertama karena kuota yang terbatas dan pendaftaran last minute (kesalahan saya sendiri). Namun, begitu batch kedua dibuka, saya langsung mendaftar tanpa ragu. Ketertarikan saya untuk bergabung semakin kuat karena saya sudah mengalami sendiri khasiatnya di tubuh, seperti peningkatan stamina dan manfaat lainnya yang nyata dirasakan.
Untuk mengikuti batch kedua ini, sebanyak 26 peserta baru diwajibkan untuk mengikuti Kelas Matrikulasi Herbal selama dua hari, dipandu oleh tiga peserta dari batch pertama: Mila Haryono, Ine Redjamat, dan Listiana, yang rutin mempraktikkan ilmu dari Kelas Dasar Meramu Herbal 1.
Awalnya, saya mengira belajar di Kelas Matrikulasi Herbal hanya akan sebatas mengenal berbagai tanaman herbal dan khasiatnya, hanya sekadar teori saja. Namun, cara belajar di Pusaka Indonesia Gemah Ripah ternyata istimewa. Praktik langsung merupakan keharusan, sebuah paket lengkap yang tak bisa dipisahkan dari teori. Selain menjelaskan mitos dan fakta tentang jamu dengan jelas, peserta juga dibekali pengetahuan dasar tentang Self Awareness, dimulai dengan menghitung BMI (Body Mass Index) dan menjawab kuesioner mengenai peradangan tersamar. Ini sungguh membuka mata saya, karena hanya dengan menjawab 14 pertanyaan, saya mengetahui bahwa saya mengalami peradangan tersamar dengan gejala seperti kulit kering, rambut rontok, dan gangguan konsentrasi.
Selanjutnya, peserta dibimbing untuk lebih mengenal konsep Wellness (Budaya Hidup Sehat) sehingga bisa memahami faktor-faktor yang membuat hidup seimbang atau belum. Jika belum seimbang, peserta diajarkan apa yang perlu dilakukan untuk mencapainya. Refleksi diri menjadi aktivitas wajib yang tidak bisa dilepaskan dari proses belajar para Kader Pusaka Indonesia Gemah Ripah. Menurut dr. Prapti, peradangan tersamar ini umumnya disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam aktivitas kerja, asupan makanan-minuman, istirahat/rekreasi/sosialisasi, stres, dan olahraga. Namun, dalam kasus tertentu, peradangan ini bisa disebabkan oleh penyakit langka atau faktor eksternal yang dominan, misalnya, tinggal di tempat yang padat penduduk.
Kemudian, tibalah saatnya untuk Action (Ujian Praktik) dengan meramu jamu menggunakan 10 jenis tanaman obat herbal First Aid, dengan resep sesuai selera masing-masing. Bagi saya yang masih pemula, ujian praktik ini cukup membuat jantung berdebar. Namun, setelah menjalani langkah demi langkah, ternyata tidak sesulit yang saya bayangkan. Mulai dari membeli bahan di pasar hingga meramu jamu, semuanya berjalan lancar. Ada tips menarik dari Bu Mila yang saya praktikkan, yaitu merendam bahan-bahan jamu selama 2 jam dengan larutan Eco Enzyme (takaran 1 tutup botol air mineral kemasan) dan air secukupnya agar bahan-bahan tersebut terendam. Fungsi Eco Enzyme ini adalah untuk menghilangkan kandungan pestisida dan logam, serta menguatkan cita rasa alami dari bahan-bahan tersebut.
Saya membuat ramuan Kunyit Asam Jahe, dengan rasa yang nano-nano, asam segar, sedikit hangat, ditambah manisnya gula aren, madu, dan sedikit perasan jeruk nipis, membuat tubuh terasa hangat dan meningkatkan stamina. Kreasi dan antusiasme teman-teman dalam meramu jamu pun menjalar seperti “virus baik” dalam WAG. Masing-masing saling menginspirasi, dan jika dikumpulkan, bisa menjadi buku resep praktis panduan jamu di rumah. Meramu jamu ini tidak hanya ditujukan untuk kesehatan diri sendiri, tetapi peserta juga diajarkan untuk meramu herbal bagi anggota keluarga menggunakan ukuran antropometri (prosedur pemeriksaan kesehatan untuk mengevaluasi ukuran dan komposisi tubuh manusia).
Kelas Dasar Meramu Herbal ini dipandu oleh dr. Prapti Utami, yang telah mendalami terapi menggunakan tanaman obat sejak tahun 2001. Ada pertanyaan menarik dari Bu Mila yang disampaikan ke dr. Prapti Utami mengenai PR kami semua, yaitu tentang penggunaan bahan baku dengan cita rasa yang sama seperti gula aren dan madu, atau jeruk dan asam, apakah perlu dobel atau bisa lebih ekonomis dari sudut pandang Emak-Emak Ibu Rumah Tangga?
Menurut dr. Prapti, “Yang penting adalah tujuannya apa, tidak ada yang salah karena beda cara dan pemahaman, serta melihat dari sisi yang berbeda.” Sangat menarik, karena peserta diberikan kebebasan untuk bereksperimen dan memahami kondisi tubuh yang tentunya unik dan tidak bisa disamaratakan dengan kondisi tubuh peserta lainnya.
Jadi, jangan lewatkan keseruan belajar di Kelas Dasar Meramu Herbal yang sangat berguna bagi kesehatan diri sendiri dan keluarga. Bagi yang ketinggalan untuk ikut serta di Batch 2, dapat mengikuti di Batch 3.
Irma Rachmi
Peserta Kelas Dasar Meramu Herbal